Mudah Tersinggung, Mertua Sering Menyindir di WhatsApp Status

Mertua Oh Mertua
Curhatan, keluh kesah, dan kisah cinta tentang mertua. Banyak drama di antara kita.
Konten dari Pengguna
12 September 2020 10:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mudah Tersinggung, Mertua Sering Menyindir di WhatsApp Status. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Mudah Tersinggung, Mertua Sering Menyindir di WhatsApp Status. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bukan cuma anak muda yang suka saling sindir via media sosial, ternyata orang tua juga bisa. Seperti ibu mertua dari Rania misalnya. Setiap kali nggak suka dengan sikap Rania, nggak lama kemudian jadi bahan WhatsApp status. Ngeselin ya? Simak langsung ceritanya.
ADVERTISEMENT
Awal kenal ibu mertua, kesan pertama yang muncul adalah ramah. Aku kira ibu mertua adalah tipikal perempuan Jawa yang ramah, lemah lembut, mudah menerima, dan nggak neko-neko. Yang nggak aku tahu saat itu adalah ternyata dia suka memendam perasaan, kalau kesal, seringnya cuma diomongin di belakang.
Aku baru sadar itu setelah tinggal serumah dengannya. Aku tahu aku bukan menantu maha sempurna. Banyak sifat dan sikapku yang nggak sesuai dengan harapannya. Tapi bukannya menegur langsung agar aku bisa memperbaiki diri, ibu mertua lebih suka menyindirku lewat WhatsApp status.
Misalnya saat aku bangun kesiangan. Malam sebelumnya aku memang begadang karena harus menyelesaikan pekerjaan yang terpaksa aku bawa pulang. Karena kecapekan, Sabtu paginya aku baru bangun pukul 08.30. Begitu selesai mandi dan cek handphone, aku lihat WhatsApp status ibu mertua.
ADVERTISEMENT
“Bangun siang melulu kayak masih perawan aja,” begitu tulisnya. Kalau bukan buat aku siapa lagi?
Dok: Giphy
Tentu aku sadar menumpang di rumah mertua itu nggak ideal. Setelah 6 bulan menumpang, aku dan suami memutuskan untuk kontrak rumah. Saat kami minta izin, ibu mertuaku memang terlihat nggak ikhlas melepas anak sulungnya. Katanya, daripada buang-buang uang mending tinggal di sana aja, toh banyak kamar kosong
“Kami mau belajar mandiri, Bu,” alasanku. Toh apa pun jawaban orang tua suamiku, kami akan tetap keluar dari rumah itu.
Sudah kuduga. Kekesalannya kepadaku pasti terbit jadi WhatsApp status.
“Katanya mau mandiri, tapi yang dipikirin kepentingan sendiri,” tulis ibu mertua. Sangat jelas kalau status itu dibuat untuk menyindir aku. Dan memang tepat sasaran karena aku membaca dan ngerasa.
ADVERTISEMENT
Nggak cuma itu yang jadi trigger ibu mertua update status. Setelah kontrak rumah pun, aku dan suami mengusahakan sering berkunjung. Maklum, suamiku adalah anak kesayangannya ibunya.
Suatu kali saat kami berkunjung, ibu mertua menyuguhi kami ayam rica-rica masakannya. Enak sih, tapi aku nggak bisa makan banyak karena asam lambungku baru kambuh. Makanan di piringku jadi nggak habis. Ku kira nggak akan jadi masalah, eh ternyata jadi bahan status lagi.
“Dimasakin susah-susah tapi malah berakhir di tempat sampah,” tulisnya. Waduh, baperan amat ya?
Dok: Giphy
Selama ini aku pura-pura bodoh. Pura-pura nggak tahu kalau statusnya itu ditujukan untuk menyindirku. Tapi kalau terlalu sering gini ya ngeselin juga. Lama-lama aku jadi kepikiran. Separah itu ya keburukan menantunya sampai harus diumumkan ke dunia?
ADVERTISEMENT
Yang aku herankan, kenapa ibu mertua nggak langsung menegurku? Dengan langsung ngomong di depan, aku jadi paham di mana letak kesalahanku, bagaimana aku bisa memperbaiki diri, dan aku jadi bisa membela diri. Masa iya aku harus balas menyindirnya via WhatsApp status?
Ah nggak deh. Kalau sampai aku balas, berarti aku sama nggak dewasanya dengan ibu mertua. Aku putuskan untuk tetap nggak merespons. Biar ibu mertua yang makan ati sendiri. (sam)
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Rania? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua? Kirim email aja! Ke: [email protected]