Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Lupa Cium Tangan Ibu Mertua, Malah Jadi Drama
1 Maret 2020 11:09 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Merasa mertua sering ribut hanya karena masalah kecil? Mertua sering mengadu domba Anda dan suami? Itulah yang dirasakan Velda, ibu bekerja asal Bogor. Ketidakcocokannya dengan mertua ternyata berimbas pada pernikahannya.
ADVERTISEMENT
—
Sejak awal menikah, ibu mertuaku seperti punya sentimen tersendiri kepadaku. Dia tampak cemburu setiap kali suamiku memperlihatkan perhatiannya kepadaku. Mungkin karena suamiku adalah anak laki-laki satu-satunya. Sentimen itu semakin membesar karena aku sering lupa mencium tangannya.
Aku memang dibesarkan di keluarga yang tidak mewajibkan cium tangan. Orang tuaku tidak pernah memintaku mencium tangannya sebelum aku keluar rumah atau momen lainnya. Meski begitu, bukan berarti aku tidak hormat atau menghargai mereka.
Hal ini berbeda dengan kebiasaan keluarga suamiku. Ibunya adalah wanita Jawa tulen yang membiasakannya anaknya “salim” dalam berbagai momen. Cium tangan jadi simbol penghormatan kepada yang lebih tua.
Tentu aku bersedia mengikuti kebiasaan itu. Tapi dalam dua tahun pernikahan kami, aku masih sering lupa mencium tangan ibu mertua. Dan hal itu sering dia permasalahkan seolah-seolah problem besar.
ADVERTISEMENT
Setiap kali aku lupa, ibu mertua lapor ke suamiku. Dia memang sering datang ke rumah kami.
“Istrimu itu gimana sih, kok nggak ada hormat-hormatnya ke ibu. Tadi ibu datang, Velda nggak salim ke ibu,” katanya dengan suara keras agar aku dengar.
“Sabar, Bu. Kan memang Velda nggak biasa salim di keluarganya. Mungkin dia lupa salim ke ibu,” ujar suamiku berusaha membelaku.
Biasanya kalau anaknya mulai membelaku, dia akan semakin defensif. Makin kencang menjelek-jelekkan aku. Kesalahanku yang dulu-dulu akan dibahas juga. Termasuk caraku mengasuh Doni, anak pertamaku yang masih berusia 8 bulan.
“Apa sih kamu suka dari istrimu itu? Dari dulu ibu nggak suka. Doni aja sering ditinggal keluar, dititipin ke daycare padahal masih bayi. Kan kasihan,” lanjutnya makin meradang.
ADVERTISEMENT
Kalau sudah begitu, aku akan masuk ke kamar, menyetel musik sekencang-kencangnya. Biar saja ibu mertuaku makin emosi. Memang aku tidak ada benarnya di matanya.
Aku sebenarnya tidak masalah selama hubunganku dengan suami baik-baik saja. Toh ibunya memang keras dari dulu. Tapi yang membuatku kepikiran akhir-akhir ini adalah suamiku mulai terpengaruh. Setelah ibunya marah-marah begini, dia akan diam saja seharian. Aku mengajak ngobrol pun tidak digubris.
Aku takut hubunganku dengan suamiku akan semakin dingin bila ibu mertua semakin mencampuri rumah tangga kami. Aku pun merasa sudah melakukan yang terbaik. Harus bagaimana lagi? (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Velda? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT