Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Biografi Laksamana Maeda beserta Peran dan Jasanya dalam Kemerdekaan Indonesia
4 Agustus 2024 15:31 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Tokoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Laksamana Maeda adalah salah satu pahlawan nasional yang memiliki jasa besar dalam perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Biografi Laksamana Maeda ada untuk mengingatkan warga akan perjuangannya.
ADVERTISEMENT
Laksamana Maeda merupakan tokoh militer Jepang yang menjabat sebagai Kepala Penghubung Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang selama pendudukan Jepang di Indonesia.
Biografi Laksamana Maeda
Mengutip dari museumpendidikannasional.upi.edu, Laksamana Maeda memiliki nama lengkap Laksamana Tadashi Maeda. Ia lahir di Kota Kajiki, Provinsi Kagoshima, Jepang pada tanggal 3 Maret 1898 dan berasal dari keluarga kelas samurai.
Ketika muda, Laksamana Maeda pernah menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Laut Jepang dengan mengambil Spesialisasi Navigasi.
Sebelum mendapat tugas ke Indonesia, Laksamana Maeda terlebih dahulu menjadi Staf Khusus Seksi Urusan Eropa. Ia mendapat kepercayaan untuk mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan Jerman.
Setelah itu, ia ditunjuk sebagai ajudan dari Laksamana Sonosuke Kobayashi. Ia juga ditunjuk sebagai Atase bagi Belanda pada tahun 1940. Di tahun tersebut, Laksamana Maeda juga memeroleh tugas ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selama bertugas di Indonesia, Laksamana Muda ini menjabat sebagai Kepala Kantor Penghubung (Kaigun Bukanfu) antara Kaigun dan Angkatan Darat (Rikugun) Kerajaan Jepang yang diangkat pada 15 Agustus 1942.
Berdasarkan indonesia.go.id, ketika Rikugun menguasai Pulau Jawa dan Sumatra, Kaigun memegang wilayah Indonesia Timur. Saat itu pula, Maeda khawatir jika terjadi perselisihan jika tidak ada yang mengawasi.
Dari kekhawatiran tersebut, ia mengajukan usulan kepada Pemerintah Jepang agar dibentuk badan penghubung Rikugun dan Kaigun. Setelah disetujui, Laksamana Maeda kemudian pergi ke Jakarta dan meminta Aratame Naohisa untuk mencari tempat yang akan dijadikan kantor.
Setelah itu Naohisa berhasil mendapatkan bangunan untuk dijadikan kantor dan tempat tinggal Laksamana Maeda.
Tempat tersebut resmi digunakan pada Oktober 1942 dengan empat departemen dengan stafnya yang kebanyakan merupakan warga sipil, seperti Ahmad Soebardjo kepala kantor cabang departemen penelitian.
ADVERTISEMENT
Sebelum menjadi staffnya, Maeda sudah mengenal Ahmad Soebardjo di Den Haag, Belanda dan Berlin, Jerman pada tahun 1930. Di mana, Soebardjo menjadi aktivis organisasi Jong Java dan Persatuan Mahasiswa Indonesia di Belanda.
Bersama Hatta, Soebardjo mewakili Indonesia dalam Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Penjajah di Brussels, Belgia dan Jerman. Saat itulah, Maeda berperan sebagai Atase Pertahanan Kedutaan Besar Kekaisaran Jepang di Belanda dan Jerman.
Maeda menjadi warga negara asing yang secara cuma-cuma menjadi pahlawan dan membantu proses kemerdekaan RI untuk mewujudkan kemerdekaannya. Ia mengalokasikan kantornya sebagai tempat pertemuan kecil yang dilakukan Soebardjo dan kawan-kawannya.
Ia memiliki sikap moderat terhadap bangsa Indonesia, yang mana hal tersebut sangat bertolak belakang dengan sikap militer Jepang yang sangat sinis kepada Indonesia.
ADVERTISEMENT
Maeda bahkan meminta Soebardjo untuk melakukan komunikasi dan melakukan pertemuan yang lebih intens untuk melaksanakan kemerdekaan.
Peran Laksamana Maeda dalam Proklamasi Kemerdekaan RI
Meski Maeda merupakan warga Jepang yang bertugas di Indonesia, ia menjadi salah satu orang yang memiliki peranan penting dalam perumusan proklamasi kemerdekaan RI.
Laksamana Maeda turut serta mendukung dan berkontribusi dengan meminjamkan kediamannya sebagai tempat berkumpulnya pejuang Indonesia dalam perencanaan dan penyusunan kemerdekaan Indonesia.
Memiliki latar belakang keturunan keluarga samurai di Jepang membuat Laksamana Maeda pasang badan untuk warga Indonesia dengan mengizinkan ruang makan keluarga di lantai satu untuk tempat rapat.
Di sinilah, para tokoh kemerdekaan seperti Ahmad Soebardjo dan Hatta menyampaikan gagasannya secara lisan yang kemudian dikonsep secara tertulis oleh Soekarno pada selembar kertas.
ADVERTISEMENT
Saat perumusan naskah proklamasi Maeda mengaku mengantuk dan pamit untuk tidur di lantai dua. Hal ini merupakan cara agar Maeda tetap dianggap netral dan aman dari bui negaranya karena ikut mendukung kemerdekaan Indonesia.
Alasan Penggunaan Rumah Laksamana Maeda sebagai Tempat Perumusan Proklamasi
Mengapa kediaman Laksamana Maeda dijadikan sebagai tempat perumusan proklamasi? Kediaman Maeda menjadi tempat yang aman dan tidak akan dicurigai oleh Jepang.
Sebagai salah satu petinggi militer Kekaisaran Jepang, rumah Maeda memiliki keamanan khusus dan tidak akan dirazia oleh Polisi Militer Jepang, sebagaimana mengutip dari indonesia.go.id.
Saat ini, rumah Laksamana Maeda telah beralih menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0476/1992 pada 24 November 1992.
ADVERTISEMENT
Akhir Hidup Laksamana Maeda
Setahun setelah kemerdekaan dicetuskan, Laksamana Maeda mendapat tuduhan dan penahanan karena dianggap terlibat membantu dalam proses kemerdekaan Indonesia.
Namun, Maeda membantah tuduhan tersebut dan memberikan bukti bahwa ia tidak ikut dalam pelaksanaan kemerdekaan RI. Hingga akhirnya ia dibebaskan dan diizinkan pulang ke Jepang.
Meski dinyatakan bebas, Maeda kembali memenuhi panggilan untuk disidang dan mendapat perlakukan tidak menyenangkan. Hal ini dikarenakan Maeda telah menurunkan harga diri Jepang.
Dari situ, ia mundur dari jabatan dan peranannya dalam dunia politik yang kemudian menjalani hari-harinya sebagai rakyat biasa. Sayangnya, ia dan keluarga masuk dalam blacklist dan hidup tanpa merasakan fasilitas negara hingga ajal menjemputnya.
ADVERTISEMENT
Untuk mengenang jasa Maeda, Pemerintah Indonesia memberikan penghargaan “Bintang Jasa Nararya” kepada sang pejuang pada 17 Agustus 1977.
Dari biografi Laksamana Maeda di atas, dapat disimpulkan bahwa kebebasan dan kehidupan yang dirasakan rakyat Indonesia saat ini merupakan campur tangan juga dari tokoh Jepang yang secara rela membantu Indonesia dalam mencapai kemerdekaan . (fat)