Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Komponen ini masuk dalam kategori fitur keselamatan pasif, yang bekerja secara otomatis pada saat kecelakaan terjadi.
Namun di samping itu, pernahkah terpikir, sebenarnya seberapa cepat si kantung udara ini mengembang sehingga bisa mereduksi cedera saat kecelakaan?
Melansir Carsdirect, umumnya airbag mengembang dalam waktu 25 sampai 55 milidetik. Angka itu menyerupai kecepatan mata dalam satu kedipan. Ya dalam arti lain, mengembangnya sangat cepat.
Ini karena cara kerja airbag didukung sensor, inflator, dan electronic control unit (ECU). Jadi ketika tabrakan terjadi, sensor akan langsung mengirimkan sinyal ke ECU, yang kemudian meneruskan perintah ke inflator yang ada di setir atau dashboard, untuk segera mengembangkan airbag.
Di dalam inflator airbag, terdapat mekanisme elektrikal berupa kawat tipis. Saat ada arus listrik, kawat tadi akan membakar propelan airbag yang mengandung azida natrium.
ADVERTISEMENT
Nah dari pembakaran ini akan menghasilkan gas nitrogen yang menggelembungkan airbag.
Tapi jangan heran bila airbag mengembang keluar asap putih. Asap ini merupakan tepung jagung atau bedak talkum yang berguna mencegah kantung menempel saat masih terlipat. Apabila kantung sampai terlipat, khawatirnya proses pengembangan tidak sempurna dan justru mencelakakan.
Namun perlu dipahami pula, ada beberapa kasus airbag tidak mengembang seperti dilaporkan National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) atau badan keselamatan lalu lintas di Amerika, seperti:
- tidak mencapai kecepatan minimum yang telah ditentukan
- dampak tabrakan tidak terlalu besar
- bagian mobil yang tertabrak
- seatbelt yang tidak terpakai
- sensor tidak mendeteksi adanya penumpang
- airbag tidak diganti dengan yang baru.
ADVERTISEMENT