Konten dari Pengguna

Efektivitas Pendidikan Pancasila, Mengurangi Sikap Radikalisme Kalangan Remaja

Adistia Regina Putri
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya Prodi S1 Pendidikan Matematika
15 November 2024 12:59 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adistia Regina Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto di dapatkan dari Junaidi Mustafa
zoom-in-whitePerbesar
Foto di dapatkan dari Junaidi Mustafa
ADVERTISEMENT
Indonesia, sebagai negara yang beragam budaya, agama, dan suku, menghadapi tantangan dalam menjaga persatuan dan kesatuan. Salah satu tantangan utama adalah meningkatnya sikap radikal di kalangan remaja, yang berpotensi mengancam keutuhan bangsa. Pendidikan Pancasila, yang menanamkan nilai-nilai luhur seperti persatuan, toleransi, dan keadilan sosial, menjadi instrumen penting dalam membangun karakter generasi muda yang nasionalis dan menghargai keberagaman.
ADVERTISEMENT
Radikalisme dan Tantangan di Kalangan Remaja ditandai dengan sikap intoleran, pemikiran ekstrem, dan kecenderungan untuk menolak perbedaan. Banyak faktor yang menyebabkan radikalisme pada remaja, seperti pengaruh media sosial, ketidakpuasan terhadap sistem sosial dan politik, serta lemahnya pendidikan karakter. Di era digital ini, remaja lebih mudah terpapar ideologi yang ekstrem, yang dapat mempengaruhi pola pikir dan tindakan mereka.
Pendidikan Pancasila sebagai solusi, diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kebangsaan, toleransi, dan pentingnya menjaga keberagaman. Pendidikan ini bertujuan untuk membentuk karakter remaja yang memiliki sikap nasionalisme, cinta damai, dan menghargai perbedaan. Melalui pengajaran nilai-nilai Pancasila, remaja didorong untuk berpikir kritis, terbuka, dan bijak dalam menanggapi isu-isu yang berpotensi mengarah pada radikalisme.
ADVERTISEMENT
Implementasi Pendidikan Pancasila dalam Mengurangi Radikalisme, dapat dilakukan dalam beberapa upaya dalam mengimplementasikannya untuk mengurangi sikap radikalisme di kalangan remaja antara lain Kurikulum yang Berbasis Pancasila seperti Memasukkan materi Pancasila dalam kurikulum pendidikan formal untuk membangun kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai kebangsaan. Pembelajaran Kontekstual dengan mengajarkan Pancasila melalui metode pembelajaran yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti diskusi tentang isu-isu keberagaman, toleransi, dan nasionalisme. Tak hanya itu, Guru diberikan pelatihan agar mampu mengajar nilai-nilai Pancasila dengan cara yang menarik dan relevan bagi remaja. Penggunaan Media Sosial pun sebagai Sarana Edukasi memberikan konten edukatif yang menarik di media sosial untuk menangkal propaganda radikalisme di kalangan remaja.
Sehingga, Efektivitas Pendidikan Pancasila dalam Mengurangi Radikalisme menunjukkan bahwa pendidikan berbasis nilai Pancasila dapat menjadi benteng dalam mencegah paham radikal. Pendidikan ini memberikan landasan moral dan etika yang kuat bagi remaja untuk bersikap toleran, menghargai perbedaan, dan menolak pemikiran ekstrem. Namun, keberhasilan Pendidikan Pancasila juga sangat bergantung pada konsistensi penerapan di sekolah serta dukungan dari lingkungan keluarga dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Beberapa tantangan dalam penerapan Pendidikan Pancasila di sekolah meliputi kurangnya pemahaman yang mendalam dari guru, kurangnya materi yang relevan dengan perkembangan zaman, dan ketidakpahaman sebagian remaja tentang manfaat nilai-nilai Pancasila. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya peningkatan kapasitas guru, pengembangan materi ajar yang menarik dan kontekstual, serta kolaborasi dengan berbagai pihak untuk memberikan edukasi yang berkesinambungan di luar sekolah.
Pendidikan Pancasila memiliki potensi yang besar dalam mengurangi sikap radikalisme di kalangan remaja jika diterapkan secara efektif. Dengan pemahaman yang baik tentang nilai-nilai Pancasila, diharapkan generasi muda Indonesia dapat mengembangkan sikap toleran, kritis, dan nasionalis sehingga terhindar dari pengaruh radikalisme yang mengancam persatuan bangsa.