7 Fakta tentang Oksitosin, Hormon yang Mempengaruhi Emosi Manusia

1 Desember 2019 15:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi emosi pada perempuan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi emosi pada perempuan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyaknya hormon yang ada di dalam tubuh, ada satu hormon yang berkaitan dengan perasaan dan emosi manusia. Hormon oksitosin namanya.
ADVERTISEMENT
Secara klasifikasi biologi, oksitosin adalah neuropeptida yang bertindak sebagai hormon dan senyawa organik pengirim sinyal di dalam otak. Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada US National Library of Medicine National Institute of Health tahun 2013 memaparkan, oksitosin mempengaruhi perasaan manusia, baik perasaan senang, bahagia, hingga perasaan lainnya yang berhubungan dengan emosi manusia.
Melansir dari berbagai sumber, berikut 7 fakta tentang hormon oksitosin yang menarik diketahui:
1. Oksitosin diproduksi di dalam otak
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Hormon oksitosin diproduksi secara alami dari dalam tubuh dan letaknya berada di dalam area hipotalamus pada otak. Hormon tersebut dikeluarkan oleh kelenjar pituitari yang berada di dasar otak.
2. Oksitosin berpengaruh besar dalam emosi manusia
Ilustrasi perempuan sedih susah move on. Foto: Shutterstock
Dalam jurnal bertajuk 'Oxytocin: The Neuropeptide of Love Reveals Some of Its Secrets' yang dipublikasikan pada 2007, hormon oksitosin memiliki dampak positif dalam kehidupan sosial manusia. Beberapa di antaranya adalah menimbulkan rasa rileks, kestabilan psikologis, hingga mampu meredakan stres dan kecemasan. Semua ini erat kaitannya dengan emosi yang manusia rasakan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
3. Termasuk ke dalam hormon 'bahagia'
com-Ilustrasi wanita bahagia Foto: Shuttertsock
Oksitosin, dopamine dan serotonin seringkali disebut sebagai hormon bahagia. Mengapa disebut demikian, karena ketika kita menyukai seseorang, otak kita akan mengeluarkan hormon dopamine yang meningkatkan hormon serotonin dan menghasilkan hormon oksitosin. Ini membuat kita merasakan perasaan bahagia dan emosi yang positif.
4. Mencegah pria yang berpotensi selingkuh
Ilustrasi pasangan selingkuh. Foto: Shutterstock
Sebuah studi yang dilakukan pada 2012 mengatakan bahwa hormon oksitosin dapat mempengaruhi pria untuk menjaga diri dari berselingkuh. Karena, kontak seksual dengan pasangan dapat meningkatkan kadar oksitosin di dalam tubuh.
5. Membantu proses persalinan
Ilustrasi persalinan. Foto: Shutter Stock
Hormon ini juga membantu proses persalinan dengan mengirimkan sinyal kepada uterus untuk berkontraksi yang menjadi tanda awal dari proses melahirkan. Oksitosin juga membantu meningkatkan hormon-hormon yang berkaitan dengan proses melahirkan dan membantu menormalkan ukuran uterus setelah perempuan melahirkan.
ADVERTISEMENT
6. Menciptakan bonding antara ibu dan bayi
ibu dan bayi baru lahir Foto: Shutterstock
Seorang ibu yang tingkat hormon oksitosinnya tinggi berpotensi untuk memiliki bonding yang lebih baik dengan bayinya. Misalnya, sering mengelus pipi bayi, bernyanyi dan bermain bersama bayi, memandikan dan mendandani bayi dan lain-lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Study Trusted Source pada 2014 mengatakan, hal ini tak hanya berlaku untuk ibu kandung saja, tetapi juga ibu yang mengangkat anak dari panti asuhan.
7. Berguna untuk terapi autisme
Ilustrasi autisme pada anak. Foto: Thinkstock
Penelitian yang dilakukan National Academy of Sciences di Amerika Serikat pada 2017 menemukan bahwa hormon oksitosin dalam membantu terapi autisme dan kondisi pertumbuhan mental lainnya yang menyebabkan kesulitan untuk berinteraksi sosial. Terapi ini bekerja dengan cara merangsang dan membangkitkan emosi terhadap respons sekitar. Namun, hasilnya berbeda-beda kepada setiap orang, tergantung dari reaksi yang dilakukannya.
ADVERTISEMENT