Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Ini sebetulnya bukan berita baru, apalagi berita mengejutkan.
Dalam beberapa pekan terakhir, sudah kencang beredar kabar bahwa Luciano Spalletti, yang berhasil meloloskan AS Roma ke Liga Champions 2017/2018, akan menjadi pelatih anyar Internazionale Milan. Spalletti sendiri tidak menampiknya.
ADVERTISEMENT
Malah, beberapa hari lalu, ia membenarkan kepada wartawan bahwa ia sudah mencapai kata sepakat dengan Inter untuk menjadi pelatih baru mereka. Waktu itu, dalam bahasa Spalletti, mereka baru berjabat tangan. Namun, Spalletti mengatakan bahwa sebagai orang yang menganut falsafah lama, berjabat tangan sudah merupakan kesepakatan.
[Baca Juga: Spalletti Bukan Lagi Pelatih AS Roma]
Baru pada hari ini, Jumat (9/6/2017), Spalletti dan Inter meresmikan kerjasama mereka.
Seperti dilansir oleh Football Italia, Spalletti dikontrak selama dua musim oleh Inter. Dalam tiap musimnya, pelatih berkepala plontos itu akan menerima bayaran 4 juta euro (sekitar Rp 59 milar).
Inter boleh dibilang hancur lebur pada musim 2016/2017. Tepat sebelum musim dimulai, mereka berpisah dengan Roberto Mancini dan mempekerjakan Frank de Boer sebagai pelatih. Apes, De Boer, yang belum terbiasa dengan Serie A dan tidak mendapatkan adaptasi yang cukup dengan tim yang dimiliki Inter lewat pra-musim, gagal mengangkat prestasi mereka.
ADVERTISEMENT
Setelahnya, Inter ditangani oleh Stefano Pioli. Bersama Pioli, performa Inter membaik. Harapan mereka untuk finis di zona Liga Champions pun sempat muncul lagi.
Namun, Pioli juga terbukti gagal. Begitu musim mendekati akhir, performa Inter jeblok lagi dan Pioli pun dipecat.
[Baca Juga: Spalletti dan Hal-hal yang Bisa Dibawanya ke Inter]
Bersama Spalletti, Inter berharap bisa menemukan keajaiban. Seperti yang pernah kami bahas dalam analisis beberapa waktu lalu, Spalletti bukanlah pelatih yang saklek, ia bisa menyesuaikan taktiknya dengan kebutuhan tim dan skuat yang dimiliki.
Jika ia bisa menyulap Roma menjadi apik lagi --setelah gagal tampil oke bersama Rudi Garcia-- bisakah ia melakukannya untuk Inter?