Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Jelang penutupan tahun 2019 lalu, masyarakat Indonesia telah disuguhkan dengan fenomena alam berupa Gerhana Matahari Cincin. Nah, mengawali tahun 2020 ini, giliran Gerhana Bulan yang unjuk gigi.
ADVERTISEMENT
Pada 11 Januari dini hari nanti, kita akan menyaksikan Gerhana Bulan Penumbra setelah terakhir kali terlihat pada 30 Desember 2001 silam. Fenomena ini akan dimulai pada 11 Januari pukul 00.05 WIB. Kemudian, puncaknya akan dapat diamati pada pukul 02.10 WIB. Gerhana Bulan Penumbra akan berakhir pada pukul 04.14 WIB.
Gerhana Bulan Penumbra terjadi ketika Bulan masuk ke bayang-bayang penumbra Bumi. Dengan kondisi tersebut, Bulan tetap tampak meski dengan cahaya yang redup.
Saat Gerhana Bulan Penumbra terjadi, posisi Bulan hanya melewati bagian terluar dari bayangan Bumi atau penumbra, sehingga sukar membedakan Bulan pada saat terjadinya gerhana dengan Bulan ketika tidak dalam fase gerhana.
Hal itu ditegaskan oleh Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), Thomas Djamaludin, yang menyebut terjadinya Gerhana Bulan Penumbra tak akan terlihat secara kasat mata. Sebab, efek yang terjadi hanya peredupan cahaya Bulan purnama.
ADVERTISEMENT
“(Gerhana Bulan Penumbra) ini hanya bisa dilihat dengan menggunakan alat bantu pengukur cahaya. Fase-fase gerhana itu baru bisa dikenali,” terangnya saat dihubungi kumparanSAINS, Jumat (10/1).
Peristiwa Gerhana Bulan total lebih mencolok dibandingkan Gerhana Bulan penumbra yang hanya berefek pada peredupan cahaya bulan purnama. Sebab, saat terjadi gerhana Bulan total, Bulan akan tampak berwarna merah darah atau dijuluki sebagai blood moon. Gerhana Bulan total terjadi ketika Bulan sepenuhnya tertutup oleh bayangan Bumi.
Gerhana Bulan parsial lain lagi. Peristiwa tersebut menggambarkan fenomena langit di mana posisi Matahari, Bumi dan Bulan berada pada garis lurus atau di garis imajiner bernama garis ekliptika. Permukaan Bulan lantas akan berubah menjadi gelap sebagian pada saat gerhana mencapai puncaknya.
Semua jenis Gerhana Bulan selalu terjadi pada fase Bulan purnama. Fenomena alam yang dapat diprediksi ini menjelaskan peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan.
ADVERTISEMENT
Sebagai peristiwa langka yang terjadi akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi dan Bulan, baik Gerhana Bulan maupun Gerhana Matahari tak pernah sepi peminat. Peristiwa alam yang satu ini selalu sukses mengundang antusias warga.