Riset: Perubahan Iklim Bisa Munculkan Beras Beracun

5 November 2019 16:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pekerja memanggul karung beras. Foto:  ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pekerja memanggul karung beras. Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Dampak perubahan iklim di berbagai belahan dunia akan semakin terasa. Terutama setelah sebuah riset terbaru mengungkap bahwa perubahan iklim bisa mempengaruhi pasokan pangan global di masa depan.
ADVERTISEMENT
Riset itu telah dipublikasikan di jurnal Nature Communication pada 1 November 2019. Menurut riset, tak lama lagi kita akan menghadapi mengalami penurunan produksi beras secara drastis. Hal itu akibat perubahan iklim menyebabkan terjadinya perubahan kondisi tanah sehingga membuat kadar arsenik beracun dalam beras meningkat.
“Saya tidak menyangka ada dampak begitu besar pada hasil padi yang kami amati,” ujar Scott Fendorf, salah satu peneliti dalam riset ini sekaligus seorang profesor ilmu sistem Bumi di Stanford University, Amerika Serikat, sebagaimana dilansir Medical Daily.
“Apa yang saya lewatkan adalah seberapa besar biogeokimia tanah merespons peningkatan suhu, dan bagaimana hal itu bisa memperkuat arsenik pada tanaman. Jika kondisi itu ditambah dengan stres akibat tekanan suhu, dampaknya bisa benar-benar berdampak negatif pada tanaman,” lanjut dia.
Ilustrasi pasokan beras. Foto: Dok. Ditjen Tanaman & Pangan
Para peneliti menyebut bahwa peningkatan suhu yang dikombinasikan dengan bencana banjir dapat secara signifikan meningkatkan arsenik pada tanah. Arsenik itu kemudian bisa diserap oleh tanaman padi. Arsenik adalah senyawa kimia semi-logam yang terbentuk secara alami dan bisa menyebabkan kanker, penyakit paru-paru, lesi kulit bahkan kematian.
ADVERTISEMENT
"Memasuki tahun 2100, kami mengestimasi bahwa penduduk dunia akan berjumlah sekitar 10 miliar orang. Ini berarti kita memiliki 5 miliar orang yang bergantung pada beras, dan 2 miliar yang tidak memiliki akses ke kalori yang biasanya mereka butuhkan," papar Fendorf. “Kita harus menyadari tantangan-tantangan di masa yang akan datang sehingga kita bisa siap untuk beradaptasi.”
Fendorf menjelaskan, bahwa temuan ini berasal dari analisis atas simulasi kondisi iklim ketika suhu global meningkat hingga 5 derajat Celcius. Riset ini adalah yang pertama untuk melihat dampak perubahan iklim pada kondisi tanah.
Periset meneliti efek dari perubahan iklim pada varietas padi sedang yang ditanam di daerah California, AS. Tim peneliti memaparkan padi pada suhu tertentu, karbon dioksida, dan arsenik tanah.
ADVERTISEMENT
Hasilnya menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu, mikroorganisme akan menghancurkan arsenik dalam tanah. Ini menyebabkan adanya kandungan toksin yang lebih tinggi pada air tanah di sekitar tanaman padi. Meningkatnya kadar arsenik juga menghambat nutrisi dan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ilustrasi beras. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Para peneliti mengatakan bahwa dengan kondisi iklim saat ini, sejumlah kawasan mungkin akan mengalami perubahan yang sama pada tanahnya. Selain itu, studi ini juga memperkirakan bahwa pada tahun 2100 produksi beras dapat turun hingga 40 persen.
Meski begitu, para peneliti menyebut bahwa ada cara untuk mencegah penurunan tersebut dan terus memiliki produksi beras yang stabil. Menurut Fendorf, perbaikan manajemen tanah dan meningkatkan kemampuan petani untuk mengembangbiakkan varietas padi yang dapat beradaptasi dengan kondisi baru akan membantu mengatasi masalah tersebut.
ADVERTISEMENT