Merayakan 'Quarter Life Crisis' dalam Album Debut Hindia

29 November 2019 9:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hindia dalam album 'Menari dengan Bayangan' dok Instagram @wordfangs
zoom-in-whitePerbesar
Hindia dalam album 'Menari dengan Bayangan' dok Instagram @wordfangs
ADVERTISEMENT
Manusia mencapai seperempat abadnya di usia 25. Usia dewasa tanggung, yang sarat akan krisis identitas atau biasa dikenal dengan quarter life crisis.
ADVERTISEMENT
Quarter life crisis adalah istilah untuk menggambarkan sebuah periode dalam kehidupan yang membuat kita sering merasa ragu, cemas, dan bingung dengan tujuan hidup.
Biasanya kondisi ini akan membuat kita menyadari bahwa ada suatu hal yang harus diubah dalam hidup. Tapi, enggak tahu apa dan bagaimana cara untuk memulainya. Keadaan tersebut enggak jarang bikin makin bingung. Bahkan, memunculkan rasa kesepian.
Baskara Putra, vokalis band .Feast yang kini bersolo karier di bawah moniker Hindia, menjadi salah satu yang lagi mengalami quarter life crisis. Ia menuangkannya dalam album debut 'Menari dengan Bayangan'.
Ada 15 track dalam 'Menari dengan Bayangan'. Tiga di antaranya adalah voice note dari tiga perempuan penting dalam hidup Hindia. Ibunya, Anggra selaku asisten, dan sahabatnya bernama Caca.
ADVERTISEMENT
Ke-3 voice note tersebut singkat, tapi semakin memberi sentuhan personal di album perdana Hindia.
Sementara, untuk 12 lagu lainnya, rasanya enggak perlu dipertanyakan lagi. Keduabelasnya terdengar begitu personal, seperti curhatan Hindia kepada penggemar. Ia membuka diri cukup lebar, untuk mempersilakan pendengar masuk lebih dalam ke kehidupannya.
Hindia dalam sesi mendengarkan bersama album 'Menari dengan Bayangan' dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Album 'Menari dengan Bayangan' ini juga merekam kisah Hindia dari kondisi titik rendahnya, rasa bencinya pada kehidupan, lalu kilas balik ke masa kecil dan cita-citanya.
Kilas balik masa kecil Hindia dituturkan dalam lagu 'Besok Mungkin Kita Sampai'. Dalam sesi mendengarkan bersama albumnya beberapa waktu lalu, ia mengatakan ini adalah dialog antara dirinya yang dulu dengan yang sekarang.
"Lirik lagu ini beberapa halnya ditulis dari gue SMP. Gue warnain yang bagus, terus rangkum jadi satu lagu. Karena, dulu sebelum full di musik, gue sering mikir, 'lanjut S2, enggak, ya?' atau 'gue kapan, sih, settle?'. Teman-teman gue udah pada nikah, dan tiba-tiba mencicil rumah. Tapi, hal kayak gini bikin lupa kalau hidup bukan kompetisi. Bersyukur dengan kecepatan lo sendiri," kata dia.
Hindia dalam sesi mendengarkan bersama album 'Menari dengan Bayangan' dok Hesti Widianingtyas/kumparan
Enggak berhenti di situ. Quarter life crisis yang dialami Hindia juga bersinggungan dengan penyesalan seputar karier dan cinta.
ADVERTISEMENT
Seperti dalam lagu 'Untuk Apa/Untuk Apa?'. Di lagu ini, Hindia mengenang masa saat sedang sibuk-sibuknya, hingga enggak ada waktu buat diri sendiri.
"Bahkan, mau makan siang enggak bisa gara-gara kerja, dan nyokap tahu jadwal gue dari Instagram. Itu udah enggak sehat, sih. Akhirnya jadi kayak, buat apa, sih, semuanya? Ini peringatan buat diri sendiri di masa depan, dan cautionary buat siapapun yang mendengar," bebernya.
Permasalahan quarter life crisis yang dituangkan Hindia sejak awal album, seakan dijawabnya dalam lagu penutup, 'Evaluasi'.
Di sini ia berulang kali meyakinkan diri, mencoba untuk ikhlas, dan menerima proses kehidupan.
ADVERTISEMENT
'Menari dengan Bayangan' adalah upaya Hindia dalam merayakan quarter life crisis-nya yang gelap, misterius, dan unfamiliar, tapi selalu mengikutinya, seperti bayangan.
Dari segi musik, Baskara tampil berbeda dibandingkan dengan dirinya bersama .Feast. Ia mendeskripsikan, musik .Feast lebih menyuarakan kekecewaan dan kemarahan, dengan emosi ekstrem dalam spektrum warna merah.
Sedangkan, lewat musik Hindia, Baskara cuma ingin ketawa. Karena itu, dia menyuguhkan musik dalam spektrum warna biru atau kuning.
'Menari dengan Bayangan' dirilis pada Jumat (29/11), dan bisa kamu dengarkan di bawah ini.