Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
ADVERTISEMENT
Aku sudah mulai lupa
Saat pertama rasakan lara
Oleh harapan yang pupus
Hingga hati cedera serius
ADVERTISEMENT
Terima kasih kalian
Barisan para mantan
Dan semua yang pergi
Tanpa sempat aku miliki
Larik-larik galau di atas adalah bagian dari lirik single berjudul Terlatih Patah Hati yang dipopulerkan oleh duet grup band, The Rain dan Endank Soekamti, pada 2013.
Sejak 2013, istilah “barisan para mantan” atau “mantan” berulang kali menjadi topik yang diperbincangkan oleh netizen hingga kini.
Pemicu bahasan soal mantan itu macam-macam. Ada saja letupan-letupan viral di jagat maya tentang mantan, dari kisah sedih perempuan yang ditinggal kawin mantan pacar, sampai yang terbaru rangkaian cuitan mantan presiden yang malang.
Kata “mantan”, kalau kita buka kamus, memiliki arti “bekas”, yakni bekas pemangku jabatan, kedudukan, dan sebagainya. Jadi, “mantan” bisa bersanding dengan berbagai kata lain, dalam cakupan amat luas.
ADVERTISEMENT
Mantan presiden, mantan menteri, mantan guru, mantan murid, mantan narapidana, mantan kekasih, hingga mantan manten.
Namun, belakangan generasi millenial mempersempit makna kata “mantan” ke dalam istilah hubungan percintaan. “Mantan” jadi kerap diasosiasikan dengan mantan pacar, mantan kekasih, dan sejenisnya.
Soal mantan ini, seorang profesor bidang kriminalogi dan hukum pidana Saint Louis University Amerika Serikat, Brian B. Boutwell, bersama kedua rekannya, J. C. Barnes dan Kevin M. Beaver, pernah menulis jurnal berjudul When love dies: Further elucidating the existence of a mate ejection module.
Dalam jurnal yang diterbitkan tahun 2015 itu disebutkan bahwa efek jatuh cinta setara dengan kecanduan obat-obatan terlarang. Itulah sebabnya setelah putus, masih banyak orang yang sulit melupakan mantan kekasihnya.
ADVERTISEMENT
Secara mendalam, Boutwell dan kedua rekannya meneliti proses hilangnya perasaan cinta dan “putus” --yang mereka sebut proses ejeksi primer, dan pergerakan untuk membangun hubungan romantis baru --yang mereka sebut proses ejeksi sekunder.
Mereka mengatakan, pria dan wanita putus untuk alasan berbeda. Misalnya, seorang pria lebih mungkin untuk mengakhiri hubungan karena si wanita melakukan hubungan seksual dengan pria lain.
"Pria sangat sensitif terhadap perselingkuhan seksual antara pasangan mereka dengan orang lain," kata Boutwell. "Itu bukan untuk mengatakan bahwa wanita tidak cemburu. Mereka tentu saja juga cemburu, tapi kecemburuan pria sangatlah akut mengenai perselingkuhan seksual."
Di sisi lain, wanita lebih mungkin untuk memutuskan hubungan jika pasangan mereka secara emosional sudah tak lagi setia.
ADVERTISEMENT
Terkadang, ujar Boutwell, pria maupun wanita mengakhiri hubungan percintaan mereka karena alasan sama. "Misalnya, tidak ada satupun dari kedua gender yang cenderung sanggup mentolerir atau memaklumi sikap kejam yang ada dalam diri pasangan mereka."
Menurut Boutwell, ada beberapa orang yang cenderung dapat segera menghilangkan perasaan cinta mereka, ada pula beberapa yang memiliki kesulitan untuk move on.
Kemampuan seseorang untuk memutuskan hubungan dan menemukan seseorang yang baru untuk dicintai, dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik.
Pemindaian terhadap otak pria dan wanita yang mengaku jatuh cinta terlalu dalam, juga menunjukkan adanya keterkaitan dengan perilaku mereka saat putus.
Hasil pemindaian Magnetic Resonance Imaging (MRI) terhadap otak seseorang yang jatuh cinta menunjukkan adanya kenaikan aktivitas neuron atau sel-sel saraf di beberapa bagian otak --area-area yang memicu kesenangan-- yang juga dapat diaktifkan dengan penggunaan kokain --zat yang menyebabkan perasaan ketagihan atau kecanduan.
ADVERTISEMENT
“Hasil penelitian Helen Fisher --seorang profesor antropologi dan psikologi di The Kinsey Institute, Indiana University-- telah mengungkapkan bahwa sirkuit di bagian otak yang sangat berkaitan dengan perilaku kecanduan, juga berkaitan dengan perasaan dan daya tarik romantis,” ungkap Boutwell.
Ia menjelaskan, “Ini seperti permulaan jatuh cinta, ketika kamu ingin selalu berada di dekat orang yang kamu cintai. Mirip seperti perilaku kecanduan.”
Boutwell menyimpulkan, menghilangkan perasaan cinta sama halnya dengan meminta seorang pecandu kokain untuk menghentikan kebiasaan mengonsumsi kokain.
Rumus sederhananya, cinta (kekasih) = kokain.
Kalau kamu sulit melupakan mantan, bisa jadi karena kamu kadung kecanduan sosoknya.
Dalam jangka panjang, tentu saja perilaku kecanduan tak terlalu baik dampaknya.
Jadi, meski soal hati sukar ditakar, ada baiknya kamu hati-hati agar tak terlalu mencandu.
ADVERTISEMENT
Tapi… bagaimana caranya agar tak mencandu cinta (atau mantan)? Ikuti terus kisahnya di kumparan hari ini.