Konten dari Pengguna

Sekarang Boris Johnson Punya Banyak Waktu untuk Menyisir Rambut

Rully Desthian Pahlephi
Mahasiswa jurusan hubungan internasional di Universitas Pasundan
8 Juli 2022 13:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rully Desthian Pahlephi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Daniel Leal-Olivas/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Daniel Leal-Olivas/Getty Images
ADVERTISEMENT
Dunia politik Inggris mengalami guncangan hebat belakangan ini. Banyak sekali menteri dan anggota parlemen yang memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
ADVERTISEMENT
Pengunduran diri berjamaah ini adalah sebagai bentuk protes terhadap PM Boris Johnson yang dianggap tidak pantas untuk memimpin rakyat Inggris. Bahkan, Boris Johnson didesak mundur oleh menteri yang baru diangkatnya selama 48 jam, Nadhim Zahawi.
Setelah hilangnya dukungan dari banyak pihak, Boris Johnson akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya pada hari Kamis, 7 Juli 2022. Dia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Inggris di depan pintu kantornya di Downing Street nomor 10.
Masa pemerintahan Boris Johnson memang diwarnai dengan serangkaian permasalahan dan skandal, "Partygate" adalah salah satunya. Di tengah situasi lockdown yang diterapkan karena Covid-19, Boris Johnson malah mengadakan pesta di kediamannya.
Johnson juga terlibat dalam skandal mengenai renovasi apartemen pribadinya yang mengeluarkan biaya begitu besar. Boris Johnson tidak menyebutkan dari mana uangnya berasal sehingga timbul kecurigaan dari publik Inggris.
ADVERTISEMENT
Satu lagi skandal yang menurut saya tak kalah aneh adalah skandal Chris Pincher, kawannya dari Partai Konservatif. Belum lama ini Pincher melakukan pelecehan seksual kepada dua pria. Skandal ini juga akhirnya mengarah kepada Johnson. Sudah banyak laporan buruk mengenai kelakuan Pincher sejak 2017, tetapi Johnson tetap mengangkatnya menjadi Deputy Chief Whip. Hal ini membuat banyak pihak mempertanyakan keputusan Boris Johnson
Tekanan terhadap Boris Johnson juga datang dari sisi ekonomi. Pemerintah dikritik karena tidak memberi bantuan akibat krisis ekonomi dan melonjaknya biaya hidup di sana. Alih-alih membantu rakyatnya sendiri, Johnson malah memberi banyak bantuan militer dan ekonomi untuk Ukraina. Langkah ini membuat banyak pihak melayangkan protes atas kepemimpinan mantan Pemred majalah The Spectator ini.
ADVERTISEMENT
Mundurnya Boris Johnson ternyata disambut baik oleh banyak pihak. Dilaporkan bahwa banyak rakyat Inggris berkumpul di Downing Street untuk melakukan boo kepada Johnson dan merayakan pengunduran dirinya.
Partai Buruh sebagai oposisi pemerintahan juga bersorak sorai dengan mundurnya Boris Johson sebagai perdana menteri. Keir Starmer, pemimpin Partai Buruh Inggris, mengatakan bahwa pengunduran diri ini semestinya sudah terjadi sejak lama. Ia menganggap Boris Johnson sama sekai tidak layak untuk menjadi perdana menteri.
Guy Verhofstadt, eks Perdana Menteri Belgia juga memberikan tanggapannya melalui akun twitter miliknya. Dia bilang bahwa pemerintahan Boris Johnson berakhir dengan aib seperti temannya, Donald Trump. Verhofstadt berharap ini menjadi titik awal berakhirnya era populisme transatlantik. Ia juga berharap hubungan Inggris dan Uni Eropa akan menjadi lebih baik. Seperti yang diketahui, Inggris keluar dari keanggotaan Uni Eropa di masa pemerintahan Boris Johnson.
ADVERTISEMENT
Boris Johnson memang membawa banyak kontroversi di sepanjang kariernya sebagai perdana menteri. Berbagai masalah dan skandal muncul bergantian mewarnai pemerintahannya. Lalu, seperti apa Inggris setelah ditinggal Boris Johnson? We'll see
Johnson mungkin menganggap ini waktu yang buruk bagi dirinya karena harus mundur dari posisi yang selalu dia banggakan. Namun, jika saya boleh memberi tahu sesuatu, setidaknya masih ada hal positif yang bisa dia dapatkan. Kini dia punya banyak waktu untuk menyisir rambutnya yang terlihat berantakan itu. Mungkin, selama ini dia tidak punya waktu untuk melakukan itu karena saking sibuknya mengurusi negara yang dia cintai, kan.