Konferensi Khusus para Sugar Baby

5 Juli 2018 12:26 WIB
clock
Diperbarui 4 September 2019 10:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Eksklusif Sugar Daddy. Foto: dok. Cryptographer
zoom-in-whitePerbesar
Konten Eksklusif Sugar Daddy. Foto: dok. Cryptographer
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut tertulis di situs resmi SeekingArrangement, sebuah situs yang mempertemukan para sugar baby dengan sugar daddy idamannya. Pada 2016 lalu, pertemuan The Sugar Baby Summit dihadiri oleh lebih dari 150 perempuan dan pria yang menamai diri mereka sugar baby.
Tahun ini, acara tersebut kembali digelar pada bulan April 2018 di New York, Amerika Serikat dan dihadiri oleh lebih dari 200 sugar baby sekaligus pengguna akun SeekingArrangement.
Acara itu diisi dengan mentoring oleh para sugar baby yang dinilai sukses menjadi 'gula-gula' dari seorang pria atau wanita kaya raya. Terlebih, ada pakar-pakar hubungan yang memberikan tips bagaimana menjadi seorang sugar baby profesional.
Salah satu peserta The Sugar Baby Summit ialah John Aron. Pria berusia 22 tahun itu bercerita, hubungannya dengan si sugar daddy tak melulu soal uang namun juga bimbingan, pengetahuan, dan jaringan pertemanan yang luas.
ADVERTISEMENT
Tetap saja, para sugar daddy dan sugar mama yang ia kencani membiayai kelas menari dan kegiatan lain yang Aron datangi. Tak jarang hubungan keduanya berubah menjadi lebih intim dan romantis. Aron mengaku sebagai gay yang pernah mengencani sugar daddy dan sugar mama dalam kurun waktu yang berbeda.
"Hubungan kami seperti 'anak tangga' dimulai dengan persahabatan dan bimbingan, kemudian berkembang menjadi hubungan yang lebih intim jika ada kemistri," ujar Aron seperti yang dikutip dari Business Insider.
Ilustrasi hubungan (Foto: Dok. Pixabay)
Maka tak heran, sebutan sugar daddy lekat dengan sosok pria tua, kaya raya, dan perempuan atau pria menarik yang mengelilinginya. Namun begitu, tak sedikit yang menganggap bahwa menjadi sugar daddy adalah cara lain untuk menolong orang yang membutuhkan.
ADVERTISEMENT
Brandon Founder SeekingArrangement menyebut, situs miliknya berbeda dari situs kencan online lain karena dibuat berdasarkan pengalaman pribadinya yang merasa kesulitan mengikuti aturan kencan konvensional.
"Saya tidak membeli kasih sayang, melainkan menyalurkan kemurahan hati saya pada perempuan-perempuan menarik yang tidak terakses oleh saya. Bagian terbaiknya ialah, para perempuan yang mencari hubungan seperti ini bisa menemukan kenyamanan," ujar Brandon seperti dikutip dari CNN.
Biarpun demikian, Brandon menolak bila SeekingArrangement dilabeli sebagai prostitusi online.
Sugar daddy dan prostitusi online dimata founder SeekingArrangement
Ilustrasi Sugar Baby (Foto: Instagram @ sugardaddydating_club)
Melalui artikel berjudul 'Four Differences Between Sugar & Prostitution' yang diunggah di halaman situs resminya, dijelaskan bahwa dalam transaksi prostitusi, klien tidak memiliki hubungan lebih lanjut. Keduanya hanya bertemu sekali untuk berhubungan seksual kemudian si klien membayar sejumlah uang kepada si perempuan lalu hubungan itu berakhir.
ADVERTISEMENT
"Sedangkan sugar baby dan sugar daddy memiliki hubungan yang nyata layaknya sepasang kekasih. Hanya karena hubungan itu tidak sesuai dengan hubungan konvensional bukan berarti itu ilegal," tulis manajemen SeekingArrangement dalam situs resminya.
Seorang sugar daddy bernama Scott (bukan nama sebenarnya) mengatakan bahwa dirinya lebih tertarik dengan sugar baby yang memiliki motivasi serta aktivitas yang sama dengan dirinya.
Pria yang berprofesi sebagai pengacara sekaligus pengusaha tersebut berujar, saat ini dirinya sedang berkencan dengan sugar baby yang juga berprofesi sebagai pengusaha e-commerce.
Menurutnya, Scott tak hanya mendapatkan hubungan yang ia idamkan namun juga diskusi dan pengetahuan soal wirausaha yang berguna untuk kelanjutan bisnisnya.
Bahkan sebelumnya, Scott juga membantu para sugar baby yang ia temui untuk memperoleh pekerjaan. Meski kini ia tak lagi memiliki hubungan dengan mantan sugar baby-nya, Scott mengaku akan terus memberikan 'bimbingan' kepada si sugar baby.
ADVERTISEMENT
"Seorang perempuan yang memiliki motivasi, akan mampu untuk menghidupkan percakapan dan lebih peduli dengan hal-hal lain ketimbang sekadar mengikuti tren yang ada. Saya membutuhkan lebih dari perempuan berwajah cantik untuk menggugah ketertarikan. Saya ingin sesuatu yang nyata," ujar pria 47 tahun itu.
Sementara itu, Valentina Casamento pengusaha muda asal New Jersey, Amerika Serikat, ini sedang menjalin hubungan romantis dengan seorang sugar daddy. Terlebih, berkat sang daddy, Valentina bisa membuka sebuah pusat kebugaran di tempat asalnya.
"Dia (sugar daddy) sangat membantu saya dalam semua hal yang saya butuhkan. Baik finansial, emosional, saran, maupun bisnis," ujar perempuan berusia 26 tahun itu.
Sebagai permulaan, si daddy harus membiayai sertifikat pelatihan kewirausahaan yang ia ikut seharga 500 dollar AS atau Rp 7,1 juta.
ADVERTISEMENT
Kemudian hubungan keduanya berubah dari orientasi keuangan menjadi hubungan spesial dan romantis. Tetapi, Valentina mengaku sebaliknya. Jalinan antara si sugar daddy dengan dirinya ini berawal aspek romantis kemudian diikuti aspek bisnis dan lainnya.
"Saya merasa sebaliknya, karena awalnya saya tidak tahu apakah hubungan ini akan berhasil," ujar Valentina.
Berkencan dengan sugar daddy sebagai modal bisnis
Gelimang Uang Sugar Daddy. (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Bak menyelam sambil minum air, berkencan dengan sugar daddy sekaligus mendapatkan modal untuk membangun kerajaan bisnis adalah hal yang tak bisa dibenarkan juga disalahkan.
Dalam sebuah pernyataan di Business Insider, Direktur Pelaksana Supernode Ventures (sebuah perusahaan modal) Laurel Touby, dan Founder sekaligus mitra umum di Primer Venture Partners, Bran Svrluga, memberikan tanggapannya terkait modal dan hubungan yang terjalin antara sugar daddy dan sugar baby.
ADVERTISEMENT
"Di satu sisi saya ingin mengatakan, 'Ayo para perempuan! Gunakan apapun yang kamu miliki untuk mendapatkan modal," ujar Touby.
Menurut Touby, selama ini perempuan diharuskan menciptakan peluangnya sendiri dengan cara yang tidak biasa selama berabad-abad. Di sisi lain, Touby melihat hal tersebut sebagai sebuah bencana.
"Semudah pria kaya memberikan mereka uang, maka semudah itu juga para pria tersebut mengambilnya. Dan apakah para sugar baby ini benar-benar mampu menyewa seorang pengacara yang berkelas apabila hal tersebut benar-benar terjadi?" tutur Touby.
Lain halnya dengan Svrluga, ia tak pernah mendengar istilah sugar daddy dan sugar baby sebelumnya. Tetapi, ia tak segan membangun bisnis atau berinvestasi kepada si pemilik dan investor meski menjalani hubungan semacam sugar daddy dengan sugar baby.
ADVERTISEMENT
"Ini bukan sesuatu yang buruk, dalam beberapa hal ini adalah yang bagus terlebih bisa mendapatkan kepercayaan dari si pemodal. Namun apabila hubungan ini berjalan ke arah yang berlawanan, apakah itu akan meruntuhkan hubungan bisnis juga? Jika ya, maka itu jelas tidak baik," ujar Svrluga.
Sugar baby dan kaitannya dengan pemberdayaan perempuan
Ilustrasi Perempuan (Foto: dok.Thinkstock)
Sudah hampir 12 tahun lamanya Seeking Arrangement menjadi 'mak comblang' antara sugar daddy dengan sugar baby. Hingga kini tercatat sekitar 3 juta orang mendaftar di situs tersebut sebagai sugar baby, dan hampir 44 persen di antaranya adalah lulusan perguruan tinggi atau mahasiswa.
Selama belasan tahun itu pula situs kencan ini menjereng acara bertajuk 'The Baby Sugar Summit' dengan harga tiket Rp 1,8 juta untuk satu kali pertemuan.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, SeekingArrangement mengusung tema 'Empowerment and Sugar Positivity' sebagai topik utama pembicaraan mereka.
Bagi sebagian orang, topik tersebut dinilai aneh, mengingat SeekingArrangement adalah perusahan yang memposisikan wanita muda sebagai daya tarik untuk berhubungan dengan pria tua dan kaya raya.
Dalam sebuah sesi tanya jawab empat orang peserta perempuan bergumul dengan pertanyaan soal pemberdayaan perempuan, pilihan gaya hidup yang berpengaruh terhadap perempuan pada umumnya, hingga kehidupan seksual yang dialami selama menjalin hubungan dengan sugar daddy.
Ilustrasi Aplikasi kencan (Foto: Wikimedia Commons)
Brandon Wade Founder Seeking Arrangment menjelaskan bahwa pria menginginkan perempuan yang menarik, sedangkan perempuan menginginkan pria yang bisa memberikan apapun yang ia minta.
Sasaran utama situs Seeking Arrangement ialah membuat 'cara baru' dalam berkencan. Namun, benarkah perempuan yang berdaya atau women empowered hanya menginginkan pria kaya raya yang bisa memenuhi kebutuhan mereka?
ADVERTISEMENT
"Kencan bersama sugar daddy tidak berarti bahwa seorang pria mengambil peran tertentu. Dalam situs tersebut juga ada LGBT dan sugar mama. Dari sudut pandang biologis, DNA manusia diprogram dengan cara tertentu. Manusia berevolusi dengan cara tertentu dan itu sebabnya kita masih memiliki mentalitas layaknya manusia gua. Jadi dalam hal ini jawabannya adalah 'Ya'," ujar Brandon dikutip dari Independent.
Kemudian muncul pertanyaan lain, apakah kencan online seperti ini masih akan bertahan di era gerakan #MeToo, sebuah aksi solidaritas oleh para penyintas kekerasan seksual untuk mendukung para korban pelecehan dan kekerasan seksual.
Brandon menjelaskan dengan dua analogi bisnis yang berbeda. Menurutnya, para wanita yang ikut dalam gerakan #MeToo berada dalam situasi 'kalah', yang mana para perempuan tersebut tidak ingin mengatakan 'Ya' pada pelaku kekerasan, karena bukan itu yang mereka mau. Namun, apabila mereka mengatakan 'tidak' maka hal itu akan berdampak pada karier mereka.
ADVERTISEMENT
"Berbeda dengan Seeking Arrangement, dalam hal ini sesungguhnya menempatkan perempuan pada skenario kemenangan," ujar Brandon.
Menurut Brandon, dalam situs kencan online miliknya ada persetujuan antara sugar baby dan sugar daddy. Namun demikian, Brandon tidak menyebut secara jelas bagaimana persetujuan tersebut terjadi dalam perjanjian Seeking Arrangement.
------------------------------------------------
Simak ulasan lengkap Sugar Baby di kumparan melalui tautan di bawah ini.
ADVERTISEMENT