Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Sejak dua minggu lalu, anda mungkin telah menemukan promo cokelat pabrikan di samping kasir retail-retail yang anda kunjungi. Atau mungkin boneka-boneka lucu yang diam tenang di etalase-etalase toko berkalungkan papan diskon. Atau buket bunga dan mawar-mawar cantik yang bertebaran di pusat perbelanjaan.
ADVERTISEMENT
Bagi anda yang masih diberi nikmat untuk bisa merasakan gebu kasih sayang, mungkin anda ingin mencoba membeli produk-produk cantik manis itu, dan --sembari menikmati jadi korban kapitalisasi asmara-- memberikannya pada mereka yang tercinta.
Produk-produk itu, setidaknya, bisa membawa kebahagiaan sekejap bagi mereka yang tersayang. Mungkin ketika anda pulang kerja nanti, manis cokelat yang anda bawa dibagi-rebutkan sembari bersantai bersama, menikmati lagi sinema-sinema klasik soal cinta.
Tak melulu film luar, bangsa ini juga telah menciptakan sejumlah gambar hidup yang tak kalah memesona. kumparan menghimpun puluhan dan memilihkan beberapa untuk anda. Sinema-sinema cinta Indonesia yang berasal dari berbagai era:
ADVERTISEMENT
Badai Pasti Berlalu (1978)
Berkisah tentang Siska (Christine Hakim) yang patah hati karena tunangannya membatalkan perkawinan dan menikahi gadis lain. Siska yang kehilangan semangat hidup memutuskan berhenti bekerja dan hidup menyendiri.
Dari sinilah kisahnya --dan Leo (Roy Marten)-- bermula. Leo, sahabat sang kakak, mendekati Siska sekadar untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya: menaklukkan Siska.
Leo si ‘Don Juan’ pun berhasil membangkitkan semangat hidup Siska yang semula terlelap dalam apati dan beku hati.
Waktu berlalu, dan Leo justru benar-benar jatuh hati kepada sang gadis. Tapi seperti selalu terjadi, kesalahpahaman hadir dan badai dimulai. Datangnya Helmi (Slamet Rahardjo) menjadi badai lain dari pertautan kedua muda-mudi.
Meraih penghargaan di Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1978 sebagai film dengan Tata Kamera Terbaik, Tata Suara Terbaik, Penyuntingan Terbaik, dan Tata Musik Terbaik, Badai Pasti Berlalu kembali mendapat penghargaan di FFI 1979 sebagai Film Terlaris.
ADVERTISEMENT
Judul yang sama bahkan di-remake pada 2007 sebagai peringatan 30 tahun film tersebut, dengan pemeran Vino G. Bastian dan Raihaanun. Sebuah klasik dalam perfilman Indonesia.
Soundtrack film itu, yang dinyanyikan Chrisye dan Berlian Hutauruk berjudul sama --Badai Pastai Berlalu, juga menjadi album musik legendaris Indonesia.
Gita Cinta Dari SMA (1979)
Film yang diproduksi tahun 1979 oleh Arizal seaku sutradara ini melambungkan nama Rano Karno, yang beradu peran dengan Yessi Gusman dan Ade Irawan.
Ini kisah cinta tentang dua pelajar SMA, yaitu Galih (Rano Karno) dan Ratna (Yessi Gusman). Keduanya adalah pelajar teladan di SMA-nya, pas antara satu dan lainnya.
Cinta mereka tidak terhalang oleh ketiadaan restu dari ayah Ratna, yang telah menjodohkan Ratna dengan seorang insinyur lulusan UGM.
ADVERTISEMENT
Film tersebut menjadi film terlaris ketiga di DKI Jakarta pada 1979, mengumpulkan sekitar 162.050 penonton. Kembali, Chrisye menjadi pengisi suara dan sempat menjadi cameo dalam scene pentas seni di film tersebut.
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986)
Mona (Lydia Kandou) seharusnya mendapat hadiah Rp 10.000 karena potretnya dipilih dalam rubrik Yang Bernasib Baik Hari Ini. Tapi Mona, atas hasutan temannya, Marni (Ully Artha), malah menuntut Ramadhan (Deddy Mizwar) si juru potret itu dengan alasan Ramadhan membuat fotonya jadi jelek.
Ramadhan jelas dituntut redaksi agar dapat menggagalkan niat Mona. Ia berhasil dan malah menjadi dekat dengan Mona. Hubungan keduanya pun berlanjut ke jenjang pernikahan.
Namun krisis justru dimulai setelah itu. Dalam berumah tangga, Ramadhan bertindak sebagai penguasa. Mona dibuat bertekuk lutut. Love-hate relationship keduanya menjadi dinamika tak lazim di antara dua sejoli --dan menjadi kegemaran pemirsa.
ADVERTISEMENT
Bernuansa komedi, film tersebut menjadi angin segar di dunia perfilman Indonesia tahun 1986. Ia berhasil menyabet berbagai penghargaan, di antaranya: Skenario Terbaik oleh Asrul Sani di Festival Film Indonesia 1986, Piala Bing Slamet untuk kategori Film Komedi, dan menjadi unggulan dalam acara penghargaan yang sama di kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria dan Wanita Terbaik, Pemeran Pembantu Pria Terbaik, Pemeran Pembantu Wanita Terbaik, dan Musik Film Terbaik.
Ada Apa Dengan Cinta? (2002)
Setelah kering di sepanjang dekade 1990-an, dunia perfilman Indonesia kembali disegarkan dengan kehadiran film cinta bermutu lewat Ada Apa dengan Cinta? di tahun 2002.
Film karya Rudi Soedjarwo tersebut mulai menyentuh layar lebar pada 7 Februari 2002. Film ini berhasil mencatatkan hampir 3.000.000 penonton dan tetap populer hingga kini. Dibintangi aktor tampan Nicholas Saputra (Rangga) dan Dian Sastrowardoyo (Cinta), kisah keduanya menjadi salah satu legenda cinta Indonesia.
ADVERTISEMENT
Film tersebut meraih berbagai penghargaan di Piala Citra, seperti Pemeran Wanita Terbaik, Sutradara Terbaik, Tata Musik Terbaik pada 2004.
Saking legendarisnya, pada 2016 dibuat sekuel film tersebut, yang masih menjelaskan hubungan lanjutan dari Rangga dan Cinta setelah sang lelalki kembali ke Indonesia.
Janji Joni (2005)
Bercerita tentang pengantar rol film bernama Joni (Nicholas Saputra) yang tidak pernah terlambat mengantarkan rol film ke bioskop.
Sebagai pengantar rol film, Joni berjanji untuk terus mempertahankan catatan apik tersebut. Meskipun profesinya dipandang rendah, Joni meyakini nasib penayangan sebuah film di bioskop ditentukan oleh dia.
Suatu hari di gedung bioskop, Joni bertemu seorang wanita cantik (Mariana Renata) yang datang bersama pria bernama Otto (Surya Saputra).
ADVERTISEMENT
Terpesona, Joni menanyakan nama wanita itu --yang berjanji hanya akan memberitahukan namanya jika Joni dapat mengantarkan seluruh rol film tepat waktu.
Ditantang demikian, Joni justru menjumpai hari terberat dalam bertahun-tahun pengalamannya sebagai pengantar rol film.
Film yang disutradarai Joko Anwar tersebut berhasil menyabet dua penghargaan di Piala Citra, yaitu Pemeran Pembantu Pria Terbaik dan Penyunting Gambar Terbaik.
Habibie & Ainun (2012)
Film ini menceritakan perjuangan karier dan cinta presiden ketiga Republik Indonesia, BJ Habibie, dan perempuannya, Hasri Ainun.
Diperankan oleh aktor serbabisa Reza Rahardian sebagai Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun, film ini menempati urutan ketiga sebagai film paling ditonton di Indonesia.
“Rudy” Habibie, insinyur jenius ahli pesawat terbang, dan Ainun, seorang dokter muda cerdas, memiliki masa depan cerah. Keduanya kemudian menikah dan tinggal di Jerman. Dinamika rumah tangga mereka diuji ketika Habibie dipanggil pulang ke Indonesia untuk menjadi abdi negara.
ADVERTISEMENT
Film karya Hanung Bramantyo tersebut termasuk paling sukses di sejarah perfilman Indonesia, dengan estimasi pendapatan mencapai Rp 135 miliar meski mengantongi beragam kritik.
Dari semua film tersebut, mana yang menjadi favorit anda?
Santai sejenak dan mari simak "percintaan" berikut