Juventus vs Napoli: Kekuranganku Adalah Kelebihanmu

30 Agustus 2019 13:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miralem Pjanic dan Paulo Dybala dalam pertandingan Villar Perosa. Foto: AFP/Isabella Bonotto
zoom-in-whitePerbesar
Miralem Pjanic dan Paulo Dybala dalam pertandingan Villar Perosa. Foto: AFP/Isabella Bonotto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Delapan tahun bukan waktu yang sebentar bagi sebuah kesebelasan untuk berkuasa di sebuah kompetisi. Ada demikian banyak variabel yang bermain di sana dan semestinya itu bisa mengubah peta persaingan. Namun, di Serie A kenyataannya tidak begitu.
ADVERTISEMENT
Juventus berhasil berkuasa selama delapan musim tanpa kendat. Klub-klub lain bukannya tidak berusaha. Selain itu, Juventus sendiri juga bukannya tidak menemui kendala. Akan tetapi, di akhir cerita, mereka selalu bisa merebut gelar juara.
Itu bukan hal normal, bukan pula hal yang sehat, tetapi faktanya adalah Juventus memang berada beberapa langkah di depan rival-rivalnya. Mereka punya rencana bisnis yang cerdas dan itu semua terwujud dalam keberhasilan membangun skuat kompetitif setiap musimnya.
Untungnya, tim-tim Serie A lain tidak tinggal diam. Apa kata orang juga kalau mereka terus-terusan gagal menjegal Juventus? Perlahan, selangkah demi selangkah, mereka berbenah. Kini, Juventus pun diprediksi tidak akan berlari sendirian karena ada Napoli dan Internazionale yang juga telah mampu menyusun tim berkualitas.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain Napoli merayakan kemenangan atas Fiorentina bersama Carlo Ancelotti. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
Itulah mengapa pertemuan Juventus dan Napoli, Minggu (1/9/2019) pada dini hari WIB, disebut sebagai final kepagian. Musim baru akan memasuki pekan kedua tetapi mereka sudah bakal bertemu. Sedikit banyak, hasil pada pertandingan nanti akan punya pengaruh pada perebutan gelar juara karena poin sekecil apa pun bakal berguna di kemudian hari.
Baik Juventus maupun Napoli sama-sama menatap bentrok itu dengan modal kemenangan. Bedanya, Juventus menang dengan skor 1-0 atas Parma, sementara Napoli menang meski kebobolan tiga gol. Cara kedua tim meraih kemenangan pada pekan pertama itu menunjukkan apa yang bisa diharapkan ketika mereka bersua nanti.
Kemenangan 1-0 atas Parma itu adalah kemenangan yang sangat Juventus. Keberhasilan mencegah lawan mencetak gol merupakan wujud dari solidnya pertahanan yang selama ini memang sudah menjadi merek dagang 'Si Nyonya Tua'. Sementara, satu gol yang dicetak oleh Giorgio Chiellini mencerminkan kemampuan Juventus mencuri kemenangan kendati tidak tampil optimal.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kemenangan 4-3 yang dipetik Napoli atas Fiorentina adalah bukti bahwa ketajaman lini depan adalah senjata andalan Lorenzo Insigne dan kawan-kawan. Di saat yang bersamaan, pertahanan mereka masih bermasalah meskipun sudah mendatangkan Kostas Manolas dan Giovanni Di Lorenzo.
Dari situ, bisa dilihat bahwa apa yang menjadi kelemahan Juventus adalah kelebihan Napoli dan begitu pula sebaliknya. Maka, mudah saja untuk memprediksi bahwa pertandingan nanti bakal berjalan berimbang. Pertanyaannya, berimbang yang seperti apa?
Giorgio Chiellini merayakan gol ke gawang Parma bersama Mattia De Sciglio dan para pemain cadangan Juventus. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Kedatangan Maurizio Sarri sebagai pelatih Juventus mengubah cara bermain klub tersebut. Jika sebelumnya, di bawah Max Allegri, mereka lebih fokus pada pertahanan dan menyerang dengan mengandalkan kemampuan individual, kali ini segalanya dieksekusi dengan lebih terstruktur.
Pada prinsipnya, sepak bola ala Maurizio Sarri adalah permainan posisi. Setiap pemain harus berada di titik tertentu pada situasi tertentu agar tercipta sebuah hasil tertentu yang diinginkan. Dalam bertahan maupun menyerang ini yang menjadi pegangan.
ADVERTISEMENT
Dengan cara bermain yang baru ini Juventus sempat begitu kesulitan di ajang pramusim. Akan tetapi, tatkala berjumpa dengan Parma, permainan mereka sudah jauh membaik. Setidaknya, kesalahan-kesalahan, terutama di area permainan sendiri, semakin jarang dilakukan.
Sarri sendiri sampai pada pertandingan itu belum bisa mendampingi Juventus karena masih harus menjalani penyembuhan usai didiagnosis mengidap radang paru-paru. Di situ Juventus didampingi oleh asisten Sarri, Giovanni Martusciello, di tepi lapangan.
Dari kaca mata Martusciello, Juventus sudah tampil bagus pada pertandingan tersebut. Dalam artian, penerapan taktik milik Sarri sudah semakin matang. Keberhasilan Juventus membendung serangan sayap Parma digarisbawahi oleh Martusciello sebagai bukti paling sahih.
Asisten Maurizio Sarri, Giovanni Martusciello, mendampingi Juventus dalam pertandingan menghadapi Parma. Foto: Reuters/Alberto Lingria
Dengan keberhasilan tersebut, artinya para pemain Juventus sudah sedikit banyak mampu bertahan sesuai keinginan Sarri. Dengan garis pertahanan yang lebih tinggi dari sebelumnya, Juventus tak lagi terlampau kagok. Ini adalah angin segar bagi 'Si Nyonya Tua' yang cuma menang sekali dalam ajang International Champions Cup.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu saja, Juventus belum sempurna betul. Seperti yang juga dikatakan Martusciello, lini depan Bianconeri masih bermasalah lantaran belum optimal dalam mengeksekusi peluang. Padahal, Cristiano Ronaldo, dengan enam tembakannya, adalah pemain Serie A yang paling banyak melepas upaya mencetak gol pada pertandingan pekan pertama lalu.
Dengan kata lain, Juventus baru sampai setengah jalan dalam menguasai ilmu di buku penton milik Sarri. Padahal, tujuan utama manajemen klub menunjuk pria 60 tahun itu adalah agar Juventus bisa lebih agresif lagi dalam menghabisi lawan-lawannya.
Pada pertandingan melawan Parma itu sendiri Juventus memilih untuk bermain aman. Maksudnya, mereka lebih memilih menggunakan pemain-pemain lawasnya agar stabilitas tim lebih terjaga. Di lini tengah, misalnya, Sarri lebih memilih Blaise Matuidi dan Sami Khedira untuk jadi pendamping Miralem Pjanic.
ADVERTISEMENT
Padahal, dua pemain tersebut sebenarnya dipandang tidak sesuai dengan skema permainan Sarri yang menuntut kemampuan mengolah bola di atas rata-rata. Kemudian, di lini depan, Gonzalo Higuain juga menjadi pilihan, alih-alih Paulo Dybala, karena dia lebih terbiasa memainkan peran sebagai penyerang tengah.
Emre Can, Paulo Dybala, dan Matthijs de Ligt duduk di bangku cadangan Stadio Tardini. Foto: AFP/Marco Bertorello
Ini berarti Juventus sebenarnya masih memiliki ruang untuk memperbaiki diri. Menghadapi Napoli, tidak ada salahnya bagi Sarri dan timnya untuk memberi kepercayaan lebih kepada pemain-pemain seperti Adrien Rabiot, Rodrigo Bentancur, Danilo Luiz, Matthijs de Ligt, maupun Dybala untuk turun gelanggang.
Dari kubu Napoli sendiri, pada pertandingan menghadapi Fiorentina lalu, hampir semua pemain yang diplot untuk jadi penghuni tim inti sudah dimainkan. Hanya Chucky Lozano dan Arek Milik yang masih belum terlihat karena alasan berbeda. Lozano belum disertakan karena baru saja bergabung, sementara Milik menderita cedera.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, ketidakhadiran Lozano dan Milik itu ternyata tidak mengganggu ketajaman Napoli yang sukses melesakkan empat gol. Problem justru ada pada lini belakang yang harus menerima gelontoran tiga gol. Mengapa disebut problem? Karena kesalahan menjadi pemandangan lazim di sana.
Dua dari tiga gol yang bersarang di gawang Alex Meret adalah buah kesalahan. Satu berasal dari handball Piotr Zielinski yang berbuah penalti bagi Fiorentina, satu lagi berasal dari kegagalan para pemain belakang Napoli mengatasi situasi sepak pojok sehingga Nikola Milenkovic bisa mencatatkan nama di papan skor.
Menghadapi tim seperti Juventus, berbuat kesalahan adalah pantangan terbesar. Pada laga melawan Parma, gol kemenangan Juventus dicetak Chiellini memanfaatkan kemelut di kotak penalti lawan. Ini membuktikan bahwa Juventus adalah tim yang tahu caranya melukai lawan dengan kesempatan sekecil apa pun.
ADVERTISEMENT
Gol penalti Erick Pulgar berasal dari kesalahan pemain Napoli. Foto: AFP/Andreas Solaro
Selain meminimalisasi kesalahan di lini belakang, satu hal lain yang perlu dilakukan Napoli adalah memanfaatkan keberadaan Lozano. Pemain asal Meksiko ini adalah kartu truf yang belum bisa diprediksi bahkan oleh Sarri yang sudah sangat mengenal Napoli.
Keberadaan Lozano, meski jika nantinya dia masuk dari bangku cadangan sekalipun, bakal sangat membantu Napoli. Perlu diingat bahwa Napoli tidak bisa menang atas Fiorentina tanpa aksi 'menyelam' Dries Mertens. Dengan kata lain, Napoli perlu bantuan 'faktor eksternal' untuk memetik tiga angka. Di kesempatan ini, biarlah Lozano jadi 'faktor eksternal' tersebut.
Dalam pertandingan nanti kedua kesebelasan kemungkinan besar masih akan bertahan dengan pakemnya masing-masing. Juventus dengan 4-3-3, Napoli dengan 4-4-1-1. Ini sudah menjadi keniscayaan sejak dua musim lalu. Bedanya, kali ini Juventus kemungkinan bisa bermain lebih proaktif ketimbang Napoli karena pergantian pelatih yang mereka alami.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, bukan berarti pertandingan akan berjalan satu arah. Sebab, Juventus sendiri belum benar-benar menguasai filosofi permainan Sarri dan Napoli punya kans cukup besar untuk mengembangkan permainan. Semestinya, dalam keadaan normal, laga ini bisa berlangsung dengan tempo yang nyaman disaksikan selama 90 menit penuh.
=====
Juventus akan menjamu Napoli di Allianz Stadium pada pertandingan pekan kedua Serie A 2019/20, Minggu (1/9/2019). Sepak mula berlangsung pada 01:45 WIB.