Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Mertua Murka Karena Gelas Pecah
22 Februari 2020 11:36 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Masalah kecil dengan mertua seringkali berkembang jadi konflik berkepanjangan. Kesal, sedih, merasa tidak dihargai, semua campur aduk. Itulah yang dialami Ayu, ibu satu anak yang sedang mencari cara bagaimana berbaikan dengan ibu mertuanya.
ADVERTISEMENT
—
Sebelum menikah, aku kira urusan dengan mertua itu mudah. Asal menantu ramah, perhatian, dan peka, mertua pun akan begitu.
Dulu aku tidak pernah kesulitan mendekati orang tua mantan pacarku. Kami cepat akrab. Jadi aku kira semua akan lancar-lancar saja. Ternyata tidak semudah bayanganku.
Seminggu pertama setelah menikah, suamiku mengajak menginap di rumah orang tuanya. Maksudnya, biar aku cepat akrab dengan keluarganya. Alih-alih akrab, yang ada aku jadi trauma.
Jadi begini. Baik ibu atau bapak mertuaku sama-sama diam seribu bahasa kalau tidak diajak ngobrol duluan. Benar-benar pendiam. Entah selama ini selalu begitu atau karena ada aku mereka jadi sangat hemat suara.
Jangan dikira aku tidak usaha. Aku sudah coba tanya ini itu, membuka topik obrolan. “Ibu suka makan apa? Nanti kita masak bareng gimana?”, “Wah bapak suka jogging ya ternyata. Besok pagi boleh ikut?”
ADVERTISEMENT
Jawaban mereka selalu singkat, padat, dan bikin suasana jadi awkward. Saking canggungnya, satu hari terasa seperti 34 jam di rumah mertuaku. Sejak itu, aku jadi enggan menginap di sana.
Seiring berjalannya waktu, bapak dan ibu mertua jadi sedikit terbuka. Tentu karena kerja kerasku berusaha mengakrabkan diri. Suamiku juga cukup membantu jadi perantara di antara kami.
Yang paling kubanggakan adalah ibu mertua mulai sering curhat denganku. Ya, setelah tiga tahun pernikahan dan aku punya satu anak , barulah dia luluh. Walapun yang dicurhatkan cuma masalah masakan yang terlalu asin atau pohon depan rumah yang terlalu rimbun, progress is still a progress. Bahkan dia mau berbagi resep denganku.
Nila setitik, rusak susu sebelanga. Peribahasa itu cocok mendeskripsikan situasiku saat ini. Semua usahaku bertahun-tahun mendekati mertua, rusak hanya karena kesalahan kecil.
ADVERTISEMENT
Suatu hari saat aku dan suami berkunjung ke rumah mertua, aku inisiatif membuatkan minuman untuk mereka. Aku membuat teh hangat di dapur agar tidak merepotkan ibu mertuaku.
Sayangnya, aku tidak sengaja menyenggol satu gelas sehingga pecah berkeping-keping. Aku santai saja, toh cuma gelas doang. Aku berniat mengambil sapu untuk segera membersihkan serpihan gelasnya. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku sudah ada di dekat pintu dapur.
“Suara apa tadi Yu?” tanyanya dengan nada agak panik.
“Ini bu, maaf, tadi Ayu nyenggol gelas. Jadi pecah gini. Ini mau Ayu bersihin,”
Dia lalu melihat ke lantai, di mana pecahan gelas masih berserakan. Raut mukanya langsung berubah.
“Itu gelas peninggalan Bapakku. Kok bisa sampai pecah? Kamu itu ngerepoti aja. Mantu nggak bener!” hardik ibu mertuaku dengan nada membentak.
ADVERTISEMENT
Sontak aku terkaget. Baru pertama kali aku mendengar ibu mertuaku yang pendiam itu pakai nada suara tinggi. Baru pertama kali mendengarnya berkata kasar. Baru pertama kali aku melihatnya begitu marah dan murka. Hanya karena aku memecahkan satu gelas warisan.
Suamiku bilang, gelas itu memang sangat dijaga oleh ibunya. Gelas favoritnya. Alih-alih disimpan dalam lemari, ibu mertuaku memakai setiap hari untuk ngopi. Rutinitas itu mengingatkannya akan almarhum bapaknya.
Aku meninggalkan rumah mertuaku dengan mata berkaca-kaca. Sejak saat itu, ibu tidak pernah mengangkat teleponku atau membalas chat WhatsApp dariku. Aku juga belum punya nyali untuk minta maaf (lagi) secara langsung.
Sudah dua bulan perang dingin ini berlangsung. Aku bingung harus apa berbuat apa. Aku harus bagaimana agar ibu mertua memaafkanku. Ada yang punya saran? (sam)
ADVERTISEMENT
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Ayu? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]