news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Inspirasi Parenting: Cara Mengasuh Anak di 13 Negara

12 September 2018 14:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi inspirasi parenting dari seluruh dunia (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi inspirasi parenting dari seluruh dunia (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Moms, seperti apa cara Anda mengasuh anak? Meski semua orang tua tentu tahu bahwa anak butuh makanan bergizi, tidur yang cukup, hingga pendidikan yang baik, bila sudah menyangkut tentang cara mengasuh pasti ada banyak perbedaan. Antara cara Anda mengasuh anak dengan cara teman, saudara atau tetangga Anda misalnya.
ADVERTISEMENT
Apalagi kalau membandingkan cara mengasuh anak di berbagai negara. Maklum, bagaimana kita, sebagai orang tua, memenuhi kebutuhan dan mengasuh anak sangat tergantung dengan di mana kita tinggal.
Inilah mengapa gaya pengasuhan bisa sangat berbeda di seluruh dunia. Tetapi beberapa praktik pengasuhan yang jadi andalan orang tua di negara lain, bisa juga lho, jadi inspirasi kita. Ke-10 cara mengasuh anak dari negara-negara berikut ini misalnya:
Ilustrasi Waktu Bermain untuk Anak (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Waktu Bermain untuk Anak (Foto: Pixabay)
1. Jam sekolah pendek di Finlandia
Di Finlandia, sekolah dasar menyediakan waktu istirahat setiap 45 menit sepanjang hari. Pada waktu istirahat yang umumnya berlangsung selama 15 menit ini, anak-anak dapat menghirup udara segar di luar kelas atau bermain ke halaman sekolah. Alih-alih mengganggu pelajaran, teknik ini justru dipercaya dapat membuat anak belajar dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Jam sekolah di Finlandia juga lebih pendek, kadang-kadang hanya empat jam sehari. Pada jam pelajaran yang pendek tersebut, para pendidik Finlandia menekankan pada anak bahwa seni belajar, musik, ekonomi rumah tangga, dan keterampilan hidup sangat penting.
Secara turun-temurun di lingkungan keluarga maupun sekolah, anak juga ditanamkan tentang nilai-nilai kesetaraan, bukan dipacu untuk mengejar prestasi tinggi. Hasilnya? Sistem pendidikan di Finlandia dinilai sebagai salah satu yang terbaik di dunia dan pelajarnya sering menduduki peringkat terbaik kompetisi dunia.
Restoran Korea (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Restoran Korea (Foto: Wikimedia Commons)
2. 'Wajib' makan bersama di Korea
Di Korea, makan diajarkan kepada anak-anak sebagai keterampilan hidup. Sejak kecil anak-anak Korea diajarkan bahwa waktu makan adalah saat yang istimewa dan setiap masakan akan terasa lebih lezat bila dinikmati bersama keluarga.
ADVERTISEMENT
Itulah sebabnya, anak-anak di Korea dibiasakan menahan rasa lapar atau sedapat mungkin menunggu sampai tiba waktunya bagi seluruh keluarga untuk duduk dan makan bersama. Tidak ada tuh, anggota keluarga yang makan duluan karena sudah lapar meskipun ia masih kecil!
Semua anak juga akan makan lauk pauk yang sama dengan orang dewasa. Ini menjelaskan alasan restoran Korea tidak lazim menyediakan menu khusus untuk anak-anak dan kenapa anak-anak Korea tidak rewel atau jadi pemilih soal makanan.
Pengasuhan anak di Swedia dengan azas kesetaraan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pengasuhan anak di Swedia dengan azas kesetaraan (Foto: Pixabay)
3. Orang tua dan anak sederajat di Swedia
Studi menunjukkan bahwa hubungan orangtua-anak di Swedia cukup egaliter. Mereka mengasuh anak dengan demoktratis, terbuka, di mana orang tua dan anak-anak biasanya memiliki hak yang sama dalam satu keluarga. Ini berarti anak-anak didorong untuk mengekspresikan pendapat mereka dan secara aktif berpartisipasi dalam keputusan keluarga.
ADVERTISEMENT
Swedia juga merupakan negara pertama yang melarang orangtua memukul atau memberi hukuman fisik pada anak. Ini termasuk mencubit, menjewer dan memukul bokong anak. Sejak Swedia memberlakukan secara resmi larangan ini di tahun 1979, puluhan negara-negara lain pun mengikutinya.
Ilustrasi Anak Belajar (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Belajar (Foto: Pexels)
4. Kewajiban pada keluarga diutamakan di China
Di China, semakin besar seorang anak semakin sering dan tegas pula orangtua akan mengingatkan anak tentang kewajibannya kepada keluarga. Rasa tanggungjawab pada keluarga ini yang dipercaya dapat memacu anak untuk berprestasi dan bekerja keras.
Anak-anak China tumbuh dengan semangat untuk bisa 'membayar' kembali semua yang telah mereka dapatkan dari keluarga, sehingga berusaha mendapatkan nilai yang lebih baik di sekolah.
Mata uang Euro (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Mata uang Euro (Foto: Flickr)
5. Orangtua 'dibayar' oleh negara di Jerman
ADVERTISEMENT
Di Jerman, orang tua mendapatkan 'upah' mengasuh anak dari pemerintah yang disebut Kindergeld. Jumlahnya sekitar 200 euro atau 3,5 juta rupiah per bulan per anak, tergantung pada berapa banyak anak yang dimiliki pasangan. Uang itu dimaksudkan untuk membantu membayar popok, makanan, mainan, dll.
Orangtua memperoleh sejumlah uang ini sampai anak-anak mereka berusia 18 tahun. Jika anak itu tidak memiliki pekerjaan pada usia 18, maka orangtuanya akan tetap dibayar sampai mereka berusia 21 tahun, dan sampai usia 25 tahun jika anak tersebut masih berstatus sebagai pelajar siswa.
Ilustrasi Popok Sekali Pakai (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Popok Sekali Pakai (Foto: Pixabay)
6. Lepas popok sejak bayi di Vietnam
Di Vietnam, orangtua mengajari bayi-bayi mereka untuk buang air setiap mendengar bunyi peluit. Mungkin ini terdengar agak aneh, tapi penelitian menemukan bayi Vietnam biasanya sudah lepas popok atau mengerti cara menggunakan toilet di usia sembilan bulan! Luar biasa, kan?
Ilustrasi Anak Tidur Larut Malam
 (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Tidur Larut Malam (Foto: Unsplash)
7. Anak tidur lebih malam di Hong Kong, India, Taiwan dan Spanyol
ADVERTISEMENT
Jam berapa anak Anda biasa tidur setiap malam, Moms? Orangtua di Hong Kong, India, Taiwan dan Spanyol umumnya baru meminta anak-anaknya untuk tidur kalau waktu sudah menunjukkan jam 10 malam!
Alasannya agar anak dapat terlibat dalam lebih banyak kegiatan keluarga. Selain itu mereka juga percaya tidur malam lebih baik untuk tumbuh kembang anak. Sayangnya, kumparanMOM belum mendapat data jam berapa rata-rata anak-anak mereka bangun di pagi harinya.
Menara Eiffel, salah satu landmark negara Prancis. (Foto: Instagram @island_hopperr)
zoom-in-whitePerbesar
Menara Eiffel, salah satu landmark negara Prancis. (Foto: Instagram @island_hopperr)
8. Makan pelan-pelan di Prancis
Anda akan sulit menemukan anak-anak Prancis makan terburu-buru atau menolak makanan yang disediakan orangtuanya. Pasalnya anak-anak Prancis dikenalkan berbagai variasi dan rasa masakan sejak bayi, didorong untuk menyukai apa saja dan diberi waktu makan yang cukup lama agar bisa benar-benar menikmati makanannya.
ADVERTISEMENT
Untuk orang Prancis, waktu makan adalah kesempatan untuk bersosialisasi, mencoba berbagai rasa baru dan menyukainya. Jadi tidak mungkin deh, makan buru-buru, mogok makan atau makan menu yang itu-itu melulu.
Ilustrasi Bayi Berkulit Gelap (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bayi Berkulit Gelap (Foto: Pixabay)
9. Peran besar ayah di Afrika Tengah
Orang-orang dari suku Aka di Afrika Tengah, benar-benar paham betapa pentingnya peran ibu maupun ayah dalam pengasuhan. Ayah Aka akan masuk ke peran yang biasanya diduduki oleh ibu tanpa perlu berpikir dua kali apalagi merasa kehilangan status maupun kewibawaannya.
Hasilnya? Mereka seringkali bergantian mengasuh anak sehari-hari. Sementara para ibu bekerja, para ayah mengurus anak di rumah. Esoknya, bisa jadi sebaliknya. Mereka kerap bergantian menjalankan peran.
Cara Mengasuh Anak di Jepang (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Cara Mengasuh Anak di Jepang (Foto: Shutterstock)
10. Anak harus mandiri di Jepang
ADVERTISEMENT
Di Jepang, orang tua menyiapkan anak-anak mereka untuk dapat mandiri sejak dini. Jadi jangan heran bila Anda melihat ada anak TK yang naik kereta bawah tanah sendiri di sana, Moms. Anak-anak memang dibiasakan untuk melakukan banyak kegiatannya sendiri, karena di Jepang semuanya serba mahal... namun tentunya juga serba aman!