Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Stalking: Wujud Perilaku Obsesif pada Mantan
8 Februari 2017 15:05 WIB
Diperbarui 21 Januari 2021 11:33 WIB
ADVERTISEMENT
![Ilustrasi stalking media sosial mantan. (Foto: Geralt/Pixabay)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1486525417/drvyhtzxcjjrned8qbml.jpg)
Lagi-lagi hujan. Membuatmu teringat pada mantan.
Hujan dan mantan memang paduan serasi, membuatmu tenggelam pada genangan dunia mantan --yang semu belaka.
ADVERTISEMENT
Sekalipun itu fatamorgana, kamu tak peduli, dan terus menghanyutkan diri dengan membuka lembar-lembar kehidupan baru si mantan --yang tentu saja tanpamu di sana.
Pada zaman serba-canggih begini, apalah yang sulit. Kamu ingin tahu kabar mantan, tinggal ambil ponsel dan buka media sosial seperti Facebook atau Instagram.
Senyum mantan langsung terpampang di depanmu --dengan pasangannya yang baru.
Hatimu langsung tak karuan. Rasa sedih dan mendidih campur jadi satu.
Tapi semua itu tak membuatmu berhenti men-stalking mantan. Kamu terobsesi padanya --entah dia peduli padamu atau tidak.
![Bulir Air Hujan (Foto: Riley Briggs)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1485151348/ccgoe4pirpm0rawxqfcy.jpg)
Obsesimu pada mantan terjadi akibat kamu mencandunya. (Baca: Kecanduan Mantan )
Rachel E. Brenner, mahasiswi pascasarjana bidang psikologi Iowa State University, pernah membuat tesis berjudul Adjustment to the dissolution of a romantic relationship: effects of ex-relationship specific thought content valence.
ADVERTISEMENT
Isi tesis yang dipublikasikan pada 2015 itu antara lain membahas perilaku obsesif orang-orang yang tak bisa melepaskan perhatiannya pada sang mantan. Padahal jelas-jelas kisah percintaan mereka telah usai.
Salah satu bentuk perilaku obsesif itu adalah stalking mantan.
Tesis itu menjelaskan, perilaku obsesif terjadi akibat perasaan berkepentingan yang besar, sekaligus kekuatan yang mengganggu. Perangai obsesif umumnya muncul setelah hubungan romantis berakhir alias putus.
Bentuk perilaku obsesif setelah putus bervariasi berdasarkan tingkat keparahan dan frekuensi, contohnya mengirimkan kado yang tak diinginkan, menelepon, mengirim pesan, hingga mengekspresikan kasih sayang kepada sang mantan --yang tak lagi membutuhkannya.
![Perilaku obsesif yang mengganggu mantan. (Foto: Innovatedcaptures / Getty Images)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1485511376/bmcjmkzl1jlbc9tcmugr.jpg)
Mengambil sampel di lingkup kampus, 89 persen responden Brenner mengatakan bahwa mantan mereka, setelah putus, setidaknya pernah satu kali menunjukkan perilaku mengejar seperti ingin balikan --yang tentu tak diinginkan si responden.
ADVERTISEMENT
Stalking (menguntit) adalah bentuk pengejaran yang lebih ekstrem setelah putus. Dari penelitian yang dikutip dalam tesis tersebut, 55 persen perempuan dan 25 persen laki-laki korban stalking mengatakan bahwa stalker (orang yang menguntit) mereka adalah mantan kekasih.
Berdasarkan penelitian lain, masih dalam tesis yang sama, 21 persen responden mengatakan mereka pernah menjadi target kontak yang mengganggu setelah mengakhiri hubungan percintaan mereka.
Perilaku obsesif ini juga menjalar ke media sosial, seperti Facebook, di mana orang-orang itu umumnya memantau mantan pasangan mereka dan, yang lebih ekstrem lagi, menggunakan Facebook untuk mencoba menyambung kembali hubungan percintaan mereka.
Sebagai contoh, dalam survei terhadap 1.022 mahasiswa di Kanada, 82 persen partisipan mengaku bahwa mereka suka melihat foto-foto yang diunggah oleh mantan pasangan mereka dan/atau melihat foto-foto mantan pasangan mereka yang diunggah oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
![Ilustrasi stalking mantan. (Foto: Meditations/Pixabay)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1486524627/mnwmt8osa8olycrapueu.jpg)
Sebanyak 60 persen partisipan mengaku membaca percakapan mantan pasangan mereka di dinding Facebook, sedangkan 31 persen mengaku menggunakan Facebook untuk “mengawasi” mantan pasangan mereka.
Terkait dengan perilaku mengontak atau menghubungi secara langsung, 63% partisipan tercatat pernah mengirimkan pesan melalui Facebook kepada mantan pasangan mereka, 58% mem-posting atau mengirim sesuatu di halaman akun Facebook sang mantan, dan 7% mengaku mendatangi acara-acara yang kemungkinan akan dihadiri oleh mantan pasangan mereka berdasarkan hasil pantauan mereka di Facebook.
Mereka juga menggunakan Facebook untuk stalking maupun berkomunikasi dengan teman-teman dan keluarga dari mantan kekasih mereka.
Bahayanya, menurut penelitian ini, mereka yang menggunakan Facebook untuk memantau mantan pasangan mereka memiliki kecenderungan untuk melakukan pengejaran secara fisik yang tak diinginkan. Tentu saja perilaku obsesif ini akan mengganggu kehidupan sang mantan.
ADVERTISEMENT
Jadi, kamu yang suka stalking akun mantan, ada baiknya kamu mulai mencoba untuk menghentikannya sebelum kebiasaan itu kebablasan jadi perilaku obsesif akut.
Kira-kira kamu, atau kita, bisa atau tidak?
![Hati-hati kebablasan stalking mantan. (Foto: PublicDomainPictures/Pixabay)](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1486525642/lr2y0mlqbbrwxx2cxdb0.jpg)
Sebagai perbandingan, PEW Research juga pernah mengeluarkan data-data terkait perilaku stalking mantan. Simak: Seberapa Sering Kamu Stalking Mantan?
Ikuti terus perjalanan mantan di sini