Konten dari Pengguna

Internet of Things (IoT): Revolusi Teknologi Cerdas atau Ancaman Privasi Global?

Yunki Shafa Atana
Mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin, Prodi Teknik Industri dengan NIM 165241005
9 Desember 2024 11:43 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yunki Shafa Atana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : IoT dalam kehidupan, Foto : Dok.Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto : IoT dalam kehidupan, Foto : Dok.Pribadi
ADVERTISEMENT
Selama sepuluh tahun terakhir, Internet of Things (IoT) berkembang dengan sangat pesat, membawa perubahan besar dalam kehidupan kita sehari-hari. Dari rumah pintar yang bisa kita kendalikan dengan suara, hingga mesin di pabrik yang bekerja secara otomatis, IoT ada di mana-mana. Menurut Statista, jumlah perangkat IoT yang terhubung di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai 75 miliar pada tahun 2025—ini lebih dari tiga kali lipat dibandingkan 23 miliar perangkat pada 2018【1】. Angka ini menunjukkan betapa cepatnya teknologi ini meresap ke segala lini kehidupan, baik di rumah, di jalan, maupun di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
IoT tidak hanya menawarkan kemudahan, tapi juga nilai ekonomi yang besar. McKinsey memprediksi bahwa pada tahun 2025, IoT bisa menghasilkan hingga $11 triliun per tahun dari penghematan biaya dan peningkatan efisiensi, baik di sektor industri maupun rumah tangga【2】. Misalnya, dalam pengelolaan energi, teknologi pintar diperkirakan dapat mengurangi biaya energi hingga 15%【3】. Di bidang kesehatan, perangkat IoT yang memungkinkan dokter memantau pasien dari jarak jauh bisa mengurangi hingga 40% kunjungan ke rumah sakit di negara-negara maju【4】. Ini berarti lebih banyak waktu untuk pasien yang membutuhkan perawatan darurat, dan lebih sedikit waktu terbuang di ruang tunggu.
Namun, di balik semua keuntungan itu, IoT juga membawa masalah besar—terutama dalam hal privasi dan keamanan data. Pada tahun 2022 saja, 1,5 miliar serangan siber diarahkan ke perangkat IoT, menurut laporan dari Kaspersky【5】. Angka ini meningkat 100% dibandingkan tahun sebelumnya, menandakan bahwa seiring IoT berkembang, risiko serangannya juga meningkat. Sayangnya, banyak perangkat IoT tidak dilengkapi dengan proteksi keamanan yang memadai, membuatnya rentan terhadap pencurian data.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 60% pengguna IoT di seluruh dunia khawatir tentang bagaimana data pribadi mereka digunakan oleh perangkat pintar, berdasarkan survei Pew Research Center【6】. Ini semakin menambah keresahan ketika kita tahu bahwa banyak perangkat IoT secara otomatis mengumpulkan data pengguna, seperti lokasi, kebiasaan sehari-hari, dan interaksi digital, tanpa adanya pengawasan yang ketat.
Laporan dari International Data Corporation (IDC) juga menunjukkan bahwa pada tahun 2023, 30% dari seluruh pelanggaran data melibatkan perangkat IoT【7】, menegaskan betapa rentannya teknologi ini terhadap pencurian informasi. Bahkan, 80% produsen perangkat IoT belum memiliki kebijakan keamanan siber yang kuat【8】. Ini artinya, data yang dikumpulkan oleh perangkat kita setiap hari bisa saja jatuh ke tangan yang salah, memperbesar risiko kebocoran data.
ADVERTISEMENT
Melihat ke depan, meskipun IoT diprediksi akan menjadi tulang punggung utama transformasi digital, ancaman terhadap privasi dan keamanan perlu ditangani dengan serius. Menurut Gartner, pada tahun 2025, 75% perusahaan yang menggunakan IoT akan mengalami insiden keamanan terkait data, jika mereka tidak segera meningkatkan protokol keamanan【9】. Ini mengharuskan kita untuk berpikir ulang—apakah kenyamanan dan efisiensi yang ditawarkan oleh IoT benar-benar sepadan dengan risiko terhadap privasi yang kita hadapi?
Dengan pertumbuhan pesat IoT, dunia kini berada di persimpangan besar: akankah kita terus melaju menuju masa depan yang semakin cerdas dan efisien, ataukah kita perlu berhenti sejenak dan lebih memperhatikan ancaman terhadap privasi kita yang semakin nyata?
Referensi :
ADVERTISEMENT