Kisah Masinis Pengendali "Ular Besi"

31 Januari 2017 14:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
KRL yang sedang melintas di jalur rel. (Foto: Dok. PT. KAI)
zoom-in-whitePerbesar
KRL yang sedang melintas di jalur rel. (Foto: Dok. PT. KAI)
Hai kalian yang sehari-hari melaju ke tempat kerja atau ke lokasi manapun menggunakan KRL Commuter Line, pernahkah kalian penasaran tentang sosok di ruang kemudi? Mereka yang mengendalikan laju kereta.
ADVERTISEMENT
Kadang, pengguna kereta tak benar-benar sadar tentang pentingnya peran masinis dalam kehidupan sehari-hari mereka. Begitu tiba di stasiun tujuan, penumpang langsung turun dari badan si ular besi sambil berjalan cepat keluar stasiun menuju kantor, pasar, atau rumah.
Jasa masinis yang tiap hari mengantarkan penumpang, mungkin jarang teringat di benak.
Meski begitu, masinis tetaplah masinis, dan tugas tetaplah tugas. Salah satu masinis KRL Commuter Line, Insan Permana, menceritakan kisahnya kepada kumparan di Dipo Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Insan ialah masinis muda asal Bandung, Jawa Barat. Usianya baru 25 tahun, dengan energi dan semangat terpancar jelas dari gerak-geriknya.
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Semula, Insan sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi Bandung. Namun kemudian berhenti, dan memutuskan untuk mengejar mimpinya menjadi masinis.
ADVERTISEMENT
Sejak kecil, Insan memang sudah bercita-cita jadi masinis. Insan cilik senang sekali melihat kereta yang lewat dekat rumahnya di Bandung.
Tiap libur sekolah, Insan dan teman-temannya menyempatkan diri menunggu kereta melintasi rel. “Kereta lewat, saya teriak-teriak," kata Insan dengan ekspresi riang.
Melihat kereta adalah kesenangan buat mereka. Bahagia itu sederhana.
Stasiun Bandung, Jawa Barat. (Foto: Dok. PT KAI)
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun Bandung, Jawa Barat. (Foto: Dok. PT KAI)
Mimpi Insan menjadi masinis akhirnya terwujud berkat dukungan keluarga tercinta. Ia menjadi masinis dua tahun terakhir.
Setiap hari, Insan menghabiskan waktu enam jam di ruang kemudi untuk membawa para penumpang Commuter Line ke tempat tujuan mereka.
Masinis KRL. (Foto: Dok. PT. KCJ)
zoom-in-whitePerbesar
Masinis KRL. (Foto: Dok. PT. KCJ)
Saat pertama kali mengemudikan Commuter Line, Insan merasa grogi. Tapi ia sebisa mungkin fokus, konsisten, dan berdoa karena bertanggung jawab atas nyawa ribuan penumpang.
ADVERTISEMENT
Namun kadang, saat sudah sepenuh hati melayani, ada saja keluhan dari penumpang yang membuatnya harus sedikit menghela napas. Terlebih bila kereta sedang mengantre lama untuk masuk Stasiun Manggarai, sedangkan penumpang terburu-buru mencapai lokasi.
"Kami (masinis) bukan hanya membawa penumpang, tapi juga aset perusahaan. Kalau ada penumpang yang protes, kami hadapi dengan senyuman. Kami sebagai masinis harus tetap tenang," tutur Insan.
Selain soal penumpang, rasa rindu kadang mendera karena Insan harus hidup jauh dari keluarga selama tiga tahun terakhir bekerja di PT KCJ ini.
“Komunikasi dengan keluarga sangat penting. Itu kuncinya, karena mereka sejak awal mendukung saya,” kata Insan.
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan)
Semua rintangan tak membuat semangat Insan pudar. Apalagi, suka kadang menyergap kala apresiasi dari penumpang datang.
ADVERTISEMENT
Apresiasi, bagi Insan, jauh lebih penting dari imbalan uang atau piagam.
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Insan, masinis krl commuter line. (Foto: Wisnu Prasetyo/kumparan)
“Suatu ketika seorang ibu mengucapkan ‘terima kasih’ saat sampai di stasiun tujuan. Itu merupakan hal yang sangat indah dan tak disangka. Mungkin menurut orang, (rasa terima kasih) itu biasa, tapi buat saya itu penghargaan luar biasa,” ucap Insan, tersenyum.
Tugas masinis yang berat membuat mereka hanya boleh beroperasi maksimal dua kali perjalanan sehari dengan rute berbeda. Total jam kerja pun tak boleh lebih dari enam jam sehari.
Insan paling sering melalui rute Stasiun Manggarai-Jatinegara dan Jatinegara-Bogor. Usai bekerja, ia harus melaporkan kejadian atau kendala apa saja yang dialami selama perjalanan.
“Yang terpenting adalah kepuasan batin ketika saya melihat ribuan penumpang sampai ke tempat tujuan dengan selamat,” tutup Insan.
ADVERTISEMENT
Jika Insan begitu sepenuh hati menjalankan tugasnya, bagaimana dengan kamu? Yuk, bagi kisahmu di kumparan.
Writer: Wisnu Prasetyo
Ikuti rangkaian kisah seputar kereta komuter di sini