Telepon Genggam untuk PJJ, Sudah Tepatkah Penggunaannya?

Maria Sihotang
ASN, Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Muda, staf penguji Kelompok Substansi Pengembangan Pengujian Mikrobiologi dan Biologi Molekuler, Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Badan POM. S1 Biologi USU, S2 Bioteknologi ITB.
Konten dari Pengguna
30 Maret 2021 10:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Maria Sihotang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak sedang mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui TVRI (foto dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Anak sedang mengikuti pembelajaran jarak jauh melalui TVRI (foto dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Sudah setahun kami membekali anak-anak telepon genggam untuk kemudahan belajar daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) di masa pandemi ini. Namun, dengan perjanjian tidak boleh diberi password. Ini semua demi ketenangan batin kami, orang tuanya, meski terkesan melanggar privasi sang anak. Meskipun akhir-akhir ini saya mulai khawatir akan ketergantungan mereka pada telepon genggamnya.
ADVERTISEMENT
Teknologi komunikasi yang berkembang
Dua puluh tahun yang lalu kita masih dapat dengan mudah menemukan wartel (warung telekomunikasi) dan warnet (warung internet). Tidak semua keluarga memiliki sambungan telepon di rumahnya. Menelepon dari wartel merupakan cara tercepat untuk berkomunikasi dengan kerabat dan relasi yang berada di tempat yang jauh. Tentu saja kerabat atau relasi yang akan ditelepon harus memiliki sambungan telepon di rumah nya, atau setidaknya ada tetangga yang memiliki sambungan telepon dan mengizinkan kita untuk menerima panggilan melalui telepon rumahnya.
Di awal kemunculannya, telepon genggam termasuk barang mewah. Mewah bukan saja karena harganya yang mahal, namun biaya pemakaiannya juga mahal. Padahal fitur andalannya hanyalah melakukan panggilan, berkirim pesan dan game ular. Sehingga memiliki telepon genggam lebih kepada urusan gaya, karena masih lebih efisien jika memanfaatkan wartel meskipun keberadaannya mulai memperlihatkan gejala hidup segan mati tak mau.
ADVERTISEMENT
Semakin kesini, fitur-fitur yang ditawarkan telepon genggam semakin membuat takjub. Penggunaan telepon genggam, bukan sekadar untuk berkirim pesan dan melakukan panggilan telepon saja. Pengguna dapat menikmati hiburan bahkan menghasilkan karya dengan bantuan telepon genggamnya. Sekadar memainkan permainan secara offline maupun online, menghibur diri dengan novel-novel, menonton drama serial, melakukan transaksi keuangan, mengikuti kuliah dan banyak aktivitas lainnya.
Kini telepon genggam bukan hanya ditenteng oleh para eksekutif dan orang berduit. Semua lapisan masyarakat dari segala usia seakan tak bisa jauh dari benda pipih tersebut. Tidak dapat dipungkiri jika banyak yang menjadi kecanduan, merasa tidak lengkap dan mati gaya bila jauh dari perangkat ini. Di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) disebutkan bahwa ketakutan yang berlebihan jika berpisah dengan telepon genggam dikenal dengan istilah nomofobia.
ADVERTISEMENT
Pandemi dan frekuensi pemakaian internet
Pandemi COVID-19 menyebabkan sudah satu tahun mayoritas aktivitas masyarakat dilakukan dari rumah. Bekerja, sekolah, beribadah, belanja dan rekreasi dilakukan dari rumah. Namun tidak semua orang bisa melakukan semua aktivitas tersebut dari rumah.
Beberapa ada yang terkendala karena tidak tersedianya perangkat telepon genggam dalam keluarga. Jika dalam keluarga itu memiliki anak sekolah lebih dari satu, maka masing-masing anak harus memegang satu perangkat. Di samping itu, kendala lain yang dihadapi adalah ketersediaan jaringan internet di lokasi tempat tinggal juga termasuk kuota internet yang dimiliki.
Menyoroti kebutuhan kuota internet untuk pembelajaran daring (dalam jaringan), kita dapat menghela napas lega. Karena dari tahun lalu pemerintah tidak tinggal diam. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengizinkan pihak sekolah menggunakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk membeli paket data bagi guru dan siswa.
ADVERTISEMENT
Hal ini harus diapresiasi. Karena tidak sedikit masyarakat kita yang terdampak COVID-19 dan menyebabkan berkurangnya pendapatan. Dengan bantuan paket data bagi muridnya, tentu hal ini meringankan beban orang tua murid. Dampaknya, murid dapat mengikuti pembelajaran daring tanpa terkendala kuota internet.
Beberapa orang tua mengizinkan anak-anaknya untuk memiliki telepon genggam serta memberikan jatah kuota internet, orang tua lainnya mengizinkan anaknya memiliki telepon genggam akan tetapi tidak memberikan paket data melainkan menyediakan sambungan WiFi yang dapat dipakai bersama oleh seisi rumah. Di sisi lain ada juga orang tua yang sama sekali tidak mengizinkan anaknya untuk memiliki telepon genggam sendiri. Tidak ada yang salah dengan itu. Pola pengasuhan tidak dapat disamaratakan untuk semua anak.
ADVERTISEMENT
PJJ membuka peluang anak-anak semakin lekat dengan telepon genggam. Mulai dari mengisi daftar kehadiran, mendengarkan penjelasan guru, membuat tugas yang tidak jarang harus direkam, dan ulangan, semua itu dilakukan menggunakan telepon genggam.
Namun, kita juga tahu bahwa telepon genggam dalam genggaman mereka bukan hanya bisa digunakan untuk PJJ. Untunglah pemberian paket data dari dana BOS dibatasi untuk kuota belajar dan memblokir media sosial, Facebook, Instagram, TikTok, dan game.
Kami sendiri, orang tua dari anak yang berangkat remaja, melihat si sulung kami sering menghabiskan waktu istirahat siangnya untuk membaca novel dan menonton drama serial. Hal itu cukup meresahkan. Tapi setidaknya kami bisa tahu apa yang sedang dilakukan anak-anak kami dengan telepon genggamnya. Dan jika durasi penggunaannya sudah berlebihan, koneksi internetnya bisa kami putus sewaktu-waktu.
ADVERTISEMENT
Parental controls itu perlu
Selama ini kami memang tidak pernah memberikan paket data pada mereka. Untuk kebutuhan sambungan internet kami menyediakan WiFi. Selain lebih hemat, kami pun memiliki alasan yang lain. Dengan WiFi menggunakan router yang mumpuni kita bisa mengontrol penggunaan internet anak-anak.
Penggunaan router yang sudah built-in antivirus dan parental controls penting untuk keamanan. Antivirus berfungsi untuk memblokir situs-situs yangg mengandung virus, trojan, dan malware. Sedangkan dengan adanya parental controls, kita bisa membatasi akses pengguna internet. Misalnya memblokir situs dewasa maupun situs judi. Selain itu kita juga bisa membatasi waktu penggunaan internet.
Akan tetapi jika menggunakan paket data, blokir hanya sebatas parental controls yang telah disediakan oleh provider. Pada kenyataannya parental controls yang disediakan provider internet masih banyak meloloskan situs-situs dewasa. Sebenarnya kita bisa menambahkan aplikasi parental controls seperti circle. Namun, icon circle akan muncul di layar telepon genggam setelah aplikasinya diinstal, dan mereka pasti akan mencari tahu icon apa itu. Efek samping yang mungkin terjadi adalah sebagian anak mungkin akan merasa dimata-matai oleh orang tuanya dan menimbulkan rasa tidak dipercaya.
ADVERTISEMENT
Mencari cara pendampingan yang tepat dalam menjalani PJJ memang sedikit tricky. Harus disesuaikan dengan karakter anaknya. Karena tidak ada ilmu parenting sapu jagat yang sangat digdaya untuk dapat diterapkan pada semua anak.
Ilustrasi anak balita belajar dengan gadget. Foto: Shutterstock