Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jadi Korban Body Shaming Mertua
29 Februari 2020 21:36 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menantu seringkali memendam pendapatnya agar tidak menyakiti hati mertua . Di lain sisi, banyak mertua yang asal cablak saat ngomong di depan menantu. Itulah yang dialami Christina, ibu muda yang baru melahirkan dan jadi korban body shaming mertua sendiri.
ADVERTISEMENT
—
Dari awal, aku menganggap ibu mertua sebagai pribadi yang ramah dan suka bercanda. Dia selalu jadi ice breaker saat pertemuan keluarga. Di antara para tetangga, ibu juga terkenal sebagai orang yang lucu dan supel kepada siapapun.
Namun ternyata guyonan ibu jadi menyakitkan ketika sudah membicarakan fisikku. Ya, aku jadi korban body shaming ibu mertuaku sendiri. Setiap kali dia mengomentari tubuhku, aku bisa memikirkan omongannya hingga berhari-hari kemudian.
Begini ceritanya. Setelah melahirkan anak pertama, berat badanku seperti susah kembali seperti semula. Memang sih aku jarang olahraga, apalagi si kecil masih susah untuk ditinggal. Hingga kini, 11 bulan setelah melahirkan , badanku masih 10 kilogram lebih berat dibandingkan sebelum hamil.
Saking kesalnya, aku sampai menyalahkan gen. Ibu kandungku memang jadi big size setelah melahirkan. Jadi bukan salahku kalau aku jadi gendut begini.
ADVERTISEMENT
Entah karena ibu mertuaku tidak peka atau memang sengaja, dia menyinggung bentuk badanku di tengah pertemuan keluarga besar.
“Christina, kamu diet dong. Sering olahraga kek. Badanmu udah kayak keranjang laundry lho,” katanya sambil tertawa seakan-akan lucu.
Mungkin karena sadar bahan bercandaan ibu sudah kelewatan, anggota keluarga lain tidak ikut tertawa. Tetap saja, aku sakit hati.
Parahnya, body shaming itu tidak dilakukan cuma sekali. Ibu mertua juga menyindir badanku yang gendut setiap aku mengunjunginya di akhir pekan.
“Chris, sini bantu-bantu ibu masak. Biar kamu balik jadi langsing lagi, harus banyak gerak,”
“Tadi sarapan apa Chris? Kok kayaknya badanmu makin berisi,”
“Di YouTube itu banyak video olahraga. Bisa kamu ikutin lho. Badan gendut itu sarang penyakit,”
Ada saja komentarnya tentang badanku. Aku sampai stres memikirkan omongan ibu mertua. Aku jadi mempertimbangkan mencoba pil diet yang banyak dijual di Instagram.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan suamiku? Dia pun tidak membelaku bila ibunya mulai body shaming tentang berat badanku. Dia tahu aku sakit hati. Tapi dia tidak berani menegur ibunya.
Sejak mertua sering body shaming, aku jadi jarang berkunjung ke rumahnya. Siapa juga yang tahan diperlakukan begitu? (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Christina? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]