Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Melihat Tragedi Kanjuruhan dari Perspektif Pertanian
9 Oktober 2022 8:41 WIB
Tulisan dari Neezar GZ tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia sepakbola tengah dirundung pilu setelah insiden pada Sabtu 1 Oktober 2022, dimana sebanyak lebih dari 100 korban meninggal dunia di stadion Kanjuruhan Malang pada malam pertandingan derby antara Arema FC menjamu Persebaya FC. Pertandingan tersebut berakhir dengan skor 2-3 atas kemenangan Persebaya FC atas tuan rumah. Peristiwa kelam terjadi usai pertandingan yang diawali dengan turunnya para suporter Arema FC ke lapangan. Terdapat pihak yang mengatakan bahwa turunnya suporter ke lapangan bertujuan untuk menyemangati para pemain dan tim pelatih Arema FC atas kekalahan yang diterima. Namun ada juga pihak lain yang berkomentar bahwa turunnya suporter ke dalam lapangan memang bertujuan untuk membuat kericuhan sebagai bentuk kekecewaan terhadap performa singo edan malam itu.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari dua perspektif tersebut, yang menjadi sorotan dalam peristiwa mengenaskan di Kanjuruhan adalah respon pihak aparat keamanan setelahnya. Awalnya aparat hanya mengamankan beberapa suporter yang turun ke lapangan, sayangnya pengamanan yang diberikan justru tidak memberikan rasa aman, para suporter justru dipukul dan ditendang. Hal tersebut sontak membuat suporter yang masih berada di tribun merasa emosi melihat kawan mereka diperlakukan seperti itu. Refleks para suporter lain pun akhirnya ikut turun ke lapangan untuk menyelamatkan temannya yang diperlakukan tidak pantas oleh pihak kemanan.
Melihat situasi yang sudah sangat tidak kondusif, dengan semakin banyaknya suporter yang berada di lapangan, pihak aparat mengambil tindakan untuk menembakkan gas air mata dengan tujuan menenangkan suasana. Anehnya tembakan gas air mata ditujukan ke segala arah, tak hanya ditujukan ke suporter yang turun ke lapangan, tribun yang sedang dalam kedaan tenang pun ikut menjadi target ditembakkannya gas air mata. Pengambilan keputusan yang sangat ceroboh, sebab tindakan aparat tersebut adalah awal terjadinya insiden yang menewaskan ratusan orang kala itu.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan keterangan Kapolri Listyo Sigit bahwa terdapat 11 tembakan gas air mata pada peristiwa tragis tersebut. Rasa perih, batuk, sesak napas dan panas pada kulit adalah apa yang dirasakan para suporter Arema FC malam hari itu. Bapak-bapak, ibu-ibu, para pemuda, pelajar sampai orang tua bersama anaknya yang awalnya ingin menikmati pertandingan sepakbola, malah disuguhkan pada situasi yang tidak terduga. Ribuan manusia berdesak-desakan, berlarian, saling menginjak dan tidak ada yang bisa disalahkan, sebab semuanya ingin selamat, semuanya merasakan perih dan sakit di mata, semuanya ingin keluar dari stadion secepatnya.
Rasa kesal, sedih, haru, dan duka sudah pasti dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Seyogianya kita selaku masyarakat di era digital harus segera melangkah, jangan hanya asal-asalan menyalahi dan mengomentari melainkan juga harus mampu mencari. Mencari sebab, alasan, kesalahan, kejanggalan serta hikmah dari peristiwa mengenaskan tersebut. Salah satu hasil pencarian yang ingin saya suguhkan dalam tulisan ini adalah hasil analisis saya terhadap penyebab tragedi Kanjuruhan menggunakan perspektif ilmu pertanian.
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu teori pertanian terdapat istilah Manajemen Perlindungan Tanaman, dimana di dalamnya dibahas tuntas terkait dengan teknis dan sistematika dalam menghadapi gangguan hama, penyakit serta cuaca dalam rangka untuk memberi perlindungan terhadap tanaman yang dibudidayakan. Dengan begitu, tanaman (objek) yang diberi perlindungan oleh petani (subjek) akan memberikan hasil panen yang maksimal. Jika dikorelasikan dengan peristiwa Kanjuruhan, idealnya dalam hal keamanan pertandingan, yang menjadi subjek atau pelindung adalah pihak aparat kepolisian sedangkan para penonton dan suporter adalah objek yang harus dilindungi dan seharusnya merasa terlindungi.
Salah satu gangguan dalam budidaya tanaman adalah gulma atau tumbuhan yang tidak diharapkan. Seorang petani tidak pernah menginginkan tumbuhnya gulma sebab nantinya akan mengganggu pertumbuhan dan kinerja fisiologis tanaman budidaya. Petani yang cerdas tidak hanya merasa kesal dan menyesali tumbuhnya gulma, melainkan memikirkan dan melakukan tata kelola persiapan, penanganan serta solusi terhadap persoalan yang sudah dan akan muncul. Tak hanya soal gulma, namun juga persoalan lainnya seperti kekeringan, serangan hama dan serangan penyakit harus diwaspadai dan ditangani sedari dini. Langkah yang diambil bukan hanya soal antisipasi, melainkan langkah mitigasi untuk mencegah permasalahan yang mungkin terjadi.
ADVERTISEMENT
Jika saya tarik kembali ke persoalan keamanan saat tragedi Kanjuruhan, maka aparat keamanan selaku pelindung bagi suporter seharusnya memiliki mindset selayaknya petani cerdas yang saya ilustrasikan di atas. Persoalan yang mungkin terjadi seperti kericuhan, kekacauan dan persoalan keamanan lainnya seharusnya telah dilakukan langkah mitigasi sedari awal dan disediakan langkah antisipasinya untuk hal-hal di luar dugaan, tak hanya sebelum pertandingan, melainkan sebelum liga mulai berjalan. Koordinasi antara PSSI, panitia pelaksana dan aparat keamanan sedari awal harus ikut menyertakan pembahasan soal keamanan dan ketertiban stadion. Apalagi telah diketahui bersama bahwa suporter sepak bola di Indonesia sangat kental dengan fanatismenya. Apakah hal ini tidak disadari? Sungguh tidak masuk akal rasanya jika dikatakan mereka tidak menyadari, diksi yang lebih cocok adalah mereka tidak peduli.
ADVERTISEMENT
Salah satu indikasi kurangnya persiapan oleh PSSI selaku federasi sepakbola nasional ialah tidak diindahkannya peraturan FIFA terkait pelarangan penggunaan gas air mata yang tertuang dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulations pasal 19b. "No fire arms or crowd control gas shall be carried or used [Tidak boleh membawa atau menggunakan senjata api atau gas air mata]," Pasal 19 sendiri membahas terkait regulasi bagi petugas lapangan dan polisi dalam menjaga ketertiban di stadion saat pertandingan. Pasal 19 mengatakan bahwa "Untuk melindungi para pemain dan ofisial, serta menjaga ketertiban umum, maka mungkin diperlukan untuk mengerahkan petugas lapangan dan/atau polisi di sekeliling lapangan permainan. Saat melakukannya, pedoman berikut harus dipertimbangkan,"
Inti dari poin-poin pada pasal 19 tersebut adalah beberapa hal yang harus dipertimbangkan oleh petugas keamanan stadion. Muncul pertanyaan kepada pihak PSSI dan penyelenggara liga Indonesia, apakah regulasi tersebut telah dibaca? Jangankan untuk mempertimbangkan dan menaati, mungkin saja isi aturan tersebut tidak pernah diketahui oleh PSSI.
ADVERTISEMENT
Lalu apa yang menjadi topik pembicaraan ketika ingin mengadakan event sepakbola di negeri ini? Menciptakan sportifitas atau mengisi saldo rekening sampai tak terbatas?
Ketika petani membeli obat tanaman seperti pestisida atau insektisida, telah tertera aturan dan panduan penggunaan. Mulai dari dosis, hama sasaran, waktu pengaplikasian serta larangan dan peringatan agar tidak dikonsumsi oleh manusia. Jika ingin penyemprotan yang dilakukan bisa mematikan atau mengusir hama yang diinginkan, maka seorang petani harus bisa membaca agar melaksanakan penyemprotan sesuai dengan prosedur yang telah disediakan. Sama halnya dalam konteks sepakbola, jika ingin melaksanakan event-event tertentu, terdapat segala macam aturan dan prosedur dari FIFA selaku federasi sepakbola internasional yang harus dipatuhi dan diikuti. Maka mulai sekarang jangan pernah menganggap bahwa petani Indonesia tidak sekolah dan gagap literasi. Buktinya dalam hal ini petani lebih paham literasi dibanding para pejabat berdasi yang duduk nyaman di kantor PSSI.
ADVERTISEMENT
Apakah ada petani yang membiarkan lahannya kekeringan? Apakah ada petani yang acuh tak acuh terhadap tanamannya yang perlahan mulai mati? Saya rasa tidak pernah ada petani yang seperti itu. Satu-satunya yang petani inginkan adalah hasil maksimal dari tanaman budidayanya dan untuk mendapatkannya adalah dengan mengantisipasi kekeringan dan matinya tanaman. Lalu bagaimana dengan para aparat yang terhormat? Apakah ada aparat yang membiarkan masyarakatnya kesakitan? Apakah ada aparat yang acuh tak acuh terhadap masyarakatnya yang perlahan mulai mati? Sayangnya (masih) ada.
Uraian-uraian di atas tidak bermaksud untuk menyalahkan, meminjam salah satu istilah ilmu Hukum, tulisan ini bertujuan untuk memaparkan Das Sein (yang sebenarnya terjadi) dan Das Sollen (yang seharusnya terjadi) dari tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu. Sekali lagi, tidak ada waktunya untuk menyalahkan, saatnya sama-sama membaca kejadian, perihal pihak yang harusnya disalahkan adalah garis akhir dari pembacaan yang dilakukan. Pihak pemerintah juga telah membentuk badan investigasi khusus untuk mengusut tuntas kejadian Kanjuruhan. Diharapkan kita selaku mahasiswa juga turut melakukan identifikasi terkait kasus ini, kita kawal bersama agar nantinya dihasilkan keputusan yang sejernih-jernihnya.
ADVERTISEMENT
Semoga para korban meninggal diterima amal ibadahnya dan semoga kejadian yang menyedihkan di stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 tidak akan terulang di stadion manapun dan kapanpun. Amin.