Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Di pasaran terdapat dua jenis oli mesin untuk kendaraan, sintetik dan mineral. Keduanya pun sama-sama diolah dari hasil perut bumi. Fungsi oli sendiri adalah melumasi, membersihkan, dan mendinginkan bagian-bagian mesin. Namun jika salah pilih jenis oli bisa berdampak buruk pada kendaraan.
ADVERTISEMENT
Nah untuk jenis oli sintetik yang paling banyak digunakan untuk kendaraan terbuat dari bahan Poly Alpha Olefin (PAO). Pun demikian masih banyak jenis-jenis oil synthetic yang lain seperti Poly Alkylene Glycol (PAG), Phospate Ester, Polyol Ester (PO), Di-ester, Silicon, dan lain-lain, namun sangat sedikit sekali penggunaannya sebagai engine oil.
Sementara oli mineral diambil dari minyak bumi yang diproses dalam pemurnian lebih lanjut di Kilang Refinery, yakni diambil setelah proses distilasi yang kedua, yakni distilasi vacuum (Vacuum Distilation Unit).
ADVERTISEMENT
Dari proses ini kita mendapatkan raw material base oil dan diproses lebih lanjut untuk dihilangkan asphalt-nya, dihilangkan wax nya, dihilangkan beberapa zat pengganggu lainnya dan juga diperbaiki struktur rantai karbonnya.
Setelah melalui proses panjang ini Mineral Base Oil sudah siap digunakan oleh perusahaan pelumas untuk di blending dengan additive tertentu menghasilkan lubricant atau pelumas.
Namun tak jarang stigma konsumen terhadap oli sintetik lebih bagus ketimbang oli mineral. Bahkan mereka rela mengeluarkan kocek lebih dalam untuk membeli oli sintetik. Padahal, oli sintetik tak selamanya ramah untuk semua jenis kendaraan.
Nurudin, Jr. Technical Specialist Rotating Equipment and Gas Engine, PT Pertamina Lubricants mengatakan, pemilihan oli sintetik yang tak tepat pada kendaraan bisa menyebabkan kerusakan pada komponen elastomer.
ADVERTISEMENT
"Untuk kendaraan dan kondisi di Indonesia seperti passenger car, LCGC, MPV, atau SUV saya sarankan pakai mineral saja. Oli sintetik didesain untuk temperatur yang lebih tinggi sangat direkomendasikan untuk mobil sport. Maka di titik seperti itu menjadi worth it menggunakan oli sintetik," kata Nurudin kepada kumparan.
Elastomer sendiri adalah sebuah zat karet yang digunakan untuk membuat seal seperti, o-ring, dan packing pada mesin. Menurutnya, tak semua kendaraan di Indonesia menggunakan elastomer dengan kualitas tinggi.
"Jenis poly alfa olefin di oli sintetik cenderung merusak seal tersebut, Nah umumnya elastomer yang digunakan berjenis NBR. Ciri kerusakannya adalah seal tadi menjadi keras atau getas kemudian patah (Shrink). Ini akan membuat kebocoran oli," paparnya.
Secara praktiknya memang oli sintetik menawarkan durasi penggantian yang lebih lama dibandingkan oli mineral. Namun jika mengukur dari dampak yang dihasilkan, menurut Nurudin menggunakan oli mineral sudah sangat cukup.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita coba kuat-kuatkan 20 ribu km ya oli mineral gosong duluan. Tapi kan pemakaian normal itu ganti di 7500 km. Penggunaan oli sintetik yang tidak tepat justru merugikan. Sudah harganya mahal, ongkos servis yang lebih besar bila terjadi kebocoran," paparnya.
Saran Nurudin, jika ingin tetap menggunakan oli sintetik ada baiknya membaca terlebih dahulu rekomendasi dari pabrikan. Jika memang diwajibkan menggunakan oli sintetik, pilih yang terbuat dari Poly Alfa Olefin tadi.
"Jika kendaraan itu memang disarankan menggunakan oli sintetik. Pilih yang berbahan PAO atau bertuliskan full sintetik. Karena di pasaran juga banyak embel-embel semi sintetik yang padahal dari bahan mineral biasa ditambah aditif," ungkapnya.