Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mertua: Anak Jangan Dikasih Micin!
27 Maret 2020 19:50 WIB
Diperbarui 27 Maret 2020 19:50 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anda tentu percaya bahwa mertua ingin memberi yang terbaik bagi cucunya. Begitu pula kita sebagai orang tua. Tapi bagaimana bila mertua tidak konsisten dalam pengasuhan anak? Simak pengalaman Ibu Vava dari Bogor berikut.
ADVERTISEMENT
—
Aku adalah tipe ibu yang santai. Santai yang kumaksud adalah aku berusaha tidak terlalu perfeksionis sehingga memaksakan kehendakku ke anak . Salah satu contohnya adalah makanan.
Aku tidak melarang anakku makan snack kemasan. Ibu-ibu lain mungkin melarang keras demi menghindarkan anaknya dari MSG/micin.
Aku sih tidak mau serempong itu. Daripada anakku penasaran lalu makan diam-diam, lebih baik dia makan di bawah pengawasanku. Yang penting konsumsinya dalam batas wajar.
Nah, ibu mertua tidak setuju dengan pilihanku ini. Suatu kali dia menasihati agar melarang anakku makan snack lagi.
“Anakmu jangan dibiarin makan ciki terus, nggak sehat loh banyak micinnya,” ujarnya.
“Nggak sering kok, Bu. Biasanya cuman seminggu dua-tiga kali,” jawabku.
ADVERTISEMENT
“Tetep aja nggak bagus. Mending jangan dikasih sama sekali biar nggak ketagihan,”
“Gitu ya Bu. Oke deh,” kuiyakan saja untuk mempersingkat pembicaraan.
Sejak saat itu, aku memberikan jatah snack si kecil saat tidak ada mertua . Aku tidak bisa begitu saja melarang anakku untuk berhenti makan snack favoritnya. Selain tidak tega, aku juga harus konsisten memberlakukan aturan. Bila biasanya boleh secara terbatas, jangan tiba-tiba dilarang total.
Namun ada kejadian lucu yang membuatku tertawa kecil hingga sekarang. Suatu hari, aku dan anakku berkunjung ke rumah mertua. Aku berniat menitipkan si kecil ke ibu mertua karena ada meeting sampai malam.
Karena sedang rewel, anakku jadi tidak mau ditinggal. Dia menolak dititipkan meski sudah dirayu macam-macam. Ibu mertua pun ikut merayu si kecil.
ADVERTISEMENT
“Ayo jalan-jalan sama Oma yuk, di sana ada toko boneka,”
“Sini sama Oma yuk, nanti Oma belikan mainan,” rayu ibu mertua.
Karena anakku tidak merespons juga, akhirnya ibu mertua memilih menggunakan jurus pamungkasnya.
“Ayo ikut Oma jalan-jalan, nanti Oma belikan chiki,” ujarnya.
Lalu ibu mertua dan aku saling bertatapan mata tanpa suara. Tatapan yang penuh makna. Eksperesinya antara canggung dan malu. Rupanya dia ingat pernah melarangku memberi si kecil snack. Tapi sekarang dia sendiri yang tidak konsisten dengan ucapannya.
Daripada membuat ibu mertua makin malu, aku memilih diam dan cepat-cepat pergi. Begitu aku sudah sendiri, aku tertawa sepuasnya mengingat ekspresi ibu mertua tadi.
Lucu memang. Tapi aku yakin sikap ibu mertua itu sering terjadi dalam pengasuhan anak. Orang tua mendadak melanggar aturan yang dibuat sendiri saat kepepet. Ada yang pernah melakukannya? (sam)
ADVERTISEMENT
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Vava? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]