Mau Apa Usai Pandemi? Saya Mau Keliling Indonesia dari Aceh sampai Papua!

Rizki Gaga
Wartawan Tempo 2011 - 2016, Redaktur kumparan 2016 - sekarang. Orang Bandung lulusan Jurnalistik Unpad.
Konten dari Pengguna
7 Juni 2021 23:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
23
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rizki Gaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika kumparan woro-woro "Mau apa usai pandemi?" sontak yang saya bayangkan adalah jalan-jalan keliling Indonesia— dari Aceh sampai Papua. Berwisata menjadi bonus saja, karena misi saya sesungguhnya adalah untuk bertemu dan mempererat tali silaturahmi dengan mereka para partner penggawa kumparan 1001 Media.
Partner kumparan dari Aceh hingga Papua! Digambar oleh Rama Swahuda. Yang Sulbar itu medianya harusnya "Sulbarkini", dan yang titik petanya salah tolong diabaikan saja hahaha.

Sumatera

ADVERTISEMENT
Kita mulai dari Aceh. Di Banda Aceh jamuan timphan, apam, hingga cane akan jauh lebih lezat saya makan karena sembari bersamuh dengan tim Acehkini. Menyeruput kopi gayo, mendengarkan kisah heroik Adi Warsidi sang wartawan senior Pemimpin Redaksi Acehkini waktu ia meliput perang di tanah kelahirannya itu.
Saya kemudian akan berangkat ke Medan, menemui Agus Perdana, Pemred Sumutnews. Kepada crazy rich Medan ini saya akan minta ditraktir makanan paling mahal (mungkin steak wagyu impor dari Jepang). Kalaupun kelak hanya makan mie gomak, ya, tidak apa-apa. Yang penting HORAS BAH!
Agus Perdana bersama mantan Anggota Tim Kolaborasi, Elma Lisa Bancin. Mereka berdua sama-sama Batak, sudah seperti kakak beradik.
Dari Medan ke Padang. Saya akan menemui seluruh kru Langkan dan tentu saja oleh Pemrednya, Andri El Faruqi, saya akan diajak makan rendang. Ini sekaligus menjawab penasaran saya: Bagaimana rasa "nasi Padang" sungguhan?
ADVERTISEMENT
Dengan rendang sebagai "bensin" perut, saya akan ke Pekanbaru di mana Fakhrurodzi sudah menunggu. Pemred Selasar Riau itu akan membawa saya jalan-jalan ke Puncak Kompe di Kabupaten Kampar.
Rodzi konon sakti. Bila kita sedang mengalami kesulitan di tanah Riau, cukup entakkan kaki ke bumi tiga kali sambil menyebut namanya. Niscaya orang-orang sekitar akan segera datang menghampiri kita (menanyakan: "Waras, bang?").
Jembatan Kuning, Pekanbaru. Sumber foto: Shutterstock.
Adalah Jambikita dan Pemrednya, Heri Faisal, yang menyambut dan membawa saya ke Bukit Ngarau di Jambi. Angin bukit eksotis ini membuat saya kembali waras betul. Dalam kewarasan itulah saya merasa sehat, senang, dan lantas berpamitan untuk ke Palembang.
Di Palembang, Urban Id dan segenap timnya (tentu saja termasuk Ardhiansyah Nugraha sang Pemred) sudah tentu akan mengajak saya makan pempek. Pagi, siang, malam, pasti ada cuko. Saya tidak akan protes karena pasti enak.
ADVERTISEMENT
Pempek Palembang adakah bedanya dengan Pempek Lampung? Itulah yang akan saya cari tahu kemudian. Pemred Lampung Geh, Bery Decky Saputra, akan membawa saya berwisata kuliner. Bukan cuma makan pempek tersebut tapi tempoyak, seruit, hingga gulai taboh.

Kepulauan Riau dan Bangka Belitung

Lepas dari pulau Sumatera, giliran dua gugus kepulauan yang saya datangi. Pertama, ke Bangka Belitung menikmati pasir putih di pantai Tanjung Tinggi atau Parai Tenggiri ditemani Anjar Sujatmiko Pemred Babelhits; kemudian kedua, menyebrang ke Batam berhaha-hihi dengan Hasrullah Harun Pemred Kepripedia di Tebing Langit sekaligus bersilaturahmi dengan Zuhri Muhammad Pemred Batamnews.
Sumber foto: Batamnews.

Jawa

Tiba di ibu kota, (masih) Jakarta, saya akan minta dua penggawa Play, Stop, Rewatch, yaitu Istman Musaharun Pramadiba dan Andri Guna Santoso, untuk menyambut dan ngopi di Kemang sembari membahas film-film terasyik.
ADVERTISEMENT
Memang tak bisa berlama-lama karena saya harus ke Bandung, namun sejenak mampir ke Sukabumi untuk bersalaman dengan kru Sukabumi Update. Nah, di Bandung, saya bersilaturahmi dengan Rana Akbari Pemred Bandung Kiwari dan Tristia Riskawati Pemred Temali.
Bandung ini kota kelahiran saya, sehingga saya tahu harus nongkrong di mana: Di Rumah Makan Ampera, Jalan Soekarno-Hatta. Hahaha. Saya kangen sambal terasi dan pete rumah makan legendaris ini.
Masakan Sunda, difoto oleh Toshiko.
Dari Bandung ke Indramayu, menemui Tomi Indra Priyanto, Pemred Ciremai Today. Seluruh timnya yang berasal dari Majalengka, Cirebon, dan Kuningan, turut bergabung. Di sini kami akan makan ikan mas goreng yang lezat. Kenapa ikan mas, karena perlu yang pasti-pasti untuk menempuh perjalanan jauh ke Tegal.
ADVERTISEMENT
Di Tegal, Irsyam Faiz Pemred Panturapost akan mengajak makan sate sekalian mengklaim bahwa sate yang kami makan di Jakarta 2019 lalu tidak seenak sate Tegal ini (bila masih kurang puas, maka akan ada es sagwan yang siap memanjakan lidah). Saya mungkin perlu menginap di Tegal karena perlu energi ekstra untuk menempuh perjalanan ke Jogja.
Perjalanan jauh ke Jogja kelak pasti terasa singkat apalagi setelah disambut kru Tugu Jogja dengan aneka sate angkringannya. Galih Wijaya sang Pemred pun mengikutsertakan timnya termasuk Ayusandra Andany yang sangat amat rajin itu.
Angkringan modern di Jogja, difoto oleh @gembulfoodie.
From Jogja to Solo. Saya akan ke Solo, bercengkrama dengan Tim Bengawan News. Sajian serabi dan timlo harus ada karena akan saya bandingkan rasanya dengan yang selama ini berseliweran di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Saya kemudian akan berangkat ke Surabaya. Silaturahmi di kota terbesar (kedua setelah Jakarta) ini akan ramai karena banyak kloter yang akan saya temui. Pertama, tentu, tim Basra yang dikomandoi Windy Goestiana; kloter kedua, Jatimnow yang didirikan oleh almarhum Budi Sugiharto.
Patung Suro dan Boyo, Surabaya. Sumber foto: Shutterstock.
Kloter ketiga adalah Berita Bojonegoro dan para penggawa media luar biasa yang pernah bersama-sama membangun kumparan dalam program Publisher Jatim (Mediamadura, Bloktuban, Wartabromo, Portal Madura, Blokbojonegoro, Bangsaonline, Kabarbisnis, Kabarpas, Suara Banyuurip, Berita Jatim). Di Surabaya kita memulai, di Surabaya pula kita bercengkrama.
Dan setelahnya, saya ke Malang. Irham Thoriq, Pemred Tugu Malang, akan saya minta untuk membawa saya ke penjual bakso Malang paling laris di sana. Saya memang penasaran: Bagaimana rasa "bakso Malang" sungguhan? Saya pecinta bakso, lho, jadi ini wajib memuaskan.
ADVERTISEMENT

Bali dan Nusa Tenggara

Menyebrang ke Bali saya pernah. Menemui Pemred Kanal Bali, Rofiqi Hasan, di Bali itulah yang belum pernah. Dan kepadanya saya akan minta diantarkan ke Desa Moding. Kenapa bukan ke pantai? Karena konon pedesaan di Moding ini malah lebih asri, sejuk, dan "terasa sekali Bali-nya" (di sinilah Wayan teman saya lahir).
Dari Bali, saya akan ke Dompu, menemui Intan Putriani Pemred Infodompu, dan terpaksa menolaknya diajak naik Gunung Tambora karena waktu saya amat terbatas (baca: Kaki loyo). Karena "waktu terbatas" itu tadi, maka saya akan langsung ke Maumere.
Di Maumere, saya akan bercengkrama dengan Mario W. P. Sina, Pemred Florespedia dan tentu saja makan se'i daging asap. Saya pun akan minta ditunjukkan tempat-tempat eksotis di seputar Nusa Tenggara Timur ini.
Pantai Lasiana, NTT. Sumber foto: Shutterstock.

Kalimantan

Seluas itu pulau Kalimantan, sebesar itu pula rasa rindu saya kepada para sahabat di sana. Saya rindu bercengkrama dengan Diananta Putra Sumedi, Pemred Banjarhits yang dinamika karier jurnalistiknya bukan hanya membawa perubahan bagi kami wartawan tapi juga pers nasional secara umum.
ADVERTISEMENT
Saya akan bertemu Diananta di Banjarmasin dan mungkin akan tinggal beberapa hari karena saking banyaknya cerita yang ingin saya dengar darinya.
Dari Banjarmasin, saya menengok dulu calon ibu kota baru (lokasinya berada di antara Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara) bersama Charles Raymond Jeffrey, Pemred Karja.
Kemudian saya akan ke Pangkalan Bun, bersilaturahmi dengan seluruh tim Infopbun. Dengan mereka, tentunya dikomandoi Joko Hardyono selaku Pemred, saya ingin jalan-jalan ke Taman Nasional Tanjung Puting.
Ini ada alasannya: Waktu saya ke Pangkalan Bun tahun 2015 lalu, saya batal berwisata ke taman eksotis itu (bersama teman-teman wartawan dari Jakarta) karena berbarengan dengan penugasan dari Majalah Tempo. Sedih, tapi namanya tugas ya tugas.
Taman Nasional Tanjung Puting difoto dari udara oleh Fitra Andrianto/kumparan.
Tempat terakhir di Kalimantan adalah di Pontianak. Di sini tentunya saya akan bertemu Hi! Pontianak, dan malah ke kantor mereka yang viral di TikTok itu.
ADVERTISEMENT
Bersama penggawa Hi! Pontianak, yaitu Leo Prima sang Pemred dan Listya Sekar Siwi (co-founder), saya akan dibuat gemuk karena dijamu chaikue, bongko, hingga jorong-jorong. Dari titik ini saya kemudian akan melintasi Kalimantan sekali lagi, di udara, menuju Sulawesi.

Sulawesi

Tim tangguh yang sejak lama saya ingin temui adalah tim Sulbarkini di Mamuju. Mereka (termasuk Adi Pallawalino, Pemred) sempat diporakporandakan gempa hebat tapi ternyata semangat liputan mereka jauh lebih hebat. Saya ingin bercengkrama, bertukar cerita dan mendapatkan ilmu (termasuk mendapatkan hidangan kue baupeapi dan kuikui).
Dari Mamuju saya akan singgah sejenak di Makassar, menemui tim Makassar Indeks, sebelum kemudian saya bertolak ke Kendari. Oleh Pemred Kendarinesia, Fadil Attamimi, saya akan dijamu es pisang ijo sebagai pelepas dahaga sebelum melahap habis lapa-lapa, kabuto, sinonggi, hingga kapusu.
ADVERTISEMENT
Di pulau berbentuk huruf "K" ini saya menempuh jalan berputar. Sehingga dari Kendari saya akan menuju Palu. Ini sedikit tidak adil karena di Palu saya akan menagih Amar Burase, Pemred Paluposo, makan nasi jagung dan palumara. Tidak adil karena waktu Amar ke Jakarta, saya hanya mengajaknya makan ayam goreng pinggir jalan (hahaha).
Tim Palu Poso harus mengajak saya ke sini, Puncak Gunung Salena. Indah sekali. Ini difoto langsung oleh Amar Burase.
Saya akan berangkat lebih ke utara, dan di perjalanan akan singgah di Gorontalo. Bersilaturahmi dengan Burhan Undu, Pemred Banthayo, sudah sejak lama saya idamkan, tentunya sambil makan binte biluhuta dan mengguyurnya dengan es brenebon.
Persinggahan terakhir saya di Sulawesi adalah Manado. Banyak sekali yang ingin saya lihat di Manado, tapi sudah barang tentu yang paling ingin saya lihat adalah Isa Anshar Jusuf, Pemred Manadobacirita, yang akan saya tagih nasi cakalang, dabu-dabu, dan bermangkok-mangkok sambal roa.
ADVERTISEMENT

Maluku

ADVERTISEMENT
Dari Manado, saya akan menyebrang ke Halmahera di Maluku Utara. Dengan segambreng tim Cerita Maluku Utara (Cermat) yang dipimpin Faris Bobero, saya akan menyantap nasi jaha dengan ikan kuah kuningnya. Tentunya kami akan bertukar cerita tentang dunia jurnalistik di ibu kota dan di kepulauan ini.
Tanjung Bongo di Halmahera Utara. Foto yang amat indah dari Instagram Monicaflaviana05.
Sebelum menuju Papua, saya akan menyempatkan singgah di Ambon. Tentunya untuk menemui Khairiyah alias Rere, Pemred Ambonnesia.

Papua

Tibalah saya di penghujung Nusantara. Pertama-tama, saya akan menemui Paulus Pulo, Pemred Balleo News, beserta jajarannya yang tersebar seantero Papua Barat. Lokasi pertemuan adalah di Manokwari, tempat saya akan berkuliner menyantap sate ulat sagu. Boleh juga bila setelahnya mereka mengajak saya ke Raja Ampat, hahaha.
Chef Charles Toto memperagakan cara menggulung papeda. Sumber foto: EcoNusa.
Kemudian saya akan tiba di tempat terakhir, Jayapura, Papua. Menemui suami-istri panutan wartawan muda, Syamsudin Levi Lazore alias Cunding Levi-Lita Katharina. Saya tidak akan puas dengan makan papeda dan ikan bumbu kuningnya, karena saya akan minta Cunding Levi mengoleh-olehkan daun bungkus. Bukan untuk saya tapi untuk Datuk Rodzi.
ADVERTISEMENT
--
Memang para partner ini ada yang "sudah bukan partner" dan ada yang "bukan berasal dari program kumparan 1001 Media" tapi dari sudut pandang persahabatan, semua sama. Semua bermula dari profesi yang sama: Wartawan. Sejak dahulu kala hingga akhir nanti.
Jalan-jalan keliling Indonesia bisa terwujud asalkan pandemi corona terkutuk ini usai. Kemudian, masalahnya cuma satu: Siapakah pendamping saya berkeliling Indonesia itu kelak?