Mobil Berbasis Listrik: Formulasi Tekan Konsumsi BBM

13 April 2020 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toyota Prius PHEV Foto: Alfons Hartanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Prius PHEV Foto: Alfons Hartanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Industri otomotif Indonesia siap menyongsong era baru kendaraan bermotor yang berorientasi ramah lingkungan. Kebijakan pendukung, buat mendorong perkembangannya pun sudah diterbitkan.
ADVERTISEMENT
Pertama Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.
Lalu dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 2019, tentang Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor yang Dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah, sebagai revisi dari PP 41 tahun 2013.
Toyota Prius PHEV Foto: dok. TAM
Dua payung regulasi itu diharapkan mampu memenuhi target kontribusi 20 persen kendaraan berbasis listrik, seperti hybrid electric vehicle (HEV), plug-in hybrid electric vehicle (PHEV), atau murni listrik (Battery Electric Vehicle) beroperasi di dalam negeri.
Di luar itu, upaya tersebut juga menjadi jurus memenuhi komitmen pemerintah Indonesia pada UN Climate Conference COP 21 di Paris, menurunkan emisi gas rumah kaca (CO2) sebesar 29 persen pada tahun 2030 tanpa bantuan internasional, dan diukur dari proyeksi Business as Usual (BAU).
ADVERTISEMENT
Namun ada yang lebih penting lagi. Ketua Tim Riset Kendaraan Listrik ITB Agus Purwadi, menyebut ini merupakan formulasi mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM).
Toyota Prius Hybrid Foto: Bangkit Jaya Putera/kumparan
“Tujuannya lagi untuk security energy, kita sudah jadi importir BBM sejak 2004, dan transportasi itu paling banyak menyerapnya. Sementara bila listrik, mereka bisa dari batu bara, air, bisa dari macam-macam. Jadi devisa kita tak keluar untuk impor migas yang besar ini,” kepada kumparan beberapa waktu lalu.

Mengenal HEV, PHEV dan BEV

Oke, setidaknya ada tiga spesies kendaraan ramah lingkungan yang didorong populasinya, dan bisa jadi pilihan konsumen Indonesia. Mari mengenal masing-masing jenisnya.
1. HEV (hybrid electric vehicle)
Mobil ini masih menggabungkan penggunaan mesin konvensional atau internal combustion engine (ICE), yang dikombinasi dengan motor listrik.
Toyota C-HR Hybrid Foto: dok. TAM
HEV juga sudah menggunakan baterai berkapasitas besar untuk menyimpan listrik. Sementara untuk mengisi baterai, mobil hybrid memanfaatkan mekanisme pengisian saat berjalan dan dibantu generator (self-charging).
ADVERTISEMENT
Karena itu, mobil ramah lingkungan yang satu ini, tak memerlukan stasiun pengecasan. Tentu hasilnya, konsumsi bahan bakar bisa lebih efisien dibanding mobil ICE biasa.
Berdasarkan studi komprehensif electrified vehicle: Kota Bandung dan Sekitarnya (Kemenperin) dan Institut Teknologi Bandung (2018), konsumsi bahan bakar sedan ICE mencapai 10 - 13,1 km/liter, sedangkan sedan hybrid bisa mencapai 21,5-23,8 km/liter.
Artinya, jika dibandingkan hasil efisiensi tertinggi, mobil hybrid konsumsi BBM-nya 55 persen lebih rendah.
2. PHEV
Untuk yang satu ini, kelebihannya punya baterai yang lebih besar dari mobil hybrid biasa, dan memiliki sistem pengisian daya baterai dengan mencolokkan kabel charger dari sumber listrik langsung ke mobil.
Toyota Prius PHEV Foto: dok. Toyota Astra Motor
Meski begitu mekanisme pengisian baterai secara internal seperti mobil HEV --self-charging, juga tetap bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT
Mobil ini bisa melaju dengan hanya mengandalkan baterai saja. Tentunya dengan catatan, baterai siap menyuplai daya ke motor listrik.
Masih mengacu hasil studi yang sama, konsumsi BBM sedan PHEV bisa mencapai 33 km/liter, atau lebih irit 72,1 persen jika dibandingkan konsumsi BBM sedan hybrid.
3. BEV
Sesuai dengan kepanjangannya Battery Electric Vehicle, mobil ini sudah tak lagi menggendong mesin konvensional dan murni mengandalkan kemampuan baterai serta motor listrik.
BEV sangat bergantung pada stasiun pengisian listrik umum (SPLU), layaknya Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Karena tak lagi membutuhkan bensin atau solar sebagai bahan bakarnya, emisi BEV nol. Tentu saja dengan catatan listrik tersebut bukan dipasok dari pembangkit yang masih menggunakan batu bara atau bahan bakar minyak.
Perbandingan konsumsi BBM mobil konvensional, hybrid dan listrik. Foto: kumparan

Tekan konsumsi BBM

Hadirnya mobil berbasis listrik tersebut bisa menjadi formulasi memangkas konsumsi BBM dalam negeri. Pada akhirnya ini akan menurunkan impor dan ketergantungan terhadap energi fosil.
ADVERTISEMENT
Mari kita simulasikan. Pemerintah mematok target 20 persen mobil berbasis listrik diproduksi secara massal di Indonesia pada tahun 2025. Dengan asumsi penjualan roda empat mencapai 1 juta unit setahun, ada 200 ribu mobil berbasis listrik yang akan diserap.
Nah, apabila setiap mobil menempuh jarak 12.000 ribu kilometer setahun, mobil konvensional setidaknya memerlukan 1.200 liter BBM, bila mengacu hasil studi komprehensif electrified vehicle: Kota Bandung dan Sekitarnya (Kemenperin) dan Institut Teknologi Bandung (2018).
Sedangkan untuk mobil hybrid, yang konsumsi BBM 20 km/liter, bisa memangkas 46,5 persen kebutuhan bensin selama setahun jika dibandingkan dengan mobil konvensional.
Perbandingan konsumsi BBM mobil konvensional, hybrid dan listrik. Foto: kumparan

Tantangan

Namun memang, supaya masyarakat berminat meminang salah satu dari tiga jenis mobil ramah lingkungan tersebut sesuai kebutuhan, pemerintah perlu mempersiapkan kebijakan pendukungnya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari pemberian insentif, untuk mencapai harga jual yang lebih realistis, bisa mendekati atau minimal sama kendaraan konvensional. Sehingga populasinya bisa cepat tumbuh.
"Selain insentif fiskal, berikan juga insentif non fiskal, buat mendorong konsumen beralih menggunakan EV (electric vehicle)," ucap Peneliti dari LPEM Universitas Indonesia, Riyanto Umar.
Selain itu, perlu juga membangun infrastruktur SPLU dan menyediakan aliran listrik yang memadai ke rumah-rumah, supaya bisa digunakan untuk mengecas baterai mobil listrik.
Mengingat kabarnya saat ini, baru terdapat 6,4 persen rumah tangga yang menggunakan listrik di atas 2.200 VA, atau yang kompatibel untuk mengecas kendaraan listrik.