Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Aku dan Suami Hidup Mandiri, Mertua Malah Kesal
18 Agustus 2020 19:35 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Terkadang kelakuan ibu mertua di luar dugaan. Ada aja masalah yang terjadi antar menantu-mertua, bahkan bisa jadi malah memicu ketidakharmonisan rumah tangga. Ini cerita Arima soal dia dan mertuanya.
ADVERTISEMENT
--
Pernikahan kami belum genap enam bulan, kami meresmikan hubungan di hari Valentine. Sebelum menikah, suamiku sudah mengingatkanku soal ibunya yang needy atau minta diperhatikan terus.
Awalnya aku berpikir itu hal yang wajar dan aku juga bisa memaklumi, karena ibu mertuaku sudah berstatus janda, sementara suamiku anak semata wayang, hanya ditemani ART (asisten rumah tangga) dan Pak Supir di kesehariannya.
Kami sudah memiliki hunian sendiri. Meskipun masih nyicil dan nggak terlalu besar, aku dan suami merasa bangga. Kami memang berencana untuk independen setelah nikah dan nggak mau merepotkan orang tua masing-masing dengan tinggal mandiri, biarpun susah payah melunasi sebuah rumah. Itu sudah jadi bagian rencana kami sejak lama.
Orang tuaku memang sedikit kecewa dengan keputusan kami, tapi pada akhirnya mereka bisa mengerti. Sementara ibu mertuaku jadi mellow menanggapi keputusan kami.
ADVERTISEMENT
"Kalian ngapain beli rumah? Tinggal aja sama Mama. Di rumah segede ini mama suka kesepian, Ar. Cuma ada Mbak Yanti & Pak Gatot saja (ART dan supir pribadi mertuaku)”, begitu ibu mertuaku berkata.
Suamiku malah memperkeruh suasana dengan candaannya, "Ya ART-nya ditambah lagi lah, Ma. Nambah 5 atau 6 gitu, sapa tau besok-besok mama bisa bikin girlband kayak BlackPink,"
"Mama ini serius, Paul! Mama beneran kesepian," ibu mertuaku jadi kesal. Aku pun berusaha menenangkan ibu mertua, "Mama tenang saja, kami bakal sering main ke rumah, kok. Biar mama nggak kesepian,"
“Duh, Arima, kamu itu, nggak malah nyuruh Paul untuk tinggal bareng sama mamanya, malah kamu mendukung tinggal pisah sama mama! Tega kamu Ar, mama kan besarin Paul dari kecil nggak gampang!”, serang ibu mertuaku.
ADVERTISEMENT
Aku langsung shock mendengar semprotan mertua . Aku langsung ga berkutik, mematung.
Setelah perdebatan panjang sekitar satu jam, ibu mertuaku akhirnya menerima keputusan kami untuk tinggal di rumah sendiri. Namun aku tau kalau mertuaku masih sangat kecewa.
Masalah belum berakhir sampai di situ aja. Pernah suatu hari, ketika aku sedang rapat dengan tim redaksi di kantorku, ibu mertuaku menelponku. Karena sedang sibuk, aku menundanya dan akan kutelpon setelah rapat, pikirku.
"Bu, maaf tadi Arima lagi rapat di kantor. Ada apa ya, bu?" tanyaku baik-baik.
"Kok akhir-akhir ini handphone Paul sering mati ya? Kamu suruh dia matikan ya?" cetus mertuaku lirih tapi pedih. Lagi-lagi aku shock dan bingung sesaat harus ngomong apa.
ADVERTISEMENT
"Astaga, ma, nggak mungkin Arima nyuruh Paul matikan HP. Mungkin dia lagi nge-charge. Mama jangan berpikiran yang aneh-aneh ya!” aku jadi agak tersulut karena aku memang nggak ngelakuin apa yang dituduhkan mertuaku.
"Halah, jangan bohong kamu Arima. Mama dari dulu nggak setuju kalian nikah," Ibu mertuaku masih nggak percaya dan langsung menutup telepon.
Pulang ke rumah, aku berusaha melupakan kejadian tersebut dan mencoba sabar. Aku cuma kasih tau suami kalau tadi mamanya telpon. Aku meminta suamiku agar dia nggak mematikan HP.
"Babe, kenapa HPmu mati? Mama kamu cariin kamu terus dari tadi," di luar dugaan aku membentak suamiku.
"Iya, aku sengaja matikan telepon. Aku capek. Mama selalu menanyakan hal-hal yang nggak penting, capek aku nanggepinnya," ujarnya kesal.
ADVERTISEMENT
"Biar begitu dia ibumu. HP-mu jangan dimatikan dong. Diomongin aja baik-baik," aku masih berusaha menutupi omongan kurang mengenakkan dari mertuaku.
Selang beberapa hari kemudian, aku iseng membuka akun Facebook. Sekadar melihat kabar teman-teman lama dan membunuh kebosanan saja. Ketika sedang asyik-asyiknya bernostalgia, nggak sengaja aku melihat postingan ibu mertuaku yang muncul di feed timelineku.
Mertuaku mengunggah foto jadul bertuliskan "Foto Keluarga Bahagia". Postingan itu membuatku geram, masalahnya di foto itu ada mantan pacarnya suamiku. Kala itu, mereka sedang bertamasya bersama di Bali. Paul juga pernah cerita kalau dulu mantannya dekat banget sama ibu mertuaku.
Jujur aku emosi berat melihat postingan ibu mertuaku dan sampai sekarang aku belum membahas hal ini dengan Paul karena dia lagi melewati masa-masa pelik perihal kantornya. Aku nggak mau makin membebani dia dengan masalah lainnya.
ADVERTISEMENT
Aku harus gimana nih, moms? Perlukah aku ceritakan soal masalah ini ke suamiku?
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Arima? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected].