Udara Jakarta Buruk, Warga Diimbau Pakai Masker dan Kurangi Aktivitas di Luar

11 Agustus 2023 18:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kawasan Monas saat polusi udara melanda Jakarta pada (6/5) Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kawasan Monas saat polusi udara melanda Jakarta pada (6/5) Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta Asep Kuswanto mengimbau warga untuk menggunakan masker saat berada di luar ruangan. Hal ini menyusul tingginya polusi udara di Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Upaya preventif yang bisa dilakukan warga Jakarta seperti memakai masker, mengurangi aktivitas di luar karena memang pencegahan harus dilakukan sedini mungkin dan dari diri sendiri," kata Asep dalam konferensi pers di Kantor Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL), Jalan DI Panjaitan, Jakarta Timur, Jumat (11/8).
Asep menyebut kondisi kualitas udara di Jakarta sepanjang 2023 cukup fluktuatif. Salah satu faktor pencetusnya adalah karena kondisi musim kemarau di Juli, Agustus, dan September.
Seorang pengendara yang menggunakan masker saat mengendarai motor di kawasan Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan

Penjelasan BMKG

Hal yang sama diungkapkan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan. Dia menjelaskan saat musim kemarau, kualitas udara cenderung memburuk.
Seperti yang terjadi saat ini, kemarau menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi udara sekarang dan hal tersebut sudah terjadi seperti tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Ardhasena juga mengatakan, kualitas udara itu memiliki siklus harian, pada saat lepas malam hari hingga dini hari, kualitas udara itu cenderung lebih tinggi daripada siang hingga sore.
"Karena kita tinggal di wilayah urban, dan saat ini musim kemarau, itu ada fenomena yang namanya letusan inversi. Jadi ketika pagi di bawah itu cenderung lebih dingin di permukaan, dibandingkan di lapisan atas, sehingga itu mencegah udara itu untuk naik dan terdispersi (terlarut)," jelasnya.
Polusi udara di Jabodetabek menjadi perbincangan publik karena kembali memburuk. Bahkan, menurut data Nafas — perusahaan rintisan penyedia data kualitas udara berbasis teknologi — polusi udara di Jabodetabek sudah masuk kategori “tidak sehat untuk semua orang” dengan rata-rata PM2.5 lebih dari 50 ”g/mÂł.
ADVERTISEMENT
Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro, tidak menampik bahwa polusi udara di Jakarta dan kota sekitarnya mengalami peningkatan. Namun, sifatnya masih fluktuatif.
Salah satu faktor pencetusnya adalah karena sekarang sedang memasuki musim kemarau. Kualitas udara di musim kemarau khususnya dari Juli, Agustus, hingga September cenderung memburuk dan ini terjadi di tahun-tahun sebelumnya.