Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Tak sedikit pemilik kendaraan yang masih menggunakan air tanah, untuk mengisi cairan radiator mobil. Padahal, itu tidak direkomendasikan karena memiliki kandungan pH (derajat keasaman) yang sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
“Semakin tinggi pH, akan membuat TDS (jumlah zat padat yang terlarut) seperti magnesium, natrium, kalsium, kalium, klorida, sulfat, dan lain-lain semakin tinggi juga, sehingga otomatis air radiator menjadi lebih cepat panas,” jelas Kepala Mekanik tim balap Pertamax Turbo GRT, Hadi Taruna, kepada kumparan.
Lanjutnya, air radiator yang lebih cepat panas tersebut, tentu akan berpotensi membuat temperatur mesin menjadi mudah overheat. Selain itu, penggunaan air tanah yang tinggi pH tersebut, juga akan membuat radiator menjadi lebih cepat korosif.
Namun, bila dalam kondisi darurat, Hadi justru lebih merekomendasikan menggunakan air aki dengan tutup botol biru atau air buangan AC rumah sebagai cairan radiator , dibandingkan menggunakan air tanah.
“Baiknya memang pakai air kondensasi ac rumah atau air aki, dibandingkan air tanah, karena dua cairan itu pH-nya cukup rendah,” ujar Hadi kepada kumparan, Senin (27/1) sore.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk penggunaan rutin harian, Hadi tetap mengimbau para pemilik mobil menggunakan radiator coolant yang direkomendasikan oleh pabrikan.
“Tapi ingat, untuk air kondensasi AC dan air aki itu boleh digunakan hanya saat kondisi darurat saja. Sementara kalau harian dan pengecekan rutin, saran saya sebaiknya tetap pakai radiator coolant,” ungkap Hadi.
Terakhir, Hadi juga mengingatkan agar pemilik mobil jangan lupa untuk rutin mengecek kondisi air radiator yang ada pada tabung reservoir.