Menanti Tuah Mbah Moen

13 Februari 2019 18:51 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tuah Mbah Moen. Foto: Herun Ricky/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipsus kumparan: Tuah Mbah Moen. Foto: Herun Ricky/kumparan

Di usia hampir seabad, Mbah Moen tak redup. Jelang Pilpres, tuahnya dinanti, doanya jadi rebutan.

ADVERTISEMENT
Acara ‘Sarang Berzikir untuk Indonesia Maju’ di Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2), berujung polemik. Salah doa yang didaraskan pengasuh ponpes, Kiai Haji Maimoen Zubair alias Mbah Moen, memantik ketegangan antara kubu Jokowi dan Prabowo.
ADVERTISEMENT
Hendak mendoakan Jokowi, namun yang terlontar malah Prabowo. Selip lidah ini membuat masing-masing kubu mengklaim beroleh restu “penguasa” wilayah Pantura itu. Bagi mereka, tuah atau berkat dari kiai sepuh berpengaruh Nahdlatul Ulama tersebut amat berarti.
“Kita bisa lihat dari konflik atau kontroversi yang sedang ramai saat ini, kedua kubu saling klaim suara. Artinya keduanya saling merasa nyaman ketika bertemu atau berada dekat Abah. Makanya saling berebut,” kata Taj Yasin Maimoen, putra kedelapan Mbah Moen, kepada kumparan di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (8/2).
Walau begitu, ia menyayangkan aksi saling klaim restu yang kerap kelewatan. Salah ucap Mbah Moen, misalnya, membuat kiai 90 tahun itu dihujani sindiran oleh sebagian orang. Yang terbaru, sebutnya, ialah puisi “Doa yang Ditukar” bikinan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, meski puisi itu menurut Fadli tak ditujukan buat Mbah Moen.
ADVERTISEMENT
“Ada konteks-konteks yang tak disadari, disengaja atau tidak, justru menimbulkan keresahan di lingkungan pesantren NU, para alumni, para muhibbin (pengagum),” ujar Gus Yasin, sapaan Taj Yasin.
Padahal, kata Wakil Gubernur Jawa Tengah itu, ayahnya sudah firm mendukung Jokowi, sehingga selip lidahnya tempo hari tak perlu ditafsirkan macam-macam. Dukungan itu, menurutnya, terlihat dari berbagai pernyataan dan sikap sehari-hari Mbah Moen.
“Kalau lihat dhohir (tampakan luar) atau dawuh (titah) beliau kepada kami, para putra dan santri, itu kami merasakan bahwa dukungan beliau ya memang kepada Pak Jokowi,” tutur Gus Yasin.
Ia mencontohkan, sehari sesudah insiden salah ucap doa, Sabtu (2/2), Mbah Moen mengklarifikasi doanya itu melalui vlog yang diunggah di akun Instagram Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan M. Romahurmuziy. Mbah Moen sendiri saat ini menjabat Ketua Majelis Syariah PPP, dan PPP merupakan salah satu partai pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Pada vlog yang direkam di kamarnya itu, Mbah Moen menegaskan hanya mendukung Jokowi.
“PPP tidak ada yang Prabowo. Semuanya adalah ke Pak Jokowi,” kata Mbah Moen diapit Jokowi dan Romahurmuziy.
Mengapa Mbah Moen sampai menjadi rebutan kubu kedua capres? Siapa dia sesungguhnya?
Mbah Moen yang lahir tahun 1928 berayahkan ulama ternama di Jawa Tengah, Kiai Zubair Dahlan. Zubair dikenal sebagai kiai sederhana yang merintis kelompok pengajian di Rembang bersama Kiai Ahmad Syuaib. Itulah cikal bakal berdirinya Ponpes Al Anwar.
Dari ayahnya, Mbah Moen belajar tentang ketegasan, keteguhan, dan kedermawanan. Ayahnya pula yang pertama kali mengenalkan dia dengan Islam. Masa remaja ia habiskan dengan menghafal berbagai ilmu agama dari sang ayah. Berkat otaknya yang cemerlang, pada usia 17 tahun ia sudah mampu menghafal berbagai kitab nadzam (syair Arab) dan kitab fikih (ilmu hukum Islam).
ADVERTISEMENT
Tepat saat Indonesia merdeka pada 1945, Mbah Moen memulai pengembaraannya mencari ilmu. Ia memilih berguru kepada Kiai Abdul Karim atau Mbah Manah di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Di sana, ia menimba ilmu selama lima tahun.
Namun, tak ada kata puas bagi Mbah Moen jika bicara soal ilmu agama. Maka pada usia 21 tahun, ia merantau ke Mekkah bersama kakeknya, Kiai Ahmad bin Syuaib. Di jazirah Arab itu, ia berguru pada para syekh ternama, mulai Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki sampai Syekh Abdul Qodir Al-Mandili.
Setelah dua tahun di Mekkah, Mbah Moen pulang ke tanah air. Namun semangatnya untuk menimba ilmu tak padam. Ia tetap rajin menyambangi ulama-ulama besar di tanah Jawa untuk memperkaya pengetahuan.
Pondok Pesantren Al Anwar di Rembang, Jawa Tengah. Foto: Facebook/@Muhammad Arief Shoffyan
Mulai 1965, Mbah Moen mantap membagikan ilmunya melalui Ponpes Al Anwar yang didirikan sang ayah, Kiai Zubair Dahlan, dan rekannya, Kiai Ahmad Syuaib. Saat itu, dikutip dari Ensiklopedia Nahdlatul Ulama, kelompok pengajian yang dirintis Zubair dan Ahmad telah berkembang pesat dan memiliki tiga kompleks bangunan.
ADVERTISEMENT
Salah satu kompleks itu, Ponpes Al Anwar, kemudian dikembangkan oleh Mbah Moen. Sejak saat itu hingga kini, Al Anwar menjadi rujukan utama bagi santri yang ingin belajar kitab kuning (kitab kuno) dan fikih. Ia menerapkan sistem pendidikan salafiyah—kiai ikut turun langsung mendidik para santri sehingga mereka memiliki kedekatan hubungan emosional.
Ponpes Al Anwar yang terbagi dua, di Desa Karangmangu dan Kalipang, dihuni ribuan santri. Pada 2007, jumlah santri ponpes itu mencapai lebih dari 2.000 orang. Mereka tak hanya berasal dari Jawa Tengah, tapi juga Kalimantan, Sulawesi, Lampung, hingga Papua.
Pondok Pesantren Al Anwar di Rembang. Foto: Instagram/@pp.alanwari
Bisa dibilang, santri-santri di wilayah Pantura ‘dipegang’ oleh Mbah Moen. Mulai dari Pantura yang berada di wilayah Jawa Tengah (Rembang, Tegal, Pemalang, Brebes, Kendal, Semarang, Pekalongan) hingga perbatasan Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Singkatnya, Mbah Moen yang mumpuni dari segi keilmuan dan kesepuhan sebagai seorang ulama, punya massa besar. Tak heran bila ia jadi incaran siapa pun yang tengah menggalang kekuatan dalam pemenangan pemilu.
Terlebih, Mbah Moen sendiri tak cuma sosok ulama. Ia pun politikus kawakan. Sejak muda, ia telah bergabung dengan PPP, dan hingga kini tetap berkiprah di partai itu. Pada 1970-an, Mbah Moen menjadi anggota DPRD Rembang selama 7 tahun.
Begitu purna-tugas di DPRD Rembang, Mbah Moen yang ingin fokus mengurus pondoknya justru kembali ditunjuk untuk mengemban jabatan legislatif. Ia menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.
Di jagat politik, Mbah Moen tergolong low profile. Saat beberapa kader NU ramai mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa pada 1998, ia tenang saja dan tetap bersetia di PPP.
Kiai Haji Maimoen Zubair. Foto: Facebook/@Syaikhuna Maimoen Zubair
Pengaruh besar di kalangan masyarakat muslim membuat Mbah Moen diangkat menjadi Ketua Dewan Syuro PPP. Selanjutnya, ia bersama Romahurmuziy, Lukman Hakim Saifuddin, dan Zarkasih Nur tercatat duduk di Majelis Tinggi (A’la) PPP periode 2016-2021. Kini, Mbah Moen menjadi tokoh senior PPP dan Ketua Majelis Syariah PPP.
ADVERTISEMENT
Kenapa Mbah Moen begitu didengar oleh para santrinya?
Dr. H. Rumadi Ahmad, Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, menyatakan Mbah Moen selama ini tak sekadar mentransfer ilmu dalam mengajar. Ia juga membangun koneksi, chemistry, dan keterikatan dengan para santrinya.
Sementara banyak pengasuh ponpes memilih tak mengajar langsung dan menyerahkan proses pengajaran kepada kiai atau ulama yang lebih muda, Mbah Moen berbeda.
“Beliau itu selalu mengajar langsung dan berhubungan langsung dengan santri-santrinya. Itu membentuk suatu keterikatan yang membuat Mbah Moen punya pengaruh besar terhadap santri-santrinya,” kata Rumadi.
Pengaruh Mbah Moen makin luas karena santri-santri lulusan Ponpes Al Anwar kemudian membuat pesantren sendiri. Ajaran dan karisma Mbah Moen pun menyebar ke sepanjang Pantura, dan diturunkan ke generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Itu sebabnya dukungan Mbah Moen dapat mendatangkan insentif elektoral dari kalangan santri dan Nahdliyin di Jawa Tengah.
“Wilayah Jateng yang santri itu kan Pantura. Seluruh Pantura relatif daerah santri,” ujar Romy, sapaan Romahurmuziy.
Menurut anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin itu, pengaruh Mbah Moen melalui santri-santri lulusan Ponpes Al Anwar sungguh terasa di Pantura, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Yang diperhitungkan besar alumninya di Jateng kan cuma dua, (Ponpes) Tegalrejo dan pondoknya Mbah Moen ini—Al Anwar. Di Tegalrejo Magelang, kiai karismatiknya sudah lama wafat, jadi (pengaruhnya) sudah turun. Di wilayah Pantura ya Mbah Moen,” kata Romy.
Kiai Haji Maimoen Zubair. Foto: Facebook/@Syaikhuna Maimoen Zubair
Romy mengatakan, Mbah Moen pulalah yang membuat PPP keluar dari koalisi Prabowo untuk mendukung Jokowi. Menurut Romy, setelah Jokowi menang pada Pilpres 2014, ia sempat dipanggil tiga kali oleh Mbah Moen.
ADVERTISEMENT
“Kami (PPP) keluar dari Koalisi Merah Putih dan mendukung Jokowi kan atas perintah Mbah Maimoen. Enggak mungkinlah di PPP itu (kalau) kita enggak atas perintah kiai,” tutur dia.
Bagi kubu Jokowi, dukungan Mbah Moen dapat membawa suara konstituen Prabowo dari PPP. Sebab, pada Pemilu 2014, Mbah Moen dan PPP mendukung Prabowo-Hatta. Kini dengan beralihnya gerbong PPP dan Mbah Moen ke Jokowi, kubu Jokowi optimistis dapat mengamankan suara di wilayah Pantura.
“Yang lebih penting lagi, dukungan Kiai Maimoen ini menjadi legitimasi kuat bahwa Jokowi didukung ulama, sekaligus menepis isu dia anti-Islam dan penganut paham komunis. Ini klir,” tutur Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Quomas.
Direktur Materi BPN Prabowo-Sandi, Sudirman Said. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Pengaruh kuat Mbah Moen dibenarkan oleh kubu Prabowo. Menurut Direktur Materi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Sudirman Said, fatwa Mbah Moen bisa menjadi kunci untuk merebut suara di Pantura.
ADVERTISEMENT
“Yang menarik itu sabdanya atau fatwanya ditunggu oleh para orang tua santri, santri, dan alumninya yang nyebar ke mana-mana. Itu kan alumninya punya banyak pesantren di mana-mana. Jadi sangat berpengaruh,” tutur Sudirman kepada kumparan, Kamis (7/2).
Maka wajar bila kubu Jokowi dan Prabowo tak hanya berebut Mbah Moen, tapi juga mendekati anak-anaknya. Setidaknya empat dari 10 anak Mbah Moen telah menunjukkan afiliasi politik di Pilpres 2019.
Dua anak Mbah Moen yang secara terbuka mendukung Jokowi adalah Majid Kamil Maimoen alias Gus Kamil, dan Taj Yasin Maimoen alias Gus Yasin.
Gus Kamil ialah Ketua DPRD Rembang dan Ketua Dewan Pimpinan Cabang PPP Rembang kubu Romahurmuziy, sedangkan Gus Yasin menjabat Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPP Jawa Tengah kubu Romahurmuziy dan Wakil Gubernur Jawa Tengah mendampingi Gubernur Ganjar Pranowo yang berasal dari PDIP.
ADVERTISEMENT
Sementara dua putra Mbah Moen yang mendukung Prabowo adalah Muhammad Najih Maimoen alias Gus Najih dan Muhammad Wafi Maimoen atau akrab disapa Gus Wafi. Gus Wafi, sosok yang pernah diincar Sudirman Said menjadi cawagub di Pilkada 2017, merupakan Ketua DPW PPP Jawa Tengah kubu Djan Faridz.
Anak-anak Mbah Moen tersebut juga memiliki jaringan luas, pengaruh, dan ponpes sendiri. Gus Yasin, misalnya, sudah punya pasukan relawan saat bertempur di Pilkada Jawa Tengah 2017. Sementara Gus Najih merupakan pengajar dan pengurus di salah satu khos Ponpes Al Anwar, Darus Shohihain.
Infografik, Mbah Moen. Foto: kumparan
Rumadi Ahmad, pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, menilai Mbah Moen menjadi rujukan banyak tokoh politik karena sifatnya yang inklusif. Sebagai ulama berpengaruh cum berbendera partai, Mbah Moen tak pernah membeda-bedakan siapa pun yang ingin sowan dan meminta doanya.
ADVERTISEMENT
“Mbah Moen, meskipun berpartai PPP, tapi dihormati oleh berbagai tokoh politik atau tokoh nasional di luar PPP. Beliau tidak eksklusif, semua diperlakukan sama,” kata Rumadi.
Tuah Mbah Moen sepanjang Pilpres tinggal dinanti.