Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Alasan Sultan Agung Bersikeras untuk Mengusir VOC dari Batavia
24 Oktober 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Alasan Sultan Agung bersikeras untuk mengusir VOC dari Batavia berakar pada ambisi politik dan ekonomi Kesultanan Mataram.
ADVERTISEMENT
VOC, yang mendirikan markas besar di Batavia pada awal abad ke-17, dianggap sebagai ancaman serius bagi kedaulatan kerajaan-kerajaan Nusantara. Selain itu, keberadaan VOC memonopoli perdagangan dan merugikan perekonomian lokal.
Sultan Agung memandang bahwa pengusiran VOC tidak hanya akan menjaga kemandirian ekonomi Mataram tetapi juga memperkuat pengaruh politiknya di wilayah Jawa dan sekitarnya.
Alasan Sultan Agung Bersikeras untuk Mengusir VOC dari Batavia
Mengapa Sultan Agung bersikeras untuk mengusir VOC dari Batavia ? Hal ini berawal ketika VOC mengirim utusan dari Jepara untuk menghadiri penobatan Sultan Agung.
Mengutip dari buku Sultan Agung dalam Goresan S Sudjojono, Santy Saptari, (2022:114), Sultan Agung adalah raja Mataram ketiga dan merupakan salah satu penguasa terbesar dalam sejarah.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan tersebut, Sultan Agung memberikan peringatan tegas bahwa hubungan antara Mataram dan VOC hanya bisa berlanjut jika VOC tidak berambisi menguasai Pulau Jawa.
Namun, kekhawatiran Sultan terbukti saat VOC merebut Jayakarta pada 1619, menjadikannya pusat perdagangan dan markas, serta mengganti namanya menjadi Batavia.
Tindakan ini dianggap sebagai bentuk pelanggaran peringatan dan upaya kolonialisme yang mengancam stabilitas politik Mataram.
Ketegangan semakin memuncak pada 18 Agustus 1618, ketika pasukan Mataram menyerang kantor dagang VOC di Jepara.
Serangan ini dipicu oleh tindakan provokatif pemimpin VOC di sana, Balthasar van Eynthoven, yang diduga terlibat perampokan kapal Belanda terhadap jung di Jepara serta berperilaku buruk, seperti mengencingi tembok masjid.
Setelah penyerangan tersebut, VOC mengirim utusan bernama Jacob van der Marct untuk membicarakan pembelian beras yang dihentikan Mataram. Namun, setelah kesepakatan tercapai, VOC membalas dengan membakar kapal-kapal Jawa di Jepara dan Demak.
ADVERTISEMENT
Sejak 1619, hubungan kedua pihak semakin memanas. Meski begitu, Sultan Agung belum segera bereaksi karena fokusnya masih pada penaklukkan wilayah-wilayah di Jawa.
Ia sempat menawarkan perdagangan beras kepada VOC dengan syarat mendapatkan bantuan armada laut untuk menyerang Surabaya dan Banten, dua wilayah strategis yang belum berhasil dikuasai Mataram. Sayangnya, VOC menolak tawaran tersebut.
Pada 1625, Mataram berhasil menaklukkan Surabaya tanpa bantuan VOC. Setelah itu, Sultan Agung mengalihkan perhatiannya ke Banten, namun rencananya terhambat oleh kedudukan VOC di Batavia, yang juga mengganggu aktivitas perdagangan Mataram dengan Malaka.
Menurut Sultan Agung, satu-satunya solusi untuk mengatasi pengaruh VOC di Jawa adalah dengan menghancurkan Batavia.
Oleh karena itu, Sultan Agung melancarkan dua serangan besar ke Batavia pada 1628 dan 1629, meskipun kedua serangan tersebut berakhir dengan kegagalan.
ADVERTISEMENT
Namun, kekalahan itu tidak mengubah tekad Sultan Agung. Hingga akhir hayatnya pada 1645, ia tetap menolak menjalin hubungan baik dengan VOC karena menganggap keberadaan VOC sebagai ancaman bagi kedaulatan Mataram.
Itulah penjelasan mengenai alasan Sultan Agung bersikeras untuk mengusir VOC dari Batavia.
Baca Juga: Rangkuman Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia