Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Kenapa Lebaran Identik dengan Kue Kering? Ini Penjelasannya
28 Maret 2025 17:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ragam Info tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Lebaran adalah salah satu momen yang identik dengan kebersamaan keluarga. Setiap Lebaran biasanya terdapat berbagai sajian khas yang disuguhkan. Salah satunya adalah kue kering. Meskipun sudah menjadi salah satu tradisi, tetapi masih banyak yang belum mengetahui kenapa Lebaran identik dengan kue kering?
ADVERTISEMENT
Kue kering merupakan kue yang biasanya dibuat dari campuran tepung terigu, gula, mentega atau margarin, serta telur. Bahan tambahan, seperti keju, cokelat, kacang-kacangan, atau buah kering sering ditambahkan untuk memperkaya rasa dan variasi.
Beberapa contoh kue kering yang populer antara lain nastar, kastengel, putri salju, lidah kucing, dan semprit.
Kenapa Lebaran Identik dengan Kue Kering?
Mengutip buku Entrepreneur Of Pastry Art, Ezi Angraini, dkk (2023:100), kue kering adalah salah satu jenis kue yang memiliki kadar air yang sedikit, sehingga kue ini dapat bertahan lama. Kue kering ini biasanya dimasak dengan cara dipanggang.
Ada banyak jenis kue kering yang biasa disajikan pada momen tertentu. Lalu, kenapa Lebaran identik dengan kue kering?
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, Lebaran identik dengan kue kering karena beberapa alasan yang berkaitan dengan sejarah, kepraktisan, dan makna sosial dalam budaya Indonesia.
Namun, ada beberapa alasan lain mengapa kue kering dipilih sebagai sajian Lebaran. Berikut beberapa alasan yang dapat diperhatikan.
1. Daya Tahan yang Lama
Salah satu alasan utama mengapa kue kering begitu populer di Lebaran adalah daya tahannya yang lama. Berbeda dengan kue basah yang harus segera dikonsumsi karena mudah basi, kue kering bisa bertahan selama berminggu-minggu jika disimpan dalam wadah yang kedap udara.
Hal ini sangat praktis mengingat Lebaran adalah momen di mana banyak tamu datang berkunjung, sehingga tuan rumah tidak perlu terus-menerus membuat atau membeli makanan baru setiap harinya.
2. Simbol Kebersamaan dan Keramahan
Menyajikan kue kering saat Lebaran bukan hanya sekadar menjamu tamu, tetapi juga menjadi simbol keramahan dan kebersamaan. Di banyak rumah, suguhan kue kering merupakan bentuk penghormatan kepada tamu yang datang bersilaturahmi.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini memperkuat nilai gotong royong dan kebersamaan dalam masyarakat, karena setiap tamu yang datang akan disambut dengan kehangatan melalui sajian yang telah disiapkan dengan penuh kasih sayang.
3. Warisan Budaya Turun-Temurun
Tradisi membuat kue kering menjelang Lebaran sudah berlangsung turun-temurun di banyak keluarga. Proses pembuatannya sering kali menjadi aktivitas yang dilakukan bersama, melibatkan ibu, nenek, dan anak-anak.
Ini bukan hanya sekadar aktivitas memasak, tetapi juga momen berkualitas yang mempererat hubungan antar-anggota keluarga. Selain itu, dengan mempertahankan resep-resep keluarga, tradisi ini juga menjaga keberlanjutan budaya kuliner Indonesia.
4. Kepraktisan dalam Penyajian
Saat Lebaran, tamu bisa datang kapan saja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Oleh karena itu, tuan rumah perlu menyediakan hidangan yang praktis dan siap saji.
Kue kering adalah pilihan yang tepat karena tidak memerlukan pemanasan ulang dan bisa langsung disajikan dari toples. Dibandingkan dengan makanan berat, seperti opor atau rendang yang membutuhkan peralatan makan tambahan, kue kering lebih mudah disajikan tanpa perlu banyak persiapan.
ADVERTISEMENT
5. Variasi Rasa yang Beragam
Salah satu daya tarik kue kering adalah variasinya yang sangat banyak. Ada kue kering dengan rasa manis, seperti nastar dan putri salju, lalu ada juga yang gurih, seperti kastengel dan lidah kucing.
Beragam pilihan ini memungkinkan tuan rumah menyediakan camilan sesuai selera tamu. Selain itu, setiap daerah di Indonesia juga memiliki variasi kue kering khasnya sendiri, yang semakin memperkaya pilihan kue di meja Lebaran.
6. Efisiensi dalam Pembuatan
Dibandingkan dengan kue basah yang harus dibuat dalam jumlah kecil dan segera dikonsumsi, kue kering lebih efisien karena bisa dibuat dalam jumlah besar dan disimpan untuk waktu yang lama.
Banyak keluarga mulai membuat kue kering jauh sebelum Lebaran tiba, sehingga tidak perlu repot memasak di hari raya dan bisa lebih fokus pada ibadah dan silaturahmi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, membuat kue kering sendiri juga sering kali lebih hemat dibandingkan membeli, terutama bagi keluarga besar yang membutuhkan banyak kue untuk menjamu tamu.
7. Adaptasi dari Tradisi Perayaan di Berbagai Budaya
Selain dalam perayaan Lebaran, kue kering juga sering hadir dalam momen-momen besar lainnya, seperti Natal dan tahun baru. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan menyajikan kue sebagai suguhan tamu adalah tradisi universal yang telah berkembang di banyak budaya.
Kastengel, misalnya, memiliki akar dari kue keju khas Belanda, sementara putri salju memiliki kemiripan dengan kue khas Eropa lainnya. Hal ini membuktikan bahwa kuliner juga merupakan bagian dari akulturasi budaya.
Lalu, kenapa Lebaran identik dengan kue kering? Lebaran identik dengan kue kering karena kue kering memiliki daya tahan lama, praktis disajikan, dan telah menjadi tradisi yang diwariskan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kue kering juga menjadi simbol kehangatan, kebersamaan, dan keramahan dalam perayaan Lebaran di Indonesia. (BAI)