Louis Vuitton dan Dior Laporkan Kenaikan Pendapatan Dua Kali Lipat di Tahun 2020

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
30 Januari 2021 9:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto kampanye tas Louis Vuitton Pont 9/Courtesy of Louis Vuitton
zoom-in-whitePerbesar
Foto kampanye tas Louis Vuitton Pont 9/Courtesy of Louis Vuitton
ADVERTISEMENT
Louis Vuitton dan Dior laporkan kenaikan pendapatan hingga dua kali lipat selama tahun 2020. Grup fashion LVMH selaku pemilik dari kedua rumah mode kenamaan tersebut dalam laporan keuangan tahun 2020 meski tidak menyebut angka secara pasti namun menyatakan bahwa kenaikan pendapatan keduanya meningkat selama kuartal ketiga dan keempat tahun 2020. Bahkan LVMH turut menyebutkan bahwa profit Louis Vuitton masih berada dalam level yang mengagumkan.
ADVERTISEMENT
LVMH selaku grup bisnis fashion terbesar memang tidak hanya memiliki bisnis di ranah mode saja tapi juga wine, jam tangan, perhiasan hingga retail. Namun divisi fashion dan leather goods selalu menyita perhatian karena merupakan salah satu sumber pemasukan terbesar LVMH. Dalam laporan keuangan tersebut, divisi fashion & leather goods sendiri mencatat penurunan pendapatan sebesar 3 persen, sementara laba operasional turun sebesar 2 persen dibandingkan dengan tahun 2019. Meski mengalami penurunan namun ini terbilang impresif disaat World Bank melaporkan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar 4,3 persen.
Secara keseluruhan LVMH mencatat pendapatan selama 2020 sebesar 44,7 miliar Euro atau turun sebesar 17 persen dibanding tahun 2019 yang mencapai 53,6 miliar Euro.
Koleksi Dior cruise 2021 di Lecce, Italia/Courtesy of Dior
Meningkatnya pendapatan Louis Vuitton dan Dior selama tahun 2020 hingga dua kali lipat tentu mengindikasikan bahwa resesi dan pandemi Covid-19 tak lantas menurunkan daya beli masyarakat secara menyeluruh. Ini juga membuktikan kesiapan LVMH dalam hal management crisis selama tahun 2020. Dalam keterangan pers yang dirilis, Bernard Arnault selaku Chairman dan CEO LVMH mendeskripsikan performa perusahaannya sebagai “remarkable resilience”. Selain itu ia juga menegaskan bahwa LVMH selalu memprioritaskan untuk melindungi kesehatan para pegawai dan kliennya. Ia juga turut mengapresiasi performa setiap label di mana berhasil memberi value lain pada produk dengan menghadirkan digital experience yang mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Louis Vuitton dan Dior, terdapat sejumlah poin menarik lainnya dari laporan keuangan tahun 2020 LVMH. Berikut ulasan selengkapnya.

Alasan suksesnya Louis Vuitton dan Dior

Foto kampanye tas Louis Vuitton Pont 9/Courtesy of Louis Vuitton
Varian produk, marketing dan distribusi menjadi tiga faktor utama akan kesuksesan Louis Vuitton dan Dior ujar Jean-Jacques Guiony, chief financial officer LVMH seperti dikutip dari situs Women’s Wear Daily. Dior dan Louis Vuitton di awal tahun 2020 merilis dua kreasi tas Dior Bobby dan Louis Vuitton Pont 9. Sementara dalam hal pemasaran, disaat label lain absen melakukan fashion show, Dior menggelar peragaan koleksi cruise 2021 di Lecce, Italia sembari menerapkan protokol kesehatan, dan menyiarkan secara digital. Lalu Louis Vuitton juga mengadakan fashion show koleksi lini busana pria di Shanghai dan Tokyo. Dior juga memboyong eksibisi “Christian Dior: Designer of Dreams” ke Shanghai pada bulan Juli, di mana menjadi salah satu acara fashion besar pertama yang digelar sejak awal tahun 2020.
ADVERTISEMENT

Label fashion lain yang sukses

Koleksi Celine spring/summer 2021/Courtesy of Celine
Meski LVMH memuji performa Louis Vuitton dan Dior, tapi sejumlah label lain juga turut diapresiasi. Adalah Loewe, Celine, Fendi, dan Marc Jacobs yang juga memiliki performa penjualan yang mengagumkan. “Loewe sangat bagus, Celine sempat mengalami kesulitan di paruh pertama namun membaik di paruh kedua,” ujar Guiony kepada Women’s Wear Daily. Ia menambahkan bahwa performa Fendi bahkan terhitung lebih baik dibandingkan saat krisis ekonomi global di tahun 2009. Dan Marc Jacobs berhasil mencetak untung pertama kalinya setelah dalam lima tahun merugi. Apresiasi terhadap Celine seolah mengukuhkan posisi Hedi Slimane sebagai creative director. Di mana banyak yang mempertanyakan performa akan label Celine setelah mengalami perubahan total dari segi artistik di mana sebelumnya Phoebe Philo membuat label tersebut bergaya kontemporer, urban dan modern dan kini di bawah supervisi Slimane menjadi lebih rock ‘n’ roll, muda dan kasual.
ADVERTISEMENT

Bisnis parfum dan kosmetik alami pertumbuhan penjualan secara online

Fenty Skin/Courtesy of Fenty
Tak hanya fashion, LVMH juga memiliki bisnis di industri kecantikan. Untuk divisi ini LVMH mencatat penurunan pendapatan mencapai 22 persen. Namun LVMH menekankan akan pertumbuhan penjualan skincare dan penjualan online khususnya di Asia. Selain itu LVMH juga melaporkan akan performa menjanjikan dari bisnis Fenty Skin milik Rihanna.

Membaiknya sektor perhiasan dan jam tangan

Zendaya di foto kampanye Bulgari/Johan Renck/Courtesy of Bulgari
Sektor perhiasan dan jam tangan memang terdampak parah selama pandemi. Pendapatan LVMH dari sektor ini bahkan mengalami penurunan mencapai 23 persen. Dan laba operasional turun hingga 59 persen. Namun tanda akan adanya pemulihan dinilai mulai terlihat. LVMH menyatakan bahwa Bulgari berhasil memanfaatkan momen pulihnya ekonomi di China dengan baik. Meski divisi ini terbilang sulit, namun LVMH merasa optimis dengan kedepannya. Apalagi dengan resminya Tiffany & Co. bergabung menjadi bagian dari portofolio LVMH yang dinilai memiliki jangkauan pasar lebih luas.
ADVERTISEMENT