Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menyongsong Masa Depan Arsenal Pasca Era Sang Revolusioner
6 Mei 2018 17:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Yudho Priambudi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arsene Wenger pada masa kejayaannya. Sumber foto: https://www.flickr.com/photos/ronmacphotos/498044565
Sirna sudah harapan Arsenal untuk mempersembahkan kado perpisahan indah bagi Arsene Wenger. Walau kekalahan di kandang Atletico Madrid pada babak semifinal Kamis lalu tidak akan menjadi pertandingan terakhir Wenger sebagai manajer The Gunners, namun partai tersebut diharapkan mampu membuka peluang diraihnya gelar juara Liga Europa untuk dipersembahkan sebagai kenangan terakhir bagi Sang Revolusioner.
ADVERTISEMENT
Kini, Sang Revolusioner hanya tinggal menunggu saatnya mengucapkan selamat tinggal kepada para pendukungnya, yang selama 10 tahun terakhir hanya bisa menikmati sisa-sisa kejayaan yang pernah diraih Arsenal saat masih bermarkas di stadion Highbury.
Menurun setelah Pindah Markas
Pemandangan dari salah satu sisi Stadion Emirates. Sumber foto: http://www.geograph.org.uk/photo/2727106
Setelah pindah markas ke stadion Emirates yang megah pada tahun 2006, klub asal London Utara tersebut justru kurang mampu bersaing, baik di kompetisi domestik maupun Eropa. Lesunya kemampuan bersaing Arsenal sejak berkandang di stadion baru telah cukup lama menjadi bahan kritikan para fans The Gunners.
Bahkan, sejak musim 2016/2017, para supporter mulai banyak yang tidak segan secara publik mengekspresikan kekecewaan mereka terhadap Wenger, terutama pada saat anak-anak asuhnya terbukti gagal meraih peringkat 4 besar di Liga Utama Inggris. Performa Arsenal pun terus menurun, terutama pada musim 2017/2018, di mana mereka mencatat rekor tandang terburuk selama era Wenger.
ADVERTISEMENT
Untuk memperbaiki rekor tandang pada musim-musim berikut, skuad Arsenal perlu dipimpin oleh seorang maestro baru yang inovatif dan lebih bersemangat. Wenger pun menyadari betul hal tersebut, dan setelah hampir 22 tahun menjabat sebagai manajer, ia pun akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya pada akhir musim ini.
Di satu sisi,banyak pengamat yang mengakui reputasi Wenger sebagai seorang revolusioner yang telah mengubah wajah Arsenal maupun persepakbolaan Inggris secara keseluruhan. Namun di sisi lain, mereka juga menganggap bahwa ia terlalu ramah terhadap anak-anak asuhnya, dan kurang mampu menyebarkan mentalitas juara kepada mereka.
Pekerjaan Rumah Pengganti Wenger
Siapapun yang nanti akan ditunjuk sebagai pengganti Wenger harus mampu mendeteksi kelemahan dalam penampilan-penampilan Arsenal selama 2 tahun terakhir, dan berani melepas pemain-pemain yang kualitasnya di bawah standar yang diharapkan. Tapi yang paling penting, ia harus mampu membenahi masalah mentalitas yang kini telah bertahun-tahun mengakar dalam klub tersebut.
ADVERTISEMENT
Masalah mentalitas memang tengah menghinggapi beberapa anggota skuad Arsenal saat ini. Oleh karena itu, mereka butuh sosok baru yang mampu memberi suntikan moral untuk bisa menghentikan kemerosotan yang tengah dialami.
Rata-rata para pemain Arsenal yang sedang mengalami masa transisi saat ini adalah mantan pemain kunci di tim-tim mereka sebelumnya, baik pada tingkat junior maupun senior. Mereka tentu terinspirasi dengan pengalaman Alex Oxlade-Chamberlain, salah satu mantan anak asuh Wenger yang pernah menjadi andalan di Southampton F.C., namun gagal menunjukkan kemampuan terbaiknya saat berada di bawah kepemimpinan Sang Profesor. Setelah kemudian pindah ke Liverpool F.C., Oxlade-Chamberlain justru mengalami perkembangan yang cukup signifikan di bawah asuhan Jurgen Klopp.
Siapapun yang melatih Arsenal musim depan diharapkan dapat memacu pemain-pemain macam Mesut Ozil, Sead Kolasinac, dan Hector Bellerin. Mereka adalah pemain-pemain bertalenta tinggi yang nampak stagnan di bawah asuhan Wenger.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, penerus Wenger akan mewarisi beberapa pemain dengan kemampuan mumpuni seperti Calum Chambers, Aaron Ramsey, Granit Xhaka, Alexandre Lacazette, dan Pierre-Emerick Aubameyang. Para pemain ini diharapkan akan dapat terus berkembang dan berkontribusi bagi Arsenal di masa yang akan datang.
Menemukan Kembali Mentalitas ala Vieira
Patrick Vieira mengangkat Trofi Piala F.A. sebagai Kapten Arsenal. Sumber foto: https://www.express.co.uk/sport/football/706172/Arsenal-Patrick-Vieira-Arsene-Wenger-Emmanuel-Petit-Premier-League-Manchester-City-News
Beberapa pengamat beropini bahwa Arsenal, dengan kondisi keuangannya yang sangat sehat, dalam waktu beberapa tahun ke depan akan mampu meraih kembali kejayaannya seperti yang pernah dirasakan pada masa-masa awal kepemimpinan Wenger.
Kepemimpinan Wenger telah menghasilkan 3 gelar Liga Utama Inggris, masing-masing pada tahun 1998, 2002, dan 2004. Selama kurun waktu tersebut, hanya Manchester United satu-satunya klub yang dapat menandingi kekuatan The Gunners.
ADVERTISEMENT
Kekuatan Wenger mulai terkikis saat Patrick Vieira meninggalkan Arsenal pada tahun 2005. Semenjak kepergiannya, The Gunners seolah-olah kehilangan mentalitas juara yang selalu nampak ditularkan oleh sang jenderal lapangan tengah kepada seluruh rekan-rekannya di lapangan. Buktinya, Arsenal tidak pernah lagi menjuarai Liga Utama Inggris semenjak Vieira hengkang dari London Utara.
Karakter seperti Vieira-lah yang harus dimiliki oleh si pelatih baru, dan itulah alasan utama mengapa mantan punggawa timnas Perancis tersebut kini menjadi salah satu kandidat kuat untuk menggantikan Wenger. Namun seandainya nanti ada orang lain selain Vieira yang ditunjuk sebagai pengganti Wenger, maka ia harus mampu mendatangkan pemain-pemain baru dengan jiwa kepemimpinan yang tinggi.
Akhir Era Sang Revolusioner
ADVERTISEMENT
Sosok baru dengan jiwa kepemimpinan tersebut memang hampir dipastikan akan dapat memberikan shock therapy kepada skuad Arsenal, namun hal itu tidak akan langsung mengubah The Gunners menjadi tim jawara dalam sekejap. Butuh waktu minimal 1 musim bagi para personil untuk beradaptasi dengan sistem baru, seperti yang sempat dialami oleh Manchester City setelah diambil alih oleh Pep Guardiola.
Guardiola sendiri mungkin mengingatkan kita akan sosok Wenger pada era 90-an, yaitu seorang manajer dengan karisma tinggi, pemikiran tajam, analisa mendalam, dan penuh terobosan dalam segala aspek permainan sepakbola.
Kini, karisma Sang Revolusioner telah meredup, dan masanya akan segera berakhir dalam hitungan minggu. Sang legenda, yang hingga saat ini masih merupakan satu-satunya manajer dengan gelar Invincible di ajang kompetisi English Premier League, pada akhirnya akan segera memberi jalan bagi rejim baru.
ADVERTISEMENT
Au revoir, Monsieur Wenger..