Benyamin: Ngamen Dulu, Tenar Kemudian

5 Maret 2017 11:59 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Benyamin Sueb (Foto: Faisal Nu'man)
Roda takdir seseorang bisa berubah cepat dan tak terduga. Siapa bisa menyangka?
ADVERTISEMENT
Benyamin cilik misalnya, yang menjadi yatim sejak umur 2 tahun, mungkin tak pernah mengira ngamen yang biasa dilakukannya sejak kecil, membuatnya menjadi penyanyi terkenal ketika sudah dewasa.
Kisah Benyamin kecil yang sering ngamen di sekitar rumahnya dengan menyanyikan lagu Sunda Ujang-ujang Nur sudah diketahui banyak orang. Tak hanya itu, bungsu dari 8 bersaudara itu pun mengajak kakak-kakaknya membentuk kelompok mengamen.
Orkes Kaleng, itulah nama kelompok yang dibuat oleh Benyamin S. Diberi nama Orkes Kaleng karena alat-alat yang digunakan berasal dari barang-barang bekas. Bisa dibilang, itulah salah satu inovasi yang dilakukan Benyamin cilik.
Beranjak dewasa, Benyamin berpindah-pindah kerja. Mulai dari tukang roti dorong, kondektur bus PPD (1959), pegawai bagian amunisi Angkatan Darat (1959-1960), hingga kena PHK ketika bekerja di PD Kriya Jaya (1960-1969).
ADVERTISEMENT
Meski sambil berpindah kerja, kegiatan bermusiknya tetap berjalan. Ben bergabung dalam kelompok musik Melody Boys sejak 1957. Dia menempati posisi penyanyi latar dan pemain bongo dalam grup band tersebut.
Formasi lengkap grup itu dikutip dari buku Kompor Mleduk, terdiri dari A. Rachman sebagai pemimpin dan gitar melodi, sementara bagian vokal diisi oleh Pepen Effendi, Eli Srikudus, Rachmat Kartolo, dan Yoyok Jauhari.
Bass kemudian diisi oleh Timbul Heri, klarinet oleh Achmad, Iman Kartolo di bagian piano dan saxophone, Suparlan di bagian rhythm guitar, bongo besar oleh Saidi, dan penyanyi latar oleh Benyamin S dan Zaini yang juga memegang bongo serta perkusi.
Benyamin S bersarung (Foto: arsip perpusnas.go.id)
Melody Boys biasa manggung dari satu klub ke klub lainnya, terus berusaha mencari panggung pentas untuk meningkatkan popularitas. Beberapa tempat yang biasa menjadi tempat manggung mereka aalah Yacht Club Sindang Laut di Sampur, Tanjung Priok, lalu Night Club Nusantara di Harmoni, dan Hotel Des Indes. Bayarannya sekitar Rp 5 saja waktu itu.
ADVERTISEMENT
Lagu yang biasa dinyanyikan pada mulanya adalah lagu-lagu pengiring dansa dengan irama jazz dan blues. Beberapa lagu yang sering dinyanyikan antara lain When I Fall In Love, Blue Moon, dan Unchained Melody.
Di Yacht Club, Ben dekat dengan Letnan Dading yang membantunya bergabung dengan kelompok lawak di tengah kegiatannya bermusik. Ben bersama Edi Gombloh dan Dul Kamdi membentuk grup lawak Trio Kambing. Grup lawak ini pun sering pentas ke berbagai daerah sesuai permintaan. Aktivitas ini membuat Ben lebih dikenal sebagai pelawak daripada penyanyi.
Sementara itu, Melody Boys terpaksa berganti nama menjadi Melodi Ria. Perubahan nama tersebut terjadi setelah mereka dilarang menyanyikan lagu-lagu Barat di awal 60-an.
Peristiwa itu terjadi di Yacht Club ketika mereka sedang menyanyikan lagu Blue Moon. Seorang wartawan dari surat kabar Warta Bhakti melarang mereka menyanyikan lagu itu.
ADVERTISEMENT
“Kamu ini orang apa? Kenapa menyanyikan lagu Barat?” tanya si wartawan.
“Ini kan lagu dansa, masa nyanyi lagu keroncong?” jawab Ben saat itu.
Saat itu, Sukarno memang menentang musik dari Barat yang disebutnya musik ngak ngik ngok. Berdaulat dalam kebudayaan bukan hanya ekonomi dan politik, itulah yang diinginkan Sukarno.
Tak mau bernasib sama seperti Koes Plus yang sempat di penjara, Melody Boys menurut. Mereka menyanyikan lagu keroncong Bengawan Solo lalu berganti nama menjadi Melodi Ria.
Pada masa itu, lagu-lagu daerah semakin digalakkan. Ben pun merasa lagu Betawi patut juga untuk dipopulerkan. Terlebih setelah salah seorang temannya pun menanyakan hal yang serupa, “Kamu kan orang Betawi, kenapa nggak nyanyiin lagu Betawi?”.
ADVERTISEMENT
Ben pun mulai menekuni lagu Betawi. Di masa peralihan Orde Lama menjadi Orde Baru, tekad Ben untuk mengangkat lagu Betawi semakin mengental.
“Lagu Betawi kan banyak, saya kan orang Betawi, kenapa nggak bisa? Gua pengen lagu Betawi juga terangkat,” ujar Ben saat itu.
Benyamin S. ketika rekaman (Foto: arsip perpusnas.go.id)
Ben rajin menciptakan lagu yang dinyanyikan oleh orang lain saat itu. Salah satu keinginannya adalah, lagunya dinyanyikan oleh Bing Slamet. Melalui perantara Ateng, Ben pun berhasil bertemu Bing Slamet dan menyodorkan lagu ciptaannya.
Saat itu lagu ciptaannya berjudul Malam Minggu, lalu Bing sedikit merubah lirik dan nadanya. Judul lagu itu menjadi Nonton Bioskop yang kemudian meledak di pasaran.
Kesuksesan Bing Slamet menyanyikan lagu Benyamin Sueb membuat nama Ben naik. Bing Slamet selalu bilang, “Ini lagu adik saya, Benyamin.”
ADVERTISEMENT
Ben makin semangat mencipta lagu. Karyanya kemudian berjudul Si Jampang. Tapi Bing Slamet merasa tidak cocok menyanyikannya dan mendorong Ben untuk menyanyikannya sendiri.
“Gue tau lu bisa nyanyi, coba aja nyanyi,” saran Bing Slamet saat itu.
Atas dorongan Bing Slamet, Ben pun masuk dapur rekaman dan mulai menyanyikan lagunya sendiri. Bing Slamet menjadi guru dan cukup berperan dalam karier Ben.
Saat Benyamin menyanyikan lagu Si Jampang, orang mengira Bing Slamet-lah yang menyanyikan lagi itu karena kemiripan gaya mereka. Si Jampang pun disukai banyak orang dan makin mempopulerkan nama Benyamin Sueb. Sejak saat itu Ben makin mengeskplor kemampuannya dalam bermusik.
Yuk, lihat lebih lanjut jejak Ben di sini
ADVERTISEMENT