Banyak Jalur Ekstrem Menuju Wisata Jogja, Bagaimana Agar Tak Makan Korban Lagi?

Konten Media Partner
7 Februari 2022 18:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus pariwisata asal Solo mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Mangunan, Imogiri, kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bus pariwisata asal Solo mengalami kecelakaan tunggal di Jalan Mangunan, Imogiri, kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan yang menimpa rombongan wisatawan dari Sukoharjo, Jawa Tengah, di Jalan Imogiri-Mangunan, menyisakan luka mendalam. Bus yang diduga mengalami rem blong, menabrak tebing Bukit Bego, mengakibatkan 13 penumpang tewas termasuk sopir bus, dan 34 lainnya luka-luka. Sebelumnya, pada akhir 2017, di area yang sama juga pernah terjadi kecelakaan bus wisata yang menewaskan dua penumpang dan puluhan lainnya luka-luka.
ADVERTISEMENT
Pakar transportasi dari Universitas Gadjah Mada, Achmad Munawar, mengatakan banyak sekali tempat-tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang aksesnya ekstrem, jalan berliku dengan tanjakan yang tajam. Selain di kawasan Imogiri, banyak juga jalur-jalur wisata lain yang juga memiliki tanjakan curam seperti di kawasan Kulon Progo, Gunungkidul, serta Sleman.
“Seperti ke Tebing Breksi, Mangunan, Gunungkidul, itu memang banyak sekali jalur-jalur yang tanjakannya curam dan berbahaya, apalagi untuk kendaraan besar dan berat seperti bus,” kata Achmad Munawir yang juga seorang Guru Besar di Departemen Teknik Sipil UGM itu, Senin (7/2).
Situasi terkini TKP bus tabrak tebing di kawasan Bukit Bego, Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Senin (7/2/2022). Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru
Idealnya, pada setiap jalur-jalur ekstrem seperti itu menurutnya memang terdapat jalur penyelamat seperti yang banyak terdapat pada jalan tol. Sehingga, ketika ada kendaraan yang bermasalah, kendaraan bisa diarahkan ke jalur tersebut untuk mencegah kecelakaan yang lebih serius.
ADVERTISEMENT
Atau cara lain adalah dengan mendesain jalan menjadi berkelok, sehingga kemiringan jalur bisa dikurangi. Namun kedua cara itu tentu tak bisa dilakukan secara instan, butuh waktu lama dan biaya yang besar.
“Apalagi mayoritas kan lahannya sempit dengan kondisi geografis berupa jurang dan perbukitan, sehingga lebih sulit untuk membuat jalur penyelamat,” lanjutnya.
Cara lain yang lebih mungkin dilakukan dalam waktu dekat adalah dengan memasang rambu peringatan supaya pengemudi menggunakan gigi rendah. Sebab, dengan gigi rendah sudah membantu kendaraan untuk melakukan setengah pengereman. Jika menggunakan gigi tinggi, maka beban rem pada kendaraan menjadi semakin berat dan potensi terjadinya rem blong akan makin tinggi.
“Tentunya kesehatan kendaraan harus benar-benar diperhatikan dan diperiksa secara berkala,” ujarnya.
Jalan Imogiri-Dlingo, Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dari atas Bukit Bego, Senin (7/2/2022). Foto: Kumparan/Arfiansyah Panji Purnandaru
Cara lain supaya tak terjadi lagi kecelakaan-kecelakaan serupa adalah dengan membuat sistem pariwisata seperti yang dilakukan di Kawasan Wisata Bromo atau Tangkuban Perahu. Bus hanya diizinkan mengantar penumpang sampai pada titik tertentu saja yang aman. Setelah itu, perjalanan diganti menggunakan kendaraan-kendaraan yang lebih kecil seperti jip, yang disediakan oleh pemerintah atau pengelola wisata.
ADVERTISEMENT
Dengan kendaraan yang lebih kecil, apalagi pengemudinya adalah warga setempat yang sudah hafal medan dan mahir berkendara, maka potensi terjadinya kecelakaan bisa diminimalkan.
“Berbeda kalau pengemudinya dari luar kota, kebanyakan kan mereka tidak hafal medan, sehingga risikonya makin besar. Apalagi kendaraan besar dan berat memang punya risiko kecelakaan makin besar di jalur seperti itu karena punya beban gravitasi yang lebih berat,” kata Achmad Munawar.
Kendati demikian, untuk menunggu langkah paling tepat saat ini mesti menunggu hasil investigasi dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). Temuan-temuan dari investigasi tersebut nantinya akan sangat penting untuk menentukan langkah ke depan supaya tidak terjadi lagi kecelakaan-kecelakaan serupa.
“Karena nanti kan bisa jelas sebenarnya masalahnya di mana, sehingga solusi yang tepat bisa ditemukan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT