Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Wacana pengembangan wisata halal di Danau Toba menuai polemik. Di satu sisi banyak yang mendukung demi menyedot pasar wisatawan muslim, tapi di sisi lain banyak pihak yang menganggap kebijakan ini akan mengikis budaya Batak di wilayah Danau Toba.
ADVERTISEMENT
Tak heran sejumlah protes dilancarkan, salah satunya yang dilakukan sekelompok massa Aliansi Mahasiswa Pecinta Danau Toba (AMPDT) di Kantor Gubernur Sumatera Utara, Senin (2/9).
Kordinator aksi Rico Nainggolan, bahkan menilai Gubernur Sumut tidak paham pengembangan pariwisata di Danau Toba .
Terkait polemik ini, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Ria Novida Telaumbanua angkat bicara. Menurutnya, konsep wisata halal yang ditawarkan Pemprovsu sama sekali tidak akan mengikis budaya Batak di Danau Toba .
"Sedikitpun bapak (Edy Rahmayadi) tidak ada bilang seperti itu, dari mana berita itu saya juga tidak mengerti," ujar Ria, saat dikonfirmasi, Selasa (3/9).
Ria mengatakan, wisata halal yang dimaksud Pemprovsu merupakan penambahan fasilitas-fasilitas yang menunjang kebutuhan wisatawan muslim demi menarik jumlah wisatawan. Mengingat sejauh ini jumlah turis yang datang ke Danau Toba mayoritas beragama Islam.
ADVERTISEMENT
"Kebutuhan itu contohnya, dimana dia makan, tempat dia beribadah dan makanannya," ujar Ria.
Selain konsep untuk wisata halal, demi pengembangan Danau Toba Pemprovsu nantinya juga akan membangun fasiltas bagi wisatawan manapun yang berkunjung ke Danau Toba.
"Begitu juga kalau wisatawan beragama Kristen dan Budha, apakah perlu hotel vegetarian? Kita siapkan. Intinya fasilitas yang mendukung pariwisata akan disiapkan, demi kenyamanan para wisatawan," ujar Ria.
Menanggapi wacana wisata halal di Danau Toba , Bupati Tapanuli Utara (Taput), Nikson Nababan yang wilayahnya dikelilingi Danau Toba memandang konsep wisata halal tersebut tidak perlu diterapkan di Danau Toba.
Mengingat penduduk di Sumut terkenal dengan keheterogenannya dan kawasan Danau Toba sangat homogen dan terikat dalam kekristenan maupun kentalnya adat istiadat.
ADVERTISEMENT
"Saya yakin Mendagri tidak akan langsung menyetujui Perda Gubsu dan kami juga selaku Kepala Daerah se-kawasan Danau Toba juga punya hak untuk dilibatkan dalam pembuatannya sehingga tetap menjaga kearifan lokal," ujarnya.
"Pulau Bali menjadi wisata kelas dunia, tidak ada di sana wisata halal maupun tidak halal. Adat istiadat setempat berjalan semestinya bahkan itulah yang dijual ke Wisman," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Kita yakin Pak Gubsu sangat arif menyikapinya," ujar Nikson.
Kepada masyarakat di Kawasan Danau Toba , Nikson meminta menyikapi wacana ini dengan santun, tanpa harus menyikapinya dengan cara yang kasar.
"Mari kita jaga falsafah Dalihan Natolu dengan menunjukkan suku Batak masyarakat yang beradab (Anak Ni Raja Boru Ni Raja) dan penuh kasih dalam menyampaikan aspirasi," harap Nikson