Tembok Trump: yang Untung dan Buntung

2 Februari 2017 16:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produksi Topeng Presiden Terpilih Amerika Serikat Donald Trump di Saiitama, Jepang. (Foto: Toru Hanai/Reuters)
Membangun tembok sepanjang 1.600 kilometer bukan perkara mudah. Apalagi asumsi yang dibawa adalah tembok tersebut ditegakkan untuk menghalau “bandar narkoba, pemerkosa, dan pembunuh” yang masuk ke negara si pembangun tembok: Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Berbagai hal bisa jadi merintangi niat Presiden AS Donald Trump untuk mewujudkan rencananya membangun tembok di sepanjang negaranya dengan Meksiko.
Misalnya saja, masalah hak milik tanah yang di beberapa bagian perbatasan kedua negara ialah hak milik pribadi.
Ketika pemerintah AS membangun pagar pembatas di beberapa titik kedua negara pada 2008 hingga 2010, petugas pengawas perbatasan (border patrol) harus melakukan negosiasi atau mulai menempuh jalur hukum untuk mendapatkan izin pembangunan pagar. Beberapa di antaranya bahkan masih berlangsung hingga sekarang.
Perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko (Foto: Jose Luis Gonzalez/REUTERS)
Selain masalah izin, pagar batas yang ada selama ini tidak efektif dalam menahan gerak pada imigran gelap. Politikus Republikan asal Texas, William Hurd, menyatakan bahwa upaya yang dilakukan Trump tidak efektif.
ADVERTISEMENT
Pada 2011, setelah proses pembangunan pagar pembatas selesai, masih ada 327.577 orang yang tertangkap karena menerobos perbatasan. Angka tersebut naik tahun berikutnya, 2012, dan terus naik sampai 2014.
Pagar mungkin bisa memberikan kemudahan kepada petugas pengawas perbatasan, namun keberadaannya toh tak menciutkan nyali orang-orang yang bertekad menyeberangi batas negara untuk mengubah peruntungan mereka.
Masalah-masalah tadi belum menyinggung soal biaya. Total dana yang harus dikeluarkan Pemerintah Amerika Serikat untuk membangunnya setara 530 triliun Rupiah.
Trump bisa jadi menjadi pihak yang merugi (Foto: Carlos Barria/REUTERS)
Apapun, dunia berjalan sebagaimana biasanya. Selalu muncul yang untung di tiap keadaan buntung. Istilah kerennya blessing in disguise. Dan Tembok Besar Trump --mungkin begitu kita memanggilnya nanti-- bukan perkecualian khusus.
ADVERTISEMENT
Untuk sebagian orang, tembok tersebut menjadi bencana kemanusiaan. Selain uang negara yang dinilai dihambur-hamburkan, tembok itu menutup kesempatan akan kehidupan yang lebih baik.
Tapi bagi sebagian lainnya, tembok justru menjadi ladang penghidupan.
Setidaknya, demikianlah bagi pihak yang nantinya kecipratan rezeki dari proyek Trump itu.
Sejak gagasan pembangunan tembok muncul tahun lalu, beberapa perusahaan yang punya potensi meraup untung dalam bisnis pembangunan tembok menanggapi girang.
Dalam pembangunan pagar pembatas AS-Meksiko tahun 2008 hingga 2010, pemerintah AS menunjuk Boeing sebagai perusahaan kontraktor pelaksana. Produsen pesawat terbang itu memang juga melakukan beberapa pekerjaan untuk pemerintah.
Meski demikian, proyek pagar pembatas tersebut tidak berjalan mulus. Dikutip dari New York Times, proyek yang dikerjakan Boeing itu dihentikan Presiden Barack Obama pada 2010 karena pengerjaan yang tak sesuai.
ADVERTISEMENT
Pemerintah AS harus menghabiskan 1 miliar Dolar AS hanya untuk 65 mil, atau setara dengan 105 kilometer pagar di perbatasan AS-Meksiko.
Berbagai permasalahan muncul, seperti kamera pengawas yang tidak berjalan maksimal di medan-medan berbeda, naiknya harga besi dan semen, serta perencanaan yang tidak maksimal --menyebabkan tumpukan besi senilai 44 juta Dolar AS tidak terpakai.
Boeing tidak sendirian. Untuk pagar pembatas di wilayah Arizona, pada 2014 Elbit Systems of America berhasil memenangkan tender pembangunan menara lengkap dengan radar dan teknologi kamera pengintai yang bekerja di sepanjang 320 km batas wilayah.
Perusahaan tersebut memiliki perusahaan induk dari Israel, negara yang presidennya akhir-akhir ini mendukung rencana pembangunan Tembok Trump, memujinya sebagai upaya cerdas.
ADVERTISEMENT
Simak:
Trump dan Netanyahu di New York. (Foto: Kobi Gideon/Reuters)
Tembok Trump juga disambut baik oleh perusahaan keamanan Magal Security Systems Ltd. Sehari setelah Trump menyatakan kepada Fox News bahwa tembok keamanan akan mampu menahan penerobos gelap dari Meksiko, saham perusahaan tersebut di lantai bursa langsung meloncat 5,6 persen.
Dalam sebulan terakhir, saham perusahaan itu naik hampir 50 persen. Magal Security Systems sendiri menyatakan akan mengikuti pertemuan kontraktor keamanan di Virginia, AS, dalam waktu dekat untuk membicarakan kemungkinan kerja sama.
Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang sama dengan yang menjadi kontraktor pembangunan pagar di Tepi Barat Israel, di mana tembok sepanjang 708 km tersebut dibuat untuk menghalau pengebom bunuh diri yang menyeberang dari Palestina.
ADVERTISEMENT
Sistem keamanan yang menjadi produk jualannya akan menggunakan sensor serat optik di sepanjang pagar. Teknologi yang sama disebut telah digunakan di berbagai bandara di dunia.
“Yang anda perlukan hanyalah bertanya kepada Israel,” kata Trump. “Mereka benar-benar dilanda bencana waktu itu dan mereka langsung membuat sebuah tembok. Tembok tersebut berhasil menghalau 99,9 persen,” lanjutnya dalam sebuah wawancara bersama Fox News akhir bulan lalu.
San Diego, California, dari Tijuana, Meksiko (Foto: Jorge Duenes/REUTERS)
Tembok hendak dibangun Trump untuk menghindari masuknya imigran gelap dari Meksiko. Trump bahkan menyatakan bahwa Meksiko akan membayar biaya pembangunan tembok itu.
Proyek yang digagas Trump tersebut akan menghabiskan kurang lebih 12,7 meter kubik. Bebatuan dan bahan berat seperti semen akan diangkut lebih dari 70 mil atau 113 km.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, kebutuhan dasar pembangunan tembok tersebut kemungkinan akan dipasok oleh: CEMEX, perusahaan semen berbasis Meksiko.
Menurut perhitungan dari Konstantin Kakaes, ahli kontraktor dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), kebutuhan semen akan menghabiskan dana sebesar 9 miliar Dolar AS. Itu belum termasuk biaya upah buru AS yang mahal.
Menurut studi terpisah yang dilansir New York Times, separuh dari buruh yang berada di Texas adalah buruh ilegal yang tidak memiliki izin bekerja, alias kebanyakan dari Meksiko.
Jadi, alih-alih untung dengan menghalau orang-orang Meksiko dan membuat Meksiko membayarnya, Trump malah bisa jadi pihak yang buntung.
Presiden Nieto tertawa bersama Menteri Ekonominya (Foto: Edgard Garrido/REUTERS)
Ah, mari kita lihat saja apa yang akan dilakukan Tuan Trump. Sejauh ini, dia selalu membuat gebrakan yang mengejutkan, dan tak menutup kemungkinan akan selalu begitu selama masa pemerintahannya empat tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Ikuti perkara "prahara tembok" di sini
Infografis: Tembok-tembok Pembatas Hingga Kini (Foto: Bagus Permadi/kumparan)