Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Polisi Imbau Wisatawan Hindari Jalur Utama ke Gunungkidul
23 Desember 2019 19:35 WIB
ADVERTISEMENT
Wisatawan yang ingin pergi ke Gunungkidul diharapkan menggunakan jalur alternatif jika jalur utama Jogja-Wonosari mengalami kepadatan. Wisatawan yang berasal dari Yogyakarta sebaiknya melalui jalur Jogja-Panggang via Siluk Imogiri. Sementara wisatawan yang dari Solo bisa masuk ke Gunungkidul melalui Kecamatan Karangmojo.
ADVERTISEMENT
Kasatlantas Polres Gunungkidul, AKP Anang Tri Nuvyan mengatakan, sama seperti musim liburan yang lain, jalur utama Jogja-Wonosari selalu mengalami kepadatan yang cukup tinggi. Antrian panjang selalu terjadi, baik di pagi hari ketika wisatawan pergi ke Gunungkidul ataupun sore hari ketika berniat meninggalkan Gunungkidul.
"Kepadatan bahkan kemacetan sering terjadi di jalur utama Jogja-Wonosari, terutama pada sore hari di mana wisatawan akan kembali ke kota," ujarnya, Senin (23/12/2019).
Berkaca pada musim libur lebaran yang lalu, di mana terjadi kemacetan hingga 7 kilometer lebih, dari Sambipitu hingga Piyungan, maka diharapkan wisatawan bisa pulang melalui jalur selatan Panggang ataupun Karangmojo. Namun jika sudah terlanjur berada di jalur utama maka wisatawan bisa memanfaatkan jalur alternatif melalui Gunung Api Purba Nglanggeran.
ADVERTISEMENT
Wisatawan bisa berbelok ke kanan di Sambi Pitu jika ingin mengambil jalur alternatif melalui Nglanggeran dan juga Ngoro-oro. Dari Nglanggeran, wisatawan bisa mengambil jalur menuju Srimartani Piyungan melalui turunan Petir. Selain itu, dari Nglanggeran, wisatawan bisa melalui jalan baru menuju kawasan Gendeng, Kecamatan Prambanan.
"Tetapi wisatawan harus ekstra hati-hati jika melalui kawasan ini," paparnya.
Kepadatan juga sering terjadi di kawasan Kecamatan Tepus menuju ke pantai. Karena jalur di kawasan tersebut cenderung sempit dan berkelok-kelok. Biasanya hal ini dimanfaatkan oleh oknum warga yang meminta imbalan ketika mereka membantu mengatur lalu lintas.
Sebenarnya, lanjut dia, keberadaan warga yang sering disebut 'pak ogah' tersebut sangat membantu. Namun ketika nanti ada keluhan wisatawan terhadap mereka, maka pihaknya akan turun tangan melakukan pembinaan.
ADVERTISEMENT