Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Diminta Berhenti Kerja, Tapi Suami Tidak Pernah Beri Uang Belanja
2 Juni 2020 15:40 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sering merasa mertua berbuat nggak adil? Itulah yang dialami Linda, ibu rumah tangga yang dulu diminta suami berhenti kerja. Meski suami nggak terbuka dalam mengelola keuangan keluarga, ibu mertua tetap membela anaknya. Begini kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Aku adalah istri yang bergantung 100 persen secara finansial kepada suami. Ini bukan mauku, sebab suami yang minta aku resign saat hamil anak pertama. Katanya, tenaga yang aku keluarkan saat bekerja sebagai guru SD, nggak sebanding dengan gajinya. Aku menurut.
Tapi fokus mendedikasikan waktu dan tenaga buat keluarga, nggak seindah bayanganku saat masih single. Bahkan aku merasa ironis. Sebab, suamiku nggak pernah kasih jatah uang belanja.
Ya, semua uang dia kelola sendiri. Aku nggak diberi kewenangan untuk ikut mengatur keuangan keluarga. Nggak ada jatah mingguan, apalagi bulanan. Apa yang perlu dibayar, suami membayar sendiri atau memberi dalam jumlah pas.
Tentu aku pernah komplain. Suami menjawab, aku tinggal terima beres aja. Kan enak, nggak perlu pusing. Apalagi dia seorang programmer yang bekerja dari rumah. Kami selalu belanja bareng, ke mana-mana bareng. Kalau perlu bayar apa-apa, tinggal minta saat itu juga.
Gimana kalau aku ingin belanja untuk keperluan pribadi? Biar dituruti suami, aku sampai menjadikan anakku sebagai alasan.
ADVERTISEMENT
“Pa, beli tas ini boleh ya? Biar muat kalau bawa keperluannya si dedek. Tas yang aku punya kecil semua,”
Kadang aku juga pakai fitur PayLater yang disediakan e-commerce kalau suami lagi nggak bisa diganggu. Nanti baru suami yang bayar. Miris, kan?
Nggak, ada yang lebih miris lagi. Kadang ada abang bakso atau bubur kacang hijau lewat depan rumah. Aku ingin beli tapi suami sedang tidur. Aku sampai cari recehan di berbagai sudut rumah buat beli.
Saking pengennya punya pegangan, kadang aku sampai nilep uang kembalian belanja. Lima ribu-sepuluh ribu. Lumayan kalau dikumpulkan.
Aku merasa prihatin sama diri sendiri. Sebegitu nggak percaya dia sama aku? Ke mana peran istri yang katanya menteri keuangan keluarga ?
ADVERTISEMENT
Karena merasa terkekang, aku ingin kembali bekerja. Aku kangen punya penghasilan sendiri. Punya kebebasan buat mengatur keuangan.
Suamiku bilang terserah saat aku memohon izinnya. Boleh saja aku kembali jadi guru SD, asal anak kami ada yang jaga. Dia nggak mau kerja sambil memantau si kecil.
Anehnya, dia mengajukan syarat begitu tapi nggak mau keluar uang untuk bayar daycare atau memanggil nanny ke rumah. Aku harus cari cara sendiri.
Akhirnya aku minta tolong ke ibu mertua yang rumahnya nggak begitu jauh dari kami. Aku harap dia bersedia menjaga anakku hanya sebulan pertama sampai aku dapat gaji. Setelah itu, si kecil akan kutitipkan ke daycare.
Jawaban ibu mertua bikin aku menyesal minta tolong ke dia.
ADVERTISEMENT
“Kenapa kamu pengen kerja lagi? Anakmu kan baru umur 3 tahun. Emang jatah uang belanja dari suamimu kurang?” Tanyanya ketus.
Karena aku sudah terlanjur kesal dengan suami, aku ceritakan saja semua. Biar ibunya tahu, dia nggak terbuka soal keuangan. Bahkan sampai sekarang, aku nggak tahu persis berapa penghasilan suami.
“Kamu kok nggak bersyukur? Kan malah enak kamu tinggal terima beres. Yang penting kan semua kebutuhan terpenuhi. Suamimu itu kerja tiap hari sampai malam lho demi kamu,” jawabnya.
Aku lalu memilih diam. Percuma aku jelaskan sampai berbusa pun dia tetap akan membela anaknya.
Kini aku paham, suami sebenarnya nggak mengizinkan aku bekerja lagi. Tapi karena nggak mau bilang secara gamblang, dia mengajukan syarat begitu. Dia juga tahu permintaanku akan ditolak mentah-mentah oleh ibu mertua.
ADVERTISEMENT
Emang benar ya, aku kurang bersyukur? Emang benar ya, tinggal terima beres semua urusan keuangan itu enak? (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Linda? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]