Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dilarang Cuci Piring di Rumah Mertua
23 Februari 2020 14:54 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak semua hubungan menantu perempuan dan ibu mertua bikin pusing kepala. Tak jarang ibu mertua sangat baik dan ramah, sampai-sampai menantunya jadi mati gaya. Itulah yang dialami Amanda, perempuan berusia 30 tahun asal Surabaya. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
-
Dalam tiga tahun pernikahan kami, bisa dibilang aku sangat jarang bertemu ayah-ibu mertua. Maklum saja, aku dan suami tinggal di Taiwan dan hanya setahun sekali pulang. Setiap pulang pun tak lama, hanya dua minggu sampai satu bulan. Kami harus membagi waktu untuk menginap di rumah orang tuaku dan orang tua suami.
Jadi, maklum saja kalau sampai sekarang, aku belum benar-benar akrab dengan ibu mertuaku. Tapi penyebabnya sebenarnya bukan cuma jarak. Ada satu alasan lain kenapa aku sulit dekat dengannya. Alasannya adalah: ibu mertuaku terlalu baik.
Ini serius, aku tidak bercanda. Sejak pertama kali aku main ke rumah calon suamiku, dia super duper baik. Semua makanan di rumah disuguhkannya untukku. Dia juga selalu tersenyum lembut. Bikin aku salah tingkah.
ADVERTISEMENT
Perlakuan itu berlanjut sampai aku dan suami menikah. Aku kira perlakuannya akan berbeda. At least, dia jadi lebih blak-blakan atau tidak sungkan memintaku membantu pekerjaan rumah. Nyatanya tidak.
Hingga kini, setiap aku pulang dan menginap di rumahnya, aku tidak boleh bantu memasak, cuci piring, cuci baju, atau pekerjaan domestik lain. Bahkan untuk piring dan bajuku sendiri tidak boleh. Setiap kali aku beranjak ke dapur dan mendekati wastafel tempat piring kotor, dia selalu mencegahku.
“Udah, nggak usah Nak. Biar ibu atau kakakmu aja yang cuci piring. Kamu kan mumpung lagi libur, dipakai buat santai aja. Nonton TV aja sana,” ucapnya lembut.
Kadang aku masih memaksa mencuci piringku sendiri. Tapi lama-lama pasrah juga. Karena sungkan bila dicucikan ibu mertua , kuputuskan untuk laundry bajuku dan suami.
ADVERTISEMENT
Alhasil setiap menginap di rumah mertua, sehari-hari hanya kuhabiskan buat makan, rebahan, nonton Netflix, and repeat. Benar-benar mati gaya kalau kelamaan.
Bisa dibilang ibu mertuaku ini mertua impian. Terbaik dari yang paling baik. Tapi justru kebaikannya itu yang bikin aku sungkan dan salah tingkah. Kadang aku bertanya-tanya, ibu mertuaku ini benar-benar baik atau sebenarnya memendam sesuatu tentang aku? Apa aku yang tidak peka? Harus bagaimana biar dianggap sama baiknya?
Setiap akan pulang, aku selalu menawari ibu mertuaku ingin dibawakan oleh-oleh apa. Tas? Baju? Skin care? Tapi selalu dijawabnya, “Nggak usah, Nak. Nggak usah nanti kopermu makin berat. Kalian sering pulang aja ibu sudah senang,” tuturnya.
Tentu aku tetap membawakannya oleh-oleh. Tapi aku tidak yakin dia sebenarnya suka atau kecewa, karena responnya selalu sama. Tersenyum ramah dan bilang terima kasih. Huft. I’m so clueless.
ADVERTISEMENT
Setelah aku pikir-pikir, ya sudah nikmati saja. Mungkin perlakuan ibu mertuaku akan berbeda kalau setiap hari ketemu atau kami tinggal serumah. However, aku bersyukur punya mertua yang super baik dan tidak demanding. Anggap saja rejeki anak soleha. (sam)
——
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Amanda? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]