Konten dari Pengguna

4 Pakaian Adat Jawa Barat, Baju Pengantin hingga Pakaian Sesuai Kasta

Seputar Jabar
Artikel yang membahas wisata dan kuliner di daerah Jawa Barat
13 April 2025 14:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jabar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakaian Adat Jawa Barat. Foto hanya sebagai ilustrasi saja. Sumber: Unsplash/firman fatthul.
zoom-in-whitePerbesar
Pakaian Adat Jawa Barat. Foto hanya sebagai ilustrasi saja. Sumber: Unsplash/firman fatthul.
ADVERTISEMENT
Pakaian adat Jawa Barat ada berbagai macam. Pada zaman dulu, pakaian atau baju adat dari Jawa Barat dikategorikan berdasarkan kasta masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Selain pakaian adat yang dikategorikan berdasarkan kastanya, ada juga pakaian adat yang khusus digunakan saat pernikahan. Pakaian adat untuk pernikahan biasanya memiliki makna serta doa baik untuk kedua mempelai.

Pakaian Adat Jawa Barat untuk Rakyat Biasa, Menengah, Bangsawan dan Pernikahan

Pakaian Adat Jawa Barat. Foto hanya sebagai ilustrasi saja. Sumber: Unsplash/Ike Ellyana.
Seperti dikatakan sebelumnya, pakaian adat Jawa Barat dikategorikan berdasarkan kasta masyarakatnya. Pakaian adatnya memiliki perbedaan yang sangat mencolok, mulai dari desain pakaian hingga bahan yang digunakan.
Berikut pakaian adat asal Jawa Barat yang digunakan oleh masyarakat, baik sejak zaman penjajahan dan masih dilestarikan hingga kini. Informasinya berdasarkan buku Ensiklopedia Seni dan Budaya 3: Pakaian Nusantara, R. Toto Sugiarto (2016:31-34).

1. Pakaian Adat untuk Rakyat Biasa

Rakyat biasa di Jawa Barat selalu mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Baik pria maupun wanita keduanya tampil sederhana dengan pakaian khas.
ADVERTISEMENT
Pria akan menggunakan celana komprang atau pangsi yang dilengkapi dengan sabuk kulit atau kain.
Atasannya menggunakan baju kampret atau baju salontreng yang dilengkapi sarung poleng yang diselempangkan menyilang di bahu tak pernah lepas dalam menjalani keseharian.
Pakaian tersebut juga dilengkapi dengan penutup kepala bernama ikat logen model hanjuang nangtung atau barangbang semplak dan alas kaki berupa tarumpah atau terompah dari kayu.
Sedangkan kaum wanita dari kasta ini akan menggunakan pakaian, yakni sinjang kebat (kain batik panjang), beubeur (ikat pinggang), kamisol (kutang atau bra), baju kebaya, dan selendang batik merupakan pilihan utama.
Tatanan rambut kaum wanita pada rakyat biasa, yakni digelung jucung (disanggul kecil).
Kemudian ada aksesoris yang juga digunakan, berupa geulang akar bahar (gelang akar bahar), ali meneng (cincin Polos), suweng pelenis (giwang bundar), dan alas kaki berupa sandal keteplek (sendal jepit).
ADVERTISEMENT

2. Pakaian Adat untuk Kaum Menengah

Di kelas menengah, tidak hanya pakaiannya yang berbeda, penggunaan aksesoris juga bisa dijadikan “pembeda kasta”.
Kaum pria, selain menggunakan baju bedahan putih, kain kebat batik, alas kaki sandal tarumpah, sabuk (beubeur), dan ikat kepala, juga akan mengenakan arloji rantai emas yang digantungkan di saku baju.
Pakaian kaum wanitanya, menggunakan kebaya beraneka warna sebagai atasan, kain kebat batik beraneka corak sebagai bawahan, beubeur (ikat pinggang), selendang berwarna, alas kaki berupa selop atau kelom geulis.
Tampilan ini masih dilengkapi juga dengan perhiasan berupa kalung, gelang, giwang, dan cincin yang terbuat dari perak atau emas.

3. Pakaian Adat Sunda untuk Menak/Bangsawan

Di kelas yang lebih tinggi, atau para bangsawan, bahan pakaian pun terkesan mewah. Pria bangsawan akan menggunakan jas tutup berbahan beludru hitam yang disulam benang emas menyusuri tepi dan ujung lengan dan celana panjang dengan motif sama.
ADVERTISEMENT
Kemudian pakaiannya akan dilengkapi dengan kain dodot motif rereng parang rusak, benten atau sabuk emas, bendo untuk tutup kepala, dan selop hitam sebagai alas kaki
Pakain wanita bangswawan juga tidak kalah mewah. Kebaya beludru hitam bersulam benang emas, kain kebat motif rereng, dan alas kaki berupa sepatu atau selop berbahan beludru hitam bersulam manik-manik akan digunakan wanita pada kelas ini.
Tentu saja, tidak lupa beberapa pernik perhiasan juga dikenakan seperti tusuk konde emas untuk rambut yang disanggul, giwang, cincin, bros, kalung, gelang keroncong, peniti rantai, dan beberapa perhiasan lain yang terbuat dari emas bertahta berlian.

4. Pakaian Pengantin Sunda

Pakaian adat Jawa Barat untuk pengantin juga memiliki perbedaan dari pakaian sehari-hari. Pakaian adatnya dibedakan untuk pengantin pria dan wanita.
ADVERTISEMENT
Pakaian pengantin wanita terinspirasi dari busana putri-putri kerajaan Sunda di masa lampau. Jenis pakaian pengantin yang paling dikenal, yakni pengantin Sunda Putri dan busana pengantin Sunda Siger.
Pengantin Sunda Putri mengenakan kebaya kartini brokat putih panjang dan kain batik. Aksesoris yang digunakan berupa kalung permata panjang. Di pinggang terdapat benten permata sebagai aksen dan memberi kesan elegan pada pengantin wanita.
Kain batik yang digunakan untuk bawahan, memiliki motif khusus, yaitu Sido Mukti atau corak Lereng-eneng dan terdapat wiron (lipatan pada bagian depan kain). Untuk alas kaki digunakan selop dengan warna yang senada dengan pakaiannya.
Sedangkan pada riasan kepala disanggul ala Sunda dan menggunakan melati. Untuk pakaian pengantin Sunda Siger, pengantin akan menggunakan hiasan kepala berupa siger dibagian dahi.
ADVERTISEMENT
Pada busana pengantin putri, pengantin pria mengenakan jas buka prangwedana dan batik yang dengan motif sama dengan pengantin wanita. Pengantin pria juga memakai bendo hiasan permata, Boro Sarangka (tempat menyimpan keris) dan Kewer.
Sebagai pelengkap, pengantin pria mengenakan keris perlambang kegagahan, yang diselipkan di bagian depan Boro Sarangka.
Demikian empat jenis pakaian adat Jawa Barat, yang dibedakan menurut kasta rakyatnya serta pakaian adat untuk pengantin. Meski begitu, jenis-jenis pakaian ini masih dilestarikan dan digunakan pada acara tertentu. (Fitri A)