Wisata Kesehatan di Bali Kini Semakin Diminati Turis Rusia

27 Juni 2019 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Illustrasi  yoga  Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi yoga Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Dalam dua tahun terakhir, wisata kesehatan seperti yoga, detox, dan menu makanan sehat tengah diminati warga Rusia yang berwisata ke Bali. Hal inilah yang membuat pemerintah dinilai perlu meningkatkan kualitas pariwisata dibidang tersebut.
ADVERTISEMENT
Apalagi, secara year on year, berdasarkan data Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Bali, jumlah kunjungan turis Rusia sejak Mei 2008 hingga Mei 2019 terus meningkat, 3.881 orang menjadi 13.451 orang.
Hal ini disampaikan oleh inisiator agen perjalanan Rusia-Bali yang juga Managing Director Maestro Indonesia, Gia Bramantyo, dalam diskusi Triple Market Trend Bali di Hotel Aryaduta Bali, Rabu (26/6).
“Kayaknya sudah satu atau dua tahun ini, ada booking-an khusus buat yoga, khusus buat cari makanan yang health food. Jadi itu, trennya kaum milineal ke situ,” kata Bramantyo.
Lebih lanjut, Bramantyo mengatakan bahwa warga Rusia biasanya datang ke Bali pada Mei saat musim libur dan Januari saat masa perayaan Natal. "Biasanya mereka yang datang dalam rentan usia berkisar 25 hingga 45 tahun karena menyukai udara tropis Bali," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Bali saat ini dinilai mewakili negara yang mudah mendapatkan akses hidup sehat. Ini dapat dilihat dari alam Bali yang sejuk, menu makanan yang bervariasi, tempat yoga juga berkelimpahan, dan peraturan anti kantong plastik yang mulai diberlakukan.
“Mereka akan mencari makanan yang lebih higienis dan lebih sehat, seperti salad-salad, kan, seperti orang Sunda yang banyak makan salad itu. Saya melihatnya sudah ground up sekarang, saya lihat di hotel-hotel sudah dikedepankan untuk healthy food, karena beberapa kali saya cek, saya dapatnya kayak begitu,” ujar Bramantyo.
Bramantyo. Foto: Denita br Matondang/kumparan
Meski demikian, isu ini dinilai belum mampu menaikkan wisatawan Rusia menempati nomor satu sebagai negara dengan kunjungan wisatawan terbanyak ke Bali. Posisi nomor satu tetap dipegang oleh China. Sementara itu, posisi Rusia berada di nomor tujuh dari 10 yang terbanyak mengunjungi Bali.
ADVERTISEMENT
“Ini kan sekarang di tujuh ini. Sudah campur yang Eropa Timur lainnya. Ke lima besar dengan ada booming-nya India, China. Kayaknya akan stagnan, deh, di rangking tujuh, ke 8. Saya melihatnya begitu,” tutur Bramantyo.
WN Rusia Jadi Pelaku Kriminal di Bali
Amatan kumparan, selain berwisata, warga negara Rusia juga kerap terjerat kasus kriminal. Tak tanggung-tanggung, sebagian dari mereka membobol nasabah ATM turis asing lainnya, menyelundupkan monyet, bahkan ada yang melakukan aksi perampokan. Mulai dari merampas senjata anggota Brimob Polda Bali, hingga merampok money changer.
Mereka adalah Alexie Korotkikh (43), Georgil Zhukov (39), Robert Haupt (41), dan Naira. Aksi itu dilakukan sejak 2018 lalu dan ditangkap pada Maret 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Merespon itu, Bramantyo mengatakan, bahwa sudah menjadi konsekuensi bagi Bali sebagai destinasi wisata. “Kalau kita bandingkan dari pengalaman yang ada, jadi memang akan ada sama saja kayak Uzbekistan turun ke Jakarta banyak itu di Kelapa Gading (Jakarta Utara) yang prostitusi-prostitusi. Tapi, kan, kita enggak mengarahnya ke situ. Ini efek dari pada masif market yang ada ini memang enggak bisa lepas dari hal kayak gitu,” kata dia.
Sebagai promotor destinasi wisata Bali di Rusia, Bramantyo mengaku isu kriminal ini tak pernah menjadi perbincangan antarpelaku pariwisata. Berkoordinasi dengan pihak imigrasi atas kasus juga belum pernah diwacanakan. Bahkan, dia belum berani berkomentar mengenai peluang dibicarakan masalah ini ke pihak pelaku pariwisata atau aparat keamanan.
ADVERTISEMENT
“Aku enggak masuk ke arah itu. Sama aja kok disana yang kriminal-kriminal yang baik-baik ada. Sama aja. Buat aku lihat sih enggak bisa apa-apa, hati orang enggak ada yang yang tahu. Ini masalahnya niatnya dia. Ini sudah konsekuensi,” pungkas Bramantyo.