Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Tak bisa disangkal, keberadaan Mohamed Salah di Liverpool telah berdampak baik bagi klub bola tersebut. Selama dua musim berturut-turut pesepak bola asal Mesir itu menjadi pencetak gol terbanyak untuk Liverpool. Dua musim berturut-turut pula Mo Salah sukses menjadi top skorer di Liga Premier, kompetisi sepak bola dengan kasta tertinggi di Inggris.
ADVERTISEMENT
Dua musim berturut-turut Salah juga mampu membawa Liverpool mencapai fase final Liga Champions, ajang kompetisi sepak bola tertinggi di Eropa. Dan terakhir, pada 2 Juni kemarin, pria Muslim kelahiran 15 Juni 1992 itu berhasil menjadikan Liverpool sebagai juara di perhelatan sepak bola tertinggi benua biru dengan menyumbang 1 gol di partai final melawan Tottenham Hotspur.
Tak hanya berdampak baik bagi Liverpool, keberadaan Mo Salah di Liverpool ternyata juga berefek positif bagi kehidupan masyarakat Muslim di Inggris. Menurut hasil sebuah riset terbaru, keberadaan Mo Salah di Liverpool telah menurunkan tingkat islamofobia di wilayah sekitar klub bola tersebut. Islamofobia sendiri adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka buruk dan diskriminasi pada Islam atau Muslim.
ADVERTISEMENT
Dalam riset ini, para peneliti dari Stanford University dan ETH Zurich mengobservasi kasus-kasus kejahatan rasial yang terjadi antara tahun 2015 hingga 2018 di Merseyside, sebuah county di Inggris yang menjadi markas bagi klub bola Liverpool. Selain itu, para peneliti juga menganalisis cuitan-cuitan bernada anti-Muslim di Twitter yang dilakukan oleh para penggemar Liverpool.
Hasilnya, sebagaimana dipaparkan dalam laporan riset bertajuk “Can Exposure to Celebrities Reduce Prejudice? - The Effect of Mohamed Salah on Islamophobic Behaviors and Attitudes”, ada korelasi antara keberadaan Mo Salah dengan penurunan sentimen buruk terhadap Muslim dan Islam di wilayah sekitar Liverpool.
“Kami menemukan bahwa daerah Merseyside (rumah bagi Liverpool F.C.) mengalami penurunan 18,9% dalam kejahatan rasial” yang ditujukan terhadap orang-orang Muslim, tulis para peneliti dalam laporan riset yang dipublikasikan pada 31 Mei 2019 ini. Angka penurunan tersebut dihitung sejak Salah resmi bergabung dengan Liverpool pada musim panas 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, riset ini menemukan bahwa jumlah tweet bernada anti-Muslim dari para suporter Liverpool juga menurun dari 7,2 persen menjadi 3,4 persen sejak keberadaan Mo Salah di klub bola berjuluk The Reds tersebut. Hal ini adalah kabar yang menggembirakan mengingat ada banyak orang dari kelompok suporter sepak bola di Inggris yang kerap melakukan kejahatan rasial terhadap Muslim.
Laporan riset ini secara khusus juga menyoroti kejadian menarik pada Februari 2018, sesaat setelah Liverpool memenangkan pertandingan melawan FC Porto. Kala itu, kelompok suporter Liverpool menyanyikan chant khusus untuk Mo Salah yang merupakan seorang Muslim. Bunyinya begini:
If he scores another few
Then I’ll be Muslim, too
If he’s good enough for you
ADVERTISEMENT
He’s good enough for me
Sitting in a mosque...
That’s where I wanna be
Mo Salah la-la-la-la, Mo Salah la-la-la-la
Tak cuma itu, ada lagi chant lain untuk Salah yang diciptakan oleh para suporter Liverpool. Begini isinya:
Mohamed Salah
A gift from Allah...
He’s always scoring
It’s almost boring
So please don’t take
Mohammed away
Selama ini, selain tersohor sebagai pemain sepak bola yang berbakat dan berprestasi, Mo Salah juga dikenal sebagai seorang Muslim yang taat. Dia dianggap sebagai “nice guy” karena memiliki perangai yang baik saat di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Tak heran, banyak orang yang menyukainya, baik itu dari kalangan pendukung Liverpool maupun bukan.
ADVERTISEMENT
Riset ini berusaha untuk mencari tahu apakah eksposur seorang tokoh yang sukses dari kelompok yang mengalami stigma buruk bisa mengurangi prasangka buruk orang-orang terhadap kelompok itu pada umumnya?
Dalam kasus ini, para peneliti mempelajari Mo Salah, bintang sepak bola Muslim yang sedang naik daun, dengan klub bola Liverpool yang sedang mengalami peningkatan performa, salah satunya berkat keberadaan Mo Salah.
Dari hasil riset ini para peneliti menyimpulkan, popularitas Mo Salah telah meningkatkan familiaritas suporter Liverpool terhadap Islam. Selain itu, eksposur positif Mo Salah juga telah menyediakan informasi baru untuk para suporter Liverpool yang mendorong empati mereka terhadap kelompok Muslim.
“Hasil riset kami menunjukkan bahwa paparan positif terhadap anggota terkenal dari kelompok luar dapat mengurangi sikap dan perilaku berprasangka,” tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
“Kami berharap pekerjaan di masa depan dapat memanfaatkan desain yang serupa untuk mengeksplorasi dampak dari figur publik minoritas lainnya --dalam konteks yang beragam-- pada prasangka. Pekerjaan semacam itu akan membantu kita untuk menilai secara lebih baik kondisi ruang lingkup dari efek Salah dan menawarkan peluang baru untuk membangun kohesi sosial di seluruh dunia,” simpul mereka.
Bicara soal fenomena Mo Salah di Liverpool, ulama Indonesia Quraish Shihab ternyata juga mengagumi efek keberadaan pemain asal Mesir yang berkiprah di klub asal Inggris tersebut.
Dalam wawancara khusus bersama kumparan awal Mei lalu, Quraish Shihab berani mengatakan bahwa pemain bola berprestasi yang taat beribadah seperti Salah memiliki pengaruh lebih besar dibanding kyai.
“Izzat (cucu Quraish dari Najwa), kalau mau jadi pemain bola profesional, saya dukung. Pemain bola profesional yang salat, pengaruhnya lebih hebat dari seorang kyai,” tutur Quraish Shihab.
ADVERTISEMENT
Live Update
Pada 5 November 2024, jutaan warga Amerika Serikat memberikan suara mereka untuk memilih presiden selanjutnya. Tahun ini, capres dari partai Demokrat, Kamala Harris bersaing dengan capres partai Republik Donald Trump untuk memenangkan Gedung Putih.
Updated 5 November 2024, 20:36 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini