Pengakuan Remaja Inggris soal Vape yang Nyaris Renggut Nyawanya

13 November 2019 7:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi vape.  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi vape. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Ewan Fisher, remaja asal Nottingham, Inggris, terpaksa harus menggantungkan hidupnya sementara waktu pada paru-paru buatan. Remaja laki-laki itu mendadak sulit bernapas setelah paru-parunya mengalami gangguan yang diduga akibat mengisap vape.
ADVERTISEMENT
Dalam dunia medis, paru-paru buatan biasa digunakan untuk menggantikan paru-paru manusia yang telah kehilangan fungsi aslinya.
Kepada BBC, Fisher mengaku bahwa vape hampir saja membunuhnya. Akibat peristiwa yang menimpanya tersebut, Fisher berharap tak ada lagi remaja yang coba-coba menggunakan rokok elektrik itu.
Sejauh ini, telah banyak dokter yang memperingatkan bahaya penggunaan vape bagi kesehatan. Pernyataan ini dikeluarkan meski badan kesehatan Inggris menegaskan bahwa penggunaan vape 95 persen lebih aman dibandingkan rokok tembakau.
Fisher sendiri memulai kebiasaannya mengisap vape sejak awal 2017 lalu. Saat itu, ia masih berusia 16 tahun. Keinginannya untuk berhenti merokok membuat Fisher beralih pada vape. Remaja yang saat ini berusia 19 tahun itu mengaku tak kesulitan membeli rokok tembakau maupun vape meski kala itu dirinya tergolong masih di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Namun petaka itu bermula saat memasuki Mei di tahun yang sama, saat Fisher kerap mengalami kesulitan dalam bernapas. Sang ibunda merasa cemas menyaksikan sang putra yang batuk-batuk dan tersedak saat tertidur hingga akhirnya ia bergegas membawa Fisher ke rumah sakit.
Setelah diperiksa, ternyata memang ada yang bermasalah dengan paru-paru Fisher sehingga membuatnya harus segera dirujuk ke Queen’s Medical Centre di Nottingham untuk mendapat perawatan intensif. Saat itulah Fisher merasa umurnya sudah tak lama lagi.
Kondisi kesehatan Fisher tak menunjukkan perkembangan yang baik. Ia bahkan sempat mengalami masa-masa kritis. Fisher yang sudah tak berdaya nekat diterbangkan ke Leicester untuk mendapatkan pertolongan medis berupa paru-paru buatan.
“Mesin itu telah menyelamatkan hidupku,” kenangnya, seperti dikutip dari BBC.
ADVERTISEMENT
Dengan bantuan alat tersebut, karbon dioksida di dalam darah Fisher berhasil dikeluarkan. Selanjutnya, alat itu juga berfungsi memasukkan udara beroksigen serta membantu memompa darah ke seluruh tubuhnya.
“Dia mengalami gagal pernapasan yang sangat serius, sehingga harus segera mendapat pertolongan medis berupa paru-paru buatan (Extracorporeal membrane oxygenation/ECMO) dan ini bukanlah perkara sederhana,” papar Jayesh Bhatt, seorang konsultan di Rumah Sakit Universitas Nottingham, Inggris. Menurut Bhatt, siapa pun bisa mengalami kondisi serupa seperti yang diderita Fisher.
Ilustrasi vape. Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Kasus gagal pernapasan akibat mengisap vape yang menimpa Fisher telah diterbitkan dalam jurnal Archives of Disease in Childhood.
Kini kondisi Fisher berangsur-angsur membaik meski belum 100 persen pulih. Dokter yang memeriksanya secara tegas mengungkapkan bahwa gagal pernapasan yang dialami remaja itu disebabkan oleh vape.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan medis, Fisher mengalami apa yang disebut pneumonitis hipersensitivitas yang menyerang sistem kekebalan tubuhnya. Dengan kata lain, telah terjadi peradangan paru-paru akibat reaksi alergi terhadap benda asing yang terhirup melalui saluran pernapasannya.
Ketika peneliti mengamati cairan yang yang terkandung pada vape yang dihirup Fisher, mereka akhirnya menemukan salah satu zat yang bisa memicu peradangan paru-paru.
Di Inggris, tercatat ada 3,1 juta orang yang menggunakan vape. Kejadian yang menimpa Fisher termasuk yang jarang sekali terjadi. Namun para dokter mengatakan kasus Fisher juga bukan yang pertama kalinya terjadi di Inggris.
Bhatt mengungkapkan dari beberapa kasus yang ia temukan terkait penggunaan vape di kalangan remaja, beberapa di antara mereka mengalami cedera paru-paru parah yang mengancam nyawanya.
ADVERTISEMENT
"Namun, dalam kasus-kasus yang pernah saya tangani, pasien bisa sembuh dan paru-paru mereka bisa kembali berfungsi dengan normal,” ujar Bhatt.