Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.3
Konten dari Pengguna
Sejarah Asal-usul Geguritan dalam Budaya Nusantara
18 Maret 2025 10:01 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Sejarah dan Sosial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejarah asal-usul geguritan merupakan bagian dari tradisi sastra lisan yang berkembang di Nusantara, terutama di wilayah Jawa dan Bali.
ADVERTISEMENT
Karya sastra ini berbentuk puisi yang memiliki irama dan pola tertentu, digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai moral, sejarah, serta ajaran spiritual.
Dikutip dari buku Sastra Jawa Kuna, Zoetmulder, 1994:210, dijelaskan bahwa geguritan berkembang sejak masa kerajaan Hindu-Buddha dan mengalami perkembangan hingga era Islam.
Perkembangan Asal-usul Geguritan
Sejarah asal-usul geguritan berakar dari kebiasaan masyarakat dalam melantunkan syair yang mengandung pesan filosofis dan ajaran kehidupan.
Dikutip dari buku Geguritan dalam Sastra Bali, I Gusti Ngurah Bagus, 2003:98, tradisi ini pertama kali berkembang di Bali sebagai bagian dari sastra lisan yang diwariskan turun-temurun.
Geguritan sering digunakan dalam upacara adat dan keagamaan sebagai media untuk menyampaikan ajaran suci.
Dikutip dari buku Puisi Tradisional Jawa, Suwandi, 2010:67, disebutkan bahwa asal-usul geguritan juga dipengaruhi oleh sastra Jawa kuna seperti kakawin dan tembang macapat.
ADVERTISEMENT
Keduanya memiliki struktur ritmis dan gaya bahasa yang khas, menjadi cikal bakal perkembangan geguritan di berbagai daerah di Nusantara.
Fungsi Geguritan dalam Budaya Nusantara
Asal-usul geguritan tidak hanya berkaitan dengan sastra lisan, tetapi juga berperan dalam pendidikan dan penyampaian pesan sosial.
Dikutip dari buku Seni Pertunjukan dan Sastra Jawa, Purwadi, 2012:120, dijelaskan bahwa geguritan sering digunakan dalam pertunjukan seni, seperti pewayangan dan tembang yang dinyanyikan dalam berbagai ritual adat.
Selain sebagai hiburan, geguritan juga berfungsi sebagai sarana kritik sosial. Dalam sejarahnya, banyak karya geguritan yang menggambarkan kondisi masyarakat dan memberikan sindiran halus terhadap kebijakan pemerintah.
Hal ini menunjukkan bahwa sastra tradisional memiliki peran penting dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat.
Asal-usul geguritan merupakan bagian dari warisan sastra Nusantara yang berkembang sejak era kerajaan Hindu-Buddha dan terus mengalami transformasi hingga masa kini.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan buku Geguritan dalam Sastra Bali, I Gusti Ngurah Bagus, 2003:98, tradisi ini tetap hidup dalam budaya Bali dan Jawa.
Keberadaannya tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai media pembelajaran moral, sejarah, dan kritik sosial bagi masyarakat. (Phonna)
Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 11:19:31 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS). Hal ini dipicu oleh penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 5,02% ke 6.146.