Cerita Bapak Kayi, Tokoh Spiritual Penyembuh Guna-Guna

Lutfi Sheykal
Mahasiswa aktif di Politeknik Negeri Jakarta yang sedang belajar untuk menulis sebuah artikel
Konten dari Pengguna
26 Desember 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lutfi Sheykal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Berbadan kurus, tinggi, dan bermata belo. Lahir pada tahun 1920 berjenis kelamin laki-laki di Cirebon, Jawa Barat. Beliau adalah Kayi, keluarga memanggilnya Bapak Kayi. Beliau merupakan pribadi yang ramah, sopan, dan dikenal baik oleh para tetangganya.
ilustrasi metode pengobatan dengan air mineral. Foto: Pexels/Suzy Hazelwood
Bapak Kayi merupakan seorang Tokoh Spiritual di daerah Pabuaran Lor, Cirebon, Jawa Barat. Bapak Kayi merupakan tokoh yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit seseorang karena santet.
ADVERTISEMENT
Bapak Kayi menggunakan metode Islamiyah yaitu dengan media air mineral. Dipercaya juga beliau dapat menangkal santet dari ilmu hitam yang dikirimkan oleh seseorang.
Bapak Kayi terkenal religius. Hari-hari besar Islam selalu ramai di kediamannya untuk merayakan hari besar islam seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj, serta hari besar islam lainnya.
Keraton Kasepuhan Cirebon tempat di mana Bapak Kayi berziarah kepada leluhur. Bapak Kayi juga melakukan napak tilas kebudayaan China. Entah kegiatan apa lagi yang beliau lakukan di sana. Keluarga hanya tahu bahwa Bapak Kayi sering berada di Keraton Kasepuhan Cirebon.
Bapak Kayi suka membaca buku sejarah Jawa. Sejarah Jawa memang ketika dibaca akan membuat pikiran terbuka lebar. Beliau juga mengoleksi benda-benda seperti keris, kujang, dan juga berbagai jenis miniatur kendaraan, senjata, dan wayang.
ADVERTISEMENT
Beliau juga membaca beberapa kitab-kitab ajaran agama Islam dalam memahami ilmu hitam agar tahu penawar serta cara menangkalnya.
Beliau menikah dengan Rundes. Rundes adalah perempuan berdarah Jepang dari sang ayah. Rundes wanita yang sangat cantik, berkulit putih, bermata sipit yang membuat Bapak Kayi terpesona dan akhirnya mempersuntingnya, dari hasil pernikahannya mereka mempunyai lima orang anak.
Penamaannya anak mereka pun cukup menarik karena diakhiri dengan ‘i’ yaitu, Sari, Kari, Wati, Kurdi, dan Sumiati. Kurdi adalah anak laki-laki satu-satunya dari hasil pernikahan mereka.
Bapak Kayi mengalami penuaan, di umur yang sudah semakin menua. Di hari tuanya beliau masih menjalani kegiatan spiritualnya. Tubuh yang sudah termakan usia membuat semakin lemah. Di umur 70an beliau semakin tak berdaya.
ADVERTISEMENT
Tahun 1991 beliau mengembuskan napas untuk terakhir kalinya. Beliau meninggalkan istri dan juga lima orang anak serta cucu-cucunya. Pribadi yang dikenal baik oleh para tetangganya membuat berduka di kala itu.
Beliau merupakan sosok rendah hati, dermawan, suka menolong yang membuat para kerabat, tetangga yang merasa kehilangan. Dari beliau bisa diambil hikmah berbuat baik tidak akan sia-sia dan pasti akan dikenang. Selalu belajar di mana saja dan kapan saja untuk membuka jendela wawasan.