Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Doyan Belanja Online, Mertua Jadi Banyak Utang
20 April 2020 11:55 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Punya suami setia, anak yang cerdas, rezeki lancar tapi cobaan justru datang dari mertua . Itulah yang menggambarkan kehidupan rumah tangga Ridha. Ibu satu anak asal Bogor itu punya mertua dengan banyak utang. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Ibu mertuaku kenal Shopee, Tokopedia, Blibli, hingga JD.Id sejak setahun lalu. Awalnya aku yang mengajari, biar dia nggak usah repot-repot belanja keluar setiap perlu sesuatu. Aku nggak menyangka kalau inisiatifku itu akan jadi buah simalakama.
Sejak paham cara belanja online di satu marketplace, ibu mertua lalu download beberapa marketplace lain. Ingin membanding-bandingkan harga, katanya. Dia makin tech-savvy dari hari ke hari. Dari yang bingung cara balas chat, jadi hafal cara checkout keranjang belanja online.
Sayangnya, hasrat belanja ibu mertua jadi nggak terkontrol. Dia jadi sering belanja barang nggak penting hanya karena lapar mata. Mulai dari bedcover seharga Rp 500 ribu-an hingga jam tangan harga jutaan.
Awalnya dia bayar pakai tabungan pensiun ayah mertua. Padahal uang itu seharusnya buat biaya operasional sehari-hari. Setelah tabungan itu hampir habis, ibu bayar pakai kartu kredit ayah mertua. Karena selalu bayar tagihan dengan minimum payment, biaya bunga pun menumpuk dari bulan ke bulan.
Setelah kartu kredit ayah overlimit, ibu mertua belum juga kapok. Dia lalu utang tetangga kanan-kiri. Karena lama nggak dibayar, ibu mertua pun jadi omongan tetangga.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan lalu, barulah ketahuan ibu mertua punya banyak utang. Ada tetangga yang menagih ke ayah mertua dan pihak bank penerbit kartu kredit pun menelepon. Barulah kami tahu kalau total utang ibu mencapai Rp 35 juta-an lebih.
Tentu aku langsung puyeng mendengar kabar itu. Apalagi aku yang pertama kali mengenalkan ibu mertua dengan online shopping. Kesal, merasa bersalah, jadi campur aduk.
“Kok Ayah selama ini nggak curiga? Pasti banyak paket yang datang kan?” Tanya suamiku kepada ayahnya.
“Sumpah demi Allah, Ayah jarang nerima paket. Seinget Ayah cuma ada lima kali paket yang datang. Ayah pikir cuma barang murah,” jawabnya.
Barulah kami tahu juga selama ini ibu mertua nggak hanya belanja untuk dirinya sendiri. Dia beli barang di marketplace lalu dikirim ke saudara dan teman-temannya. Dari riwayat aplikasinya, barang yang dibeli juga nggak penting.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya oleh ayah dan suamiku, ibu mertua cuma menangis dan minta maaf. Saking marahnya, ayah mertua sampai membanting pintu. Tapi nasi sudah jadi bubur, utang ibu harus dibayar.
Selama ini ayah dan ibu mertua hidup dari tabungan pensiun dan jatah bulanan dari suamiku. Karena tabungan mereka sudah habis, nggak mungkin aku dan suami tega membiarkan mereka menanggung sendiri.
Aku dan suami sepakat membantu ibu mertua membayar cicilan utangnya. Uang yang seharusnya kami pakai untuk dana pendidikan, dialokasikan untuk bayar utang. Tentu aku kecewa, tapi mau bagaimana lagi. (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Ridha? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT