Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Online Shop Lancar, Mertua Malah Mencecar
12 Maret 2020 18:31 WIB
Tulisan dari Mertua Oh Mertua tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beda pendapat wajar terjadi antara menantu dan mertua . Seringnya, perbedaan itu muncul ketika berkaitan dengan finansial dan pengasuhan anak. Itulah yang dirasakan Fira, ibu sekaligus entrepreneur yang membangun bisnisnya dari nol. Berikut kisahnya.
ADVERTISEMENT
—
Sudah enam tahun aku menggeluti bisnis reseller peralatan dapur. Aku memulai online shop ini setelah resign dari pekerjaanku. Tujuannya memang untuk fokus merawat si kecil, tapi nyatanya aku tidak bisa hanya diam di rumah. Aku ingin punya kegiatan yang menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan anak selama 8 jam seperti pegawai korporat.
Dulu sih bisnisku tidak sebesar ini. Tapi sejak marketplace sangat mudah diakses, pendapatanku langsung melejit. Puluhan kali lebih banyak dibandingkan saat aku hanya jual lewat broadcast Blackberry Messenger dulu.
Namun tidak semua senang dengan perkembangan bisnisku yang lancar. Ibu mertuaku malah mencecar. Menurutnya, aku lebih memprioritaskan bisnis daripada dua anakku yang masih butuh banyak perhatian.
“Kamu nggak kerja kantoran tapi kok anak-anak lebih sering main sama ART? Kamu sih sibuk jualan. Ngapain sih cari ribet? Kan enak fokus ngurus anak,” katanya.
ADVERTISEMENT
Aku memang mempekerjakan ART untuk mengurus rumah dan menjaga anak-anak. Jujur aku merasa kewalahan. Apalagi anak-anak masih kecil, usia 7 tahun dan 4 tahun. Mereka sangat aktif dan aku tidak bisa selalu mengikuti ke sana kemari.
Selain menjawab chat customer, aku harus menyuplai barang, entry produk baru, packaging, update feed, hingga memastikan kurir ekspedisi membawa paketku dengan hati-hati. Kalau sedang peak season, aku bisa sangat sibuk.
Tapi aku selalu meluangkan waktu untuk anak-anak. Hanya saja, setiap kali ibu mertua datang, kebetulan order sedang banyak. Alhasil, jadi kena semprot.
Tidak hanya sekali mertuaku berkomentar pedas tentang bisnisku. Dia sering melakukannya di depan suamiku dan bahkan secara gamblang menyuruhku berhenti. Dia juga sering ikut campur soal keuangan rumah tangga kami.
ADVERTISEMENT
Itulah yang membuatku gerah. Suamiku tidak pernah keberatan dengan bisnisku. Malah dia senang dan bangga aku bisa membantu keuangan keluarga tanpa sering meninggalkan anak-anak.
Kami dan anak merasa baik-baik saja, tapi kenapa malah mertua yang sirik?
Asal tahu saja, ibu mertuaku memang sejak dulu murni ibu rumah tangga. Dia hanya fokus mengurus pekerjaan rumah dan merawat lima anaknya. Semua urusan keuangan dikerjakan oleh suaminya.
Aku merasa ibu mertua sebenarnya iri kepadaku. Aku bisa menjaga anak di rumah tapi punya penghasilan sendiri. Aku punya kesibukan produktif di luar entitasku sebagai istri dan ibu.
Ibu mertua iri karena dulu tidak punya kesempatan seperti aku. Bagaimana menurut kalian? (sam)
—
Jadi gimana, nih? Apakah Anda juga pernah mengalami pengalaman serupa dengan Faisya? Boleh dong, diceritakan di kolom komentar. Takut namanya kebaca sama mertua ? Kirim email aja! Ke: [email protected]
ADVERTISEMENT